Novel Cinta - Sahabat Bijak pada potingan kali ini admin akan menyajikan sedikit nove yang bernuansa Cerita cinta romantis, pada postingan sebelumnya membahasa mengenai Risensi Novel dan rujukan risensi. Bagi sahabat - sahabat yang suka membaca novel perihal cinta, saya akan diberikan satu kisah menarik kisah cinta yang romantis.
Kumpulan Novel Cinta
Novel Antara Cinta dan Sahabat
Aku ialah siswi kelas 8 sebuah Sekolah Menengah Pertama ternama di Jakarta. Namaku Liziana Reca Mahardika. Aku hidup di Jakarta hanya bersama kakakku. Sedangkan kedua orang bau tanah ku dan adikku tinggal di Surabaya. Memang, saya dan kakakku ialah orisinil arek Suroboyo. Lima tahun sudah saya dan kakakku tinggal ke Jakarta lantaran tuntutan pendidikan kakakku.
Di sekolah, saya termasuk anak yang nggak sanggup diam. Terlalu over active, dan terlalu cendekia dalam pelajaran matematika. Di sekolah, saya punya sahabat – sahabat yang selalu ada untukku ketika suka maupun duka. Mereka ialah : Kartika Olivia Yolanda yang biasa dipanggil Oliv, Marsyanda Eka Pratiwi yang biasa dipanggil Marsya, Sandra Lovita Febrian Putri yang biasa dipanggil Vita, dan Ruby Titania Gumilang yang biasa dipanggil Tania. Yang paling dekat denganku ialah Oliv. Dia ialah anak pindahan dari Kediri. Dia gres pindah ke Jakarta dua bulan ini. Aku sanggup dekat dengan dia lantaran rumah kita yang satu kompleks dan kita sama – sama orisinil dari Jawa Timur.
Suatu hari, saya dan Oliv pergi kesekolah bersama – sama. Kita mengendarai motor matik milikku lantaran motornya Oliv sedang diperbaiki. Karena takut terlambat, kami terburu – buru sekali dan tidak waspada. Sampai di perempatan, saya lihat tidak ada polisi yang jaga. Aku pribadi nyelonong saja tanpa melihat lampu yang sudah berwarna merah. Akhirnya bruuuuaaakkkkk……… Aku dan Oliv gesekan dengan sebuah motor lain.
“Eh, gimana sih Loe ? udah tau lampu merah, malah nggak berhenti !” Kata yang saya tabrak tadi murka – marah.
“Gue ni lagi buru – buru !” Kata Oliv sedikit membentak.
“Gue juga lagi buru – buru tau !” Kata orang yang saya tabrak tadi masih murka – marah.
“Hei, temen loe tuh terkapar……!!!” Kata seseorang yang sedang lewat.
Barulah Oliv tersadar kalau saya sudah terkapar tidak berdaya di jalan.
“Ca, bangun Ca……!!!” Kata Oliv membangunkanku.
“Temen loe kita bawa ke rumah sakit aja ya ?” Kata yang saya tabrak tadi.
“Ya udah !”Kata Oliv.
Mereka pribadi membawaku ke rumah sakit. Karena takut terjadi apa – apa dengan ku, Oliv memutuskan untuk menelepon kakakku.
“Halo ! Assalamualaikum !” Kata Oliv.
“Waalaikumsalam ! ada apa Liv ?” Tanya kak Vizca.
“Ini kak, gres aja saya dan Eca kecelakaan …” Kata Oliv yang terbata – bata yang pribadi dipotong oleh kak Vizca.
“Truz Eca gimana ?” Kata kak Vizca panic.
“Eca udah dirawat di IGD ………” Kata Oliv yang kembali dipotong oleh kak Vizca.
“Oke……kakak kini kesana ……!!!” Kata kak Vizca pribadi menutup teleponnya lantaran panic dan lupa menguncapkan salam.
Sesampainya di rumah sakit, kak Vizca pribadi menemui Oliv.
“Liv, Eca gimana ?” Kata kakak.
“Masih diperiksa dokter kak !!!” Kata Oliv sedikit takut.
“Tadi gimana sih kok sanggup hingga kayak gini ?” Tanya kak Vizca.
“Lampu merah tetap jalan aja dia !!!” Kata Oliv.
“Dasar tuh anak, bandelnya minta ampun…nggak di Jakarta, nggak di Surabaya…tetep aja kudang keringasaannya ! Trus yang di tabrak gimana ?” Tanya kak Vizca yang sedikit marah.
“Cuma lecet – lecet ! Kak, saya dah kesiangan banget nih ! Aku berangkat sekolah dulu ya !” Kata Oliv.
“Ya udah, nanti suratnya Eca abang antarkan sendiri aja ke Sekolah !” kata kak Vizca.
Oliv pribadi berangkat sekolah. Aku terpaksa harus merelakan evaluasi ulangan harian mata pelajaran IPA ku lantaran ulah ku sendiri.
Tiga hari sesudah dari rumah sakit, saya masuk sekolah. Aku ingin memdiberi kejutan sama Oliv.
“Ca, Loe kok masuk sekolah ? Seharusnya, Loe kan istirahat di rumah……” Kata Oliv kaget.
“Habis bosen banget dirumah !” Kataku sambil beracting.
“Wah ! Kayak kebanyakan nyawa aja Loe !” Kata Oliv.
“Loe ngedo’ain gue biar cepet mati ?” Kataku sedikit membentak.
“Ya, nggak…tapikan Loe…!” Kata Oliv yang pribadi ku potong.
“Tenang aja ! Dokter udah ngebolehin gue beraktivitas menyerupai biasanya kok !!!” kataku lantas tertawa.
“Hhhhiiiiiiiiiiiiiihhhhh !!! Loe ini ! bikin orang kaget aja” Kata Oliv sambil mencubit pipiku.
“Hih, Oliv ! sakit tau !!!” Kataku.
“ya maaf !” Kata Oliv singkat.
Tet………tet……tet………
Bunyi bel tanda masuk dudah berbunyi. Aku pribadi duduk di daerah dudukku menyerupai biasa. Lalu, bu Mery, guru IPA yang super baik hati datang. Anak – anak pun pribadi memdiberi salam.
“Selamat pagi bu…….!!!” Kata anak – anak serempak.
“Selamat pagi anak – anak.” Kata Bu Mery.
“Bu, hasil ulangannya bagaimana ? bagus – bagus atau buruk – buruk ?” Tanya seorang sahabat ku.
“Ya nanti kalian akan tau sendiri hasilnya !” Kata bu Mery.
Aku kemudian menghampiri meja bu Mery.
“Bu, saya ikut yang remidi saja ya ?” Tanyaku.
“Nama kau siapa ?” Tanya bu Mery.
“Liziana Reca Mahardika.” Kataku.
“O…kamu yang habis kecelakaan itu ya ?” Tanya bu Mery lagi.
“Ya…bu….” Jawabku singkat.
“Gimana ? Udah baikkan ?” Tanya bu Mery.
“Ya….alhamdullillah bu…! Ini tiruana juga berkat do’a bu Mery !” Kataku sambil tersenyum.
“Ibu ada dua pilihan ke kau untuk ulangan. Yang pertama kau ikut remidi dengan kelas lain, yang kedua kau ulangan harian sendiri. Gimana ?” Tanya bu Mery.
“Ikut yang remidi saja bu ! lantaran nanti kasian sahabat – sahabat yang sudah ulangan duluan !” Kataku.
“Ya sudah, nanti pulang sekolah ibu tunggu di laboratorium.Kalau kini ibu nggak sanggup lantaran sebentar lagi ada rapat di Depdiknas.” Kata Bu Mery.
“O…ya sudah bu. Terima kasih ya bu …!” kataku kemudian kembali ke daerah dudukku.
“Ini hasil ulangannya saya bagikan, tapi hari Selasa harus sudah dikumpulkan lagi dan harus sudah ada tanda tangan orang bau tanah ! Mengerti ……?” Kata bu Mery.
“Mengerti Bu……!!!” tpendapat anak – anak serentak.
“Dan ibu umumkan evaluasi terbaik untuk mata pelajaran IPA di kelas ini adalah……..” Kata bu Mery yang sengaja dipotong untuk memdiberi kejutan kepada para pelajar dan siswanya.
Aku melihat beberapa wajah tegang terlihat dari sahabat – sahabat ku. Termasuk keempat sahabatku. Memang, pelajaran IPA ialah pelajaran yang paling ditakuti oleh para siswa. Terutama mata pelajaran IPA Biologi yang banyak sekali materi yang harus dipelajari.
“Dengan evaluasi 98…adalah……Kartika Olivia Yolanda…!!!” Kata bu Mery bersemangat.
Semua siswa pribadi riuh bertepuk tangan. Aku tidak menyangka kalau Oliv bersama-sama cendekia sekali dalam mata pelajaran IPA. Aku juga ikut gembira mempunyai sahabat yang pandai.
Tet……tet……tet……
satu jam pelajaran telah berlalu. Bu Mery seharusnya mengajara di kelasku dua jam pelajaran. Tetapi, dia harus mengmunculi rapat di Depdiknas. Setelah ditinggal bu Mery, anak – anak menjadi riuh tak terkendali hingga jam istirahat tiba.
Saat istirahat, saya hanya membeli sekaleng minuman dan saya bawa ke taman sekolah di dekat lapangan basket. Di sana, saya memainkan laptopku sambil melihat anak – anak Chirliders latihan untuk lomba ahad depan. Tiba – tiba, Oliv menghampiriku. Saat kami bercanda, tiba – tiba ada seorang cowo’ dari kelas lain yang tidak saya kenal menghampiri kami berdua.
“Hai, boleh duduk ?” Kata dia.
“Silahkan” Balasku singkat.
“Ngapain sih loe kesini lagi ?”Kata Oliv sambil murka – marah.
“Gue kesini mau minta maaf soal kecelakan ahad kemudian !” Kata dia.
“Maaf ? Apa dengan maaf temen gue sanggup kembali sembuh dengan seutuhnya ?” kata Oliv yang penuh dengan amarah.
“Seharusnya, saya yang minta maaf ! Karena kecerobohanku, saya jadi membahayakan orang lain !” Kata ku jadi lemah lembut.
“Boleh tau nama Loe ?” Tanya dia.
“Gue Eca, ni Oliv namanya !” Kataku.
“Gue Rio, Gue anak kelas A” Kata dia.
Saat kami berbincang – bincnag, para sahabatku yang lain menghampiri ku.
“Eh, Ca ni siapa ?” Tanya Vita.
“Kenalin ni Rio, yang gue tabrak waktu kecelakaan kemaren ! Yo, kenalin ni sahabat – sahabat gue ! ni namanya Vita, Masya, dan ni Tania !” Kataku.
Mereka kemudian berkenalan.
Rio, ternyata juga punya sahabat. Saat saling berkenalan, sahabatnya Rio menghampiri kami.
“Wis…! Sekali gaet ! pribadi lima cewek Cuy !” Kata temannya Rio bercanda.
“Ibaratnya, sekali dayung, lima pulau pribadi terlampaui !” Kata temannya Rio yang satunya.
“Loe berdua ini ada – ada aja …! Eh kenalin, ni best friend gue ! Ni namanya Reza, ni cowo’ paling pinter bangt bikin kiasan suasana. Kalo yang ni namanya Ricky, ni cowo’ paling jail dari dulu.” Kata Rio. Lalu kamipun berkenalan dengan sahabat – sahabatnya Rio.
“Bro, suruh latihan basket tuh ma kak Rey !” Kata Ricky.
“Gue latihan dulu ya !” Kata Rio, kemudian meninggalkan kami.
“Okey !” Jawabku singkat.
Pulang sekolah, saya sudah dinantikan bu Mery dan sahabat – sahabat yang lain di Labolatorium. Selesai ulangan, saya pribadi pergi ke gerbang sekolah untuk menunggu abang yang belum menjemputku. Aku kaget banget kadab Oliv dari belakang membunyikan klakson motornya. Ternyata dia setia menungguku hingga ulangan selesai. Karena, dia tau kudang keringasaan kakakku yang tidak menjemputku lantaran kesibukannya di kampus. Akhirnya, saya nebeng juga sama Oliv. Aku bersama sahabat – sahabat berkumpul dirumahnnya Oliv untuk membicarakan liburan ke rumahnya Oliv di Pare ahad depan.
“Eh, gimana nih ? kita jadi liburan nggak ?” Tanya Masya.
“Jadi donk ! saya dah hubungin keluargaku yang ada di Pare !” Kata Oliv.
“Ca, Loe gimana ? boleh nggak ma abang Loe ?” Tanya Vita.
“Gue sih boleh – boleh aja ! tapi, nggak boleh usang – usang di sana !” Kataku sambil menuang minuman kegelas.
“Maksud Loe ?” Tanya Tania.
“Ya……gitu deh ! abang nggak berani dirumah sendirian usang – usang !!!” Kataku.
“Kakak Loe suruh nginep di rumah gue aja !!!” Kata Oliv.
“Emangnya boleh ?” Tanya ku.
“Boleh, kak Vega juga lagi di rumah sendirian kok !!!” kata Oliv.
“Eh, Rio tadi ganteng banget ya…?” Kataku tanpa ku sadari saya jadi mengalihkan pembicaraan. Semua sahabatku pribadi melihatku dengan tatapan yang aneh.
“Ca, Loe nggak apa – apa kan ?” Tanya Vita.
“Wis……!!! Jatuh cinta pada pandangan pertama nih ceritanya ?” Kata Marsya.
“What ? Anak sejelek itu kau bilang ganteng ?” Kata Oliv sedikit tegangan tinggi.
“Pandangan Orang ke orang lain kan berbeda – beda.” Kata Tania.
“Betul tuh apa kata Tania !” Kata Vita.
“Kalau berdasarkan Loe Liv, dia itukan seseorang yang paling loe benci. Sedangkan berdasarkan Eca, diakan sosok yang tepat banget !” Kata Tania.
Karena sudah sore, kami pulang ke rumah masing – masing. Sampai di rumah, saya pribadi masak mie instant lantaran perutku sudah mengaung semenjak tadi. Sambil makan mie, saya menonton Tv dan sibuk memainkan hp. Terdengra bunyi motor abang di garasi. Aku lihat, ternyata benar abang yang datang.
“Tumben kak, pulang cepet ?” Kata ku.
“Si Anas tuh kurang latih banget !” Kata abang murka – murka sambil masuk kamar.
“Emangnya kenapa sih kak ?” Tanya ku.
“Dia tuh ngajak janjian abang buat ngerjain tugas, Eh…bukannya ngerjain tugas, malah dia ngajak jadian !” Kata abang dari dalam kamar.
Aku pribadi tertawa terbahak – bahak hingga tersedak.
“Tuh, rasain tuh… Makannya, kalo ada orang lagi susah jangan ditertawain !” kata Kakak.
“Kakak trima ?” Tanyaku.
“Ya nggak lah……!” Kata abang sinis.
Saat saya asik makan mie sambil menonton tv, tiba – tiba hp ku berbunyi tanda sebuah sms masuk.
‘Hi, lg apa nih ?’ Isi sms itu yang saya tak tau dari siapa.
‘Ni cp ya….?’ Balas ku.
‘{R.I.O} Eh, U bsk ada wkt g’ ?’ Ternyata sms itu dari Rio. Aku pribadi seneng banget.
‘hmmm……ada, emangx np ?’ balasku dengan berbohong. Besok bersama-sama saya ada program pembahasan liburan ke Kediri bersama para sahabatku. Tapi, demi Rio, saya rela tidak muncul dalam rapat itu.
‘Bsk, q mo tndng bskt, u nntn ya ! kan disklh sendr !’
‘Oke ! ^_^’ balasku singkat.
Keesokan harinya, saya pribadi bangun pagi - pagi untuk menyeterika baju ku. Aku semangat banget hari ini. Pas banget, hari ini kan hari minggu.
“Tumben, Loe hari ini rajin banget !” Tanya kakak.
“Kakak, nggak tau ya, kalau sebenernya adik abang ini rajin banget !” Kataku sambil sarapan. Tiba – tiba, hp di sebelahku berbunyi.
‘Jngn lp ya. jm 9 nnt ! ^_^’ sms dari Rio. Aku pribadi senyum – senyum sendiri. Kakak yang duduk di samping ku, menatapku dengan tatapan yang aneh.
“Ca, Loe kenapa sih ?” Tanya kakak.
“Hm……? Nggak apa – apa !” kata ku yang awalnya tidak menyahut.
“Hayo…jangan – jangan ada apa – apa ya…dengan sms itu…!” Kata abang menggodaku.
“Ah…apa sih kak ! orang nggak ada apa – apa juga !” Kata ku sedikit marah.
“Beneran nih nggak ada apa – apa ?” Tanya abang masih menarik hati ku.
“Udah ah… saya mau mandi dulu !” Kata ku sambil berjalan menuju kamar mandi. Tanpa saya sadari, hp ku tertinggal di meja makan. Kakak pun dengan leluasa melihat tiruana isi sms ku dengan Rio.
Selesai mandi, saya sudah melihat hp ku menyerupai sedia kala.
“Loe mau kemana sih Ca ?” Tanya kakak.
“Ada deh…mau tau aja !” Kataku sambil berjalan ke kamar.
“Loe, mau jalan kan ma cowo’ Loe ?” Tanya abang dari luar kamar ku.
Aku pribadi kaget dan gundah harus tpendapat apa.
“Ah…kakak ini ngaco aja !” Kata ku dari dalam kamar.
“Ngaku aja Loe !” Paksa kakak.
“Bukan cowo’ ku kak ! tapi, cuma sahabat !” Kata ku.
“Bukan cowo’ Loe, kok berani ngajak jalan ?” Kata abang penasaran.
“Aku cuma mau nonton dia lagi tanding basket hari ini !” Kataku sembil berjalan keluar kamar.
“Wih…!!! Wangi banget sih Loe hari ini ! habis berapa botol parfum loe ?” Tanya abang yang agak mual dengan aroma parfumku yang begitu banyak.
“Setengah botol !” Kata ku tanpa rasa bersalah.
“Gila Loe ! Eh, loe ada apa sih dengan cowo’ itu !” Tanya abang lagi.
“Nanti saya jelasin deh…! kini saya berangkat dulu ya, kak ! eh, saya nanti mampir ke toko buku, abang mau nitip nggak ?” Tanya ku sambil terburu – buru.
“Nggak…!” Jawab kakak.
“Kak, saya berangkat dulu ya…! assallamuallaikum…!” Teriakku.
“Waallaikumsallam !” Jawab kakak.
Aku pribadi memacu motor ku kesekolah. Sesampainya di sekolah, saya pribadi menemui Ricky dan Reza yang berada di teras sekolah. Kami pun menuju lapangan basket. Pertandinganpun dimulai.
Setelah satu jam, pertandinganpun usai. Pertandingan basket tadi dimenangkan oleh sekolahku. Setelah melihat pertandingan basket, saya diajak merayakan kemenangannya oleh Rio. Aku diajak makan sama Rio. Tapi nggak sendiri. Tetap sama Ricky dan Reza. Di daerah makan, ternyata para sahabatku juga sedang makan disitu.
“Eca ?” Kata Vita. Aku hanya tersenyum.
“Ca, Kata kak Vizca loe lagi nyari buku buat semesteran besok !” Kata Marsya.
“Emang, tapi saya belinya habis liat pertandingan basket di sekolah !” Kataku mencoba menjelaskan.
Akhirnya merekapun mengerti. Kamipun jadinya pulang bersama – sama ke rumahnya Vita.
“Eh, liburan nanti kalian kemana ?” Tanyaku kepada Rio dan sahabat – temannya.
“Nggak tau mau kemana ! Belum ada planning liburan !” Kata Rio.
“Ikut kita aja yuk ke Pare !” Kata Marsya.
“Pare itu mana sih ?” Tanya Reza.
“Kalo setau aku, Pare itu di Makasar !” Kata Rio.
“Itu Pare – Pare !” Kata Vita dan Oliv berbarengan.
“Pare itu apa nggak buah pait itu ? yang buahnya kayak mentimun itu lho ?” Kata Ricky.
“Itu buah pare donk-donk !” Kata Vita.
“Kota Pare itu, di Kediri Jawa Timur !” Kata ku mencoba menjelaskan.
“Boleh juga tuh !” Kata Ricky.
“Eh…nggak, nggak, nggak ! Ngapain sih ngajak tiga orang ini !” Kata Oliv yang murka – marah.
“Nggak apa – apa kan Liv ? Biar ludang keringh rame !” Kata Marsya memohon.
“Okey...kalian bertiga boleh ikut kita ke Pare !” Kata Oliv sedikit luluh.
Karena sudah sangat sore, kamipun pulang kerumah masing – masing.
Setelah satu ahad mengikuti ujian semester dua, kamipun mendapatkan rapor hasil ujian. Alhamdullillah, saya juara dua satu kelas dan naik ke kelas sembilan. Kebetulan Rio juga juara dua. Liburanpun tiba. Setelah bersiap – siap, akupun pergi kerumahnya Oliv, Karena mereka mengajak berkumpul disana. Tepat pukul 9 siang, kami berangkat ke Pare Kediri. Diperjalanan, kami saling bercanda tawa. Oliv yang awalnya cemberut lantaran Rio dan sahabat – temannya ikut menjadi sedikit tersenyum. Setelah perjalanan hampir dua puluh jam dari Jakarta, kamipun tiba di Pare. Kami tiba di Pare pukul 5.15 WIB. Sesampainya dirumah Oliv di Pare, kami pribadi merebahkan tubuh kami ketempat tidur. Hari itu kami gunakan untuk istirahat seharian.
Keesokan harinya sesudah sarapan, kami diajak bersepeda berkeliling kota Pare oleh Oliv. Memang, kami tidak menentukan pergi ke daerah – daerah wisata lantaran takut kecapekan. Setelah berkeliling mengelilingi kota Pare, kami berhenti di sebuah persawah. Disana, kami bermain di sungai. Dengan bermain menyerupai ini, kami sanggup melupakan kepenatan kami yang ada di Jakarta. Termasuk Oliv. Dia lupa akan kebenciannya dengan Rio. Saat kami bermain, tiba – tiba ada seorang cowo’ yang memanggil – manggil.
“Tik, tika………!” Kata cowo’ tadi. Oliv pun menoleh dan pribadi menghampiri dan memeluk cowo’ tadi. Kamipun hanya melongo melihat Oliv. Oliv mengehampiri kami dan memperkenalkan cowo’ tadi.
“Temen – temen, ni kenalin ! Ni namanya Bagus ! dia ini temen ku dari kecil ! Gus, ini sahabat – sahabat saya dari Jakarta !” Kata Oliv. Kamipun berkenalan.
“Tik, Ika kangen lho karo awakmu !” Kata Bagus. Marsya, Tania, Vita, Rio, Ricky, dan Reza hanya terpaku melihat percakapan antara Oliv dengan Bagus lantaran mereka tak mengerti. Sedangkan saya sedikit mengerti.
“Lha saiki areke ning ndi ?” Tanya Oliv.
“Ning Omah, tak celukne yo ?” Kata Bagus yang pribadi berlari.
Beberapa ketika kemudian, Bagus kembali dengan empat orang temannya. Kadab melihat bagus kembali dengan beberapa orang temannya, Oliv pribadi berlari menghampiri mereka dan memeluk mereka. Lalu, mereka menghampiri kami.
“Rek, iki kanco – kanco ku saka Jakarta. Iki jenenge Eca, Tania, Marsya, Vita, Rio, Ricky, Reza. Teman – teman, ini sahabatku yang ada di Pare. Mereka sahabatku dari kecil. Yang ini namanya Ika, Maya, Ayu, dan Kharis.” Kata Oliv panjang lebar. Kamipun berkenalan.
Karena di sawah sangat kepanasan, jadinya kami menentukan berteduh di salah satu saung yang ada di tengah sawah. Disana, kami tiruana becanda tawa.
“Eh, sahabat – sahabat Kharis ini pinter banget lho main gitar !” Kata Oliv.
“Oh ya…?”Tanya Vita.
“Ya mbak…! Ris, gitarmu maukan ning omahku ? tak ambile ya ?” Kata Maya yang bahasanya sedikit campuran.
“Ya wis…!” Kata Kharis. Maya pun pribadi berlari menuju rumahnya yang tidak jauh dari persawahan itu.
“Bukannya saya sombong ya…teman – teman, tapi saya mau jelasin kebolehan para temanku yang kolot ini. Boleh nggak ?” Kata Oliv.
“Never Mind ? We also want to know what their permissibility !” Jawab Tania.
“Wih…Gayanya pake bahasa Inggris …!” Kata Reza.
“Emangnya nggak boleh apa ?” Kata Tania.
“Udah jangan berantem !” kata Marsya.
“Kharis ini pinter banget main gitar, Bagus hebat banget dalam bahasa Inggris, Maya ini si penari tradisional, Ika pinter banget Matematika, Ayu ini si professor muda. Dia pinter banget pelajran IPA.” Jelas Oliv.
Kadab mereka asyik bercanda, saya hanya menikmati hidupku yang indah ini. Headsett di indera pendengaran menancap semenjak setengah jam yang lalu. Dalam pikiranku hanya ada rasa senang dan cinta sanggup beberapa hari bersama Rio.
Beberapa ketika kemudian, Maya kembali dengan gitarnya Kharis. Merekapun bernyanyi bersama.
“Hei, kok melongo sendiri ?” Kata Ricky tiba – tiba dari belakang.
“hmm ? lagi lezat aja sendiri !” Kataku.
“Ngapain sih loe nggak ikut kumpul ma temen – temen yang lain ?” Kata Ricky.
“Lagi pengen sendiri aja !” Kataku tanpa memperhatikan Ricky yang berada di samping ku.
“Gue pernah denger katanya Loe juga anak jawa timuran ya ?” Tanya Ricky.
“Kalo iya emangnya napa ?” Kataku sedikit Ilfill.
“Kok kita nggak Loe ajak kerumah Loe sih ?” Kata Ricky yang tetap nyantai.
“Rumah gue tuh di Surabaya ! ini di Kediri Ricky ! Your understand ?” Kataku yang masih sangat ilfill dengan Ricky.
“Emanganya, dari Kediri ke Surabaya jauh ya…?” Tanya Ricky yang kayaknya berlagak tidak tahu.
“Hihhhhhhhh…! Ya…jauh banget lah…!” Kataku yang marah.
“Prekitiewww…!” Kata Rio dan sahabat – sahabat lainnya yang mentertawakanku dari belakang. Sebenarnya saya sedikit marah, tapi mau murka nanti saya malu sendiri.
“Ca, yang gue tau…gue nggak pernah denger loe nyanyi ! sekarang, mumpung ada yang ngiringin…kita pengen tau Loe nyanyi !” Kata Marsya.
“Ah, nggak ah, bunyi gue buruk banget !” Kataku.
“Ayo dong Ca…!” Kata Marsya masih memohon.
“Okey…!” Kataku pasrah.
“Ye……!!!” Kata mereka.
“Lagunya apa ?” Tanya Kharis.
“Lagunya J-Rock yang I am falling in Love sanggup ?” Tanyaku.
“Bisa !” Kata Kharis. Akhirnya saya mau menyanyi juga.
“Lagi falling in love ya mbak ?” Tanya Ayu.
“Ah ! kau ini sanggup aja !” Kataku.
“Mbak, kalo wong lagi falling in love iku sanggup dilihat dari matanya !” Kata Ika.
“Bener iku ! Saiki kayake Mbak Eca lagi falling in love !” Kata Maya mempertegas perkataan Ika dan Ayu.
“Hei ! ini kapan Eca nyanyinya ? dia udah seneng banget tuh nggak jadi nyanyi ! kalian kok malah ngomongin falling in love !” Kata Reza. Aku haya tertawa saja.
Setelah tiga hari di Kediri, kamipun harus kembali ke Jakarta lantaran harus sekolah. Kami tiba di Jakarta pukul 6.30 Pagi. Diperjalanan, Ricky mengusulkan kalau sebaiknya kita berdelapan selalu bersama. Kini persahabatan kami berjulukan #Eight Forever (EF)#.
Sesampainya dirumah, saya pribadi tidur dirumahnya Oliv lantaran abang belum tiba dari kuliah. Tidak terasa, hari sudah sore. Ibunya Oliv membangunkanku. Aku pribadi mandi. Setelah mandi, saya dan Oliv memainkan laptopnya Oliv di taman di ujung kompleks. Saat saya membuka e-mail ku, ada satu pesan masuk. Ternyata dari orang tuaku di Surabaya.
‘Zian sayang !, mama,papa, n Zakka akan ke Jakarta hari Kamis nanti !’ isi e-mail tadi.
Aku pribadi buru – buru menelepon kakak. Ternyata hpnya abang tidak aktif. Aku gundah bukan main. Aku tidak tau harus bagaimana lagi.
Aku gundah gimana cara buka pintu rumahku lantaran kuncinya dibawa kakak. Beberapa ketika kemudian, kakaknya Oliv datang. Dia membawakan kunci rumahku dari kak Vizca.
“Ca, ini tadi abang loe tadi nitipin kunci ke gue !” Kata kak Vega Kakaknya Oliv sambil memdiberikan kunci.
“Makasih ya kak !” Kataku kemudian saya pribadi berlari kerumahku yang berjeda 500m dari taman.
Setelah sanggup membuka pintu rumahku, saya pribadi membersihkan – membersihkan rumah. Beberapa ketika kemudian, terdengar bunyi derungan kendaraan beroda empat didepan rumah. Setelah ku lihat ternyata mama, papa, dan adik sudah datang.
“Asallamuallaikum !” Kata mama.
“Waalaikumsallam !” Kataku sambil membukakan pintu.
Aku pribadi mempersilahkan mama, papa, dan adik ku masuk kerumah.
“Kak Vizca mana ?” Tanya papa.
“Masih kuliah !” Jawabku.
“Jam segini kok belum pulang ?” Tanya mama.
“Kata kak Vega tadi dia masih ada jam pemanis !” Kataku.
Selesai shalat magrib, kami makan malam bersama. Saat makan malam, terdengar bunyi motor didepan rumah. Aku kira abang tiba dari kuliah, ternyata Oliv.
“Assalamuallaikum…!” Kata Oliv dari depan pintu.
“Waalaikumsalam…!” Jawab Zakka adikku.
“Dek, kak Ecanya ada ?” Tanya Oliv.
“Kak Eca ?” Tanya Zakka.
“Iya kak Eca !” Kata Oliv meyakinkan. Karena Zakka tak kunjung kembali ke ruang makan, mama menyusul kedepan.
“Cari siapa mbak ?” Tanya mama.
“Mau cari Ecanya ada ?” Tanya Oliv.
“Maaf mbak disini tidak ada yang namanya Eca ! mungkin mbak salah alamat !” kata mama menjelaskan.
“Ibu ini ibunya Eca dari Surabaya ya ?” Tanya Oliv.
“Saya memang dari Surabaya, tapi anak saya bukan Eca namanya !” Kata mama.
“Saya temannya anaknya ibu !” Jelas Oliv.
“Zian…Zian…!” Teriak mama memanggilku.
“Iya ma ! ada apa ?” Kataku sambil menghampiri mama.
“Ini sahabat kau ?” Tanya mama. Aku kemudian melihatnya.
“Eh, Loe Liv !” Kataku.
“Iya !” Kata Oliv sambil senyum
“Ma, ini temen saya ! Dia dari Kediri !” Kataku.
“Oliv, Tante !” Kata Oliv.
“Mamanya Zian !” kata mama.
“Zakka !” Kata adikku.
“Tante, tinggal kebelakang dulu ya !” Kata mama.
“O…ya….tante silahkan !” Kata Oliv.
“Duduk Liv !” Kataku mempersilahkan Oliv duduk.
“Ca, sebenernya nama loe tuh siapa sih ?” Tanya Oliv.
“Nama gue kan Liziana Reca Mahardika, nah, dari kata Liziana itulah nama ku jadi Zian ! Tapi, gue ludang keringh suka dipanggil Eca aja !” Kataku.
“O…! Ca, gue pinjem catetan IPA loe yang ahad kemudian dong ! punya gue ketinggalan di sekolah !” Kata Oliv.
Aku pribadi pergi ke kamarku untuk mengambil buku IPA.
“Ni, tapi besok balikin ya…!” Kataku sambil memdiberikan buku IPA.
“Oke !” Kata Oliv.
“Eh, mau kemana ? ikut makan malam dulu yuk !” Kata mama yang tiba – tiba dari belakang.
“Makasih tante ! Maaf saya gres saja makan !” Kata Oliv menolak permintaan mama dengan halus.
“Tante sudah agak malam saya mau pulang dulu !” Kata Oliv berpamitan.
“Ca, gue pulang dulu ya !” Kata Oliv.
“Oke !” Kataku sambil tersenyum kepada Oliv.
“assallamualaikum !” Kata Oliv sambil keluar dari rumahku.
“Waalaikumsalam !” Jawab ku hampir berbarengan dengan mama.
Sesaat sesudah Oliv pergi, terdengar bunyi motor didepan rumah. Aku mengeluh lantaran saya tidak sempat makan malam.
“Siapa lagi !” Kataku sambil berjalan keruang tamu.
“Assallamualaikum !” kata Kak Vizca sambil melepas sepatunya.
“Waalaikumsalam !” Jawabku.
“Kak Vizca !” Teriak Zakka dari belakang dan berlari kemudian memeluk kak Vizca.
“Hai…tuyul kecil…gimana kabarmu ? Tambah gemuk aja !” Kata abang sambil memandang Zakka.
“Ah…aku kan nggak mau gemuk !” Kata Zakka yang sedikit ngambek.
“Iya tuyul kecil.” Kata Kak Vizca sambil berjalan menuju ruang makan yang diikuti Zakka dibelakanggnya dan aku.
“Ma, pa !” Kata kak Vizca sambil mencium tangan papa dan mama.
“Gimana kabarmu sayang ?” Tanya mama.
“Baik ma…!” Kata abang sambil duduk di kursinya meja makan.
“Kuliah kau gimana ?” Tanya papa.
“Lancar – lancar aja pa !” Jawab kak Vizca sambil menyiapkan piring untuk makan.
“Ma, Aku ingin menyerupai kak Vizca !” Kata Zakka.
“Makannya, kau mencar ilmu yang pinter biar kayak Kak Vizca dan Kak Zian !” Kata mama.
“Ca, Loe kok udah pulang ?” Kata Kakak.
“Dari jam setengah tujuh tadi pagi kak !” Kataku.
“Memangnya Zian dari mana ?” Tanya papa.
“Tiga hari yang lalu, Zian habis dari Kediri, liburan sama sahabat – temannya !” Kata Kakak.
“Kok nggak mampir ke Surabaya ?” Tanya Mama dengan halus.
“Aku takut sahabat – temanku kecapaian ma, kalo dibawa ke Surabaya ! apalagi, waktunya cuma tiga hari. Besok sudah masuk sekolah !” Kataku.
“Kak, oleh – olehnya mana dari Kediri ?”
“Kamu sendiri kan dari Jawa Timur juga sayangku, imutku, cintaku, Tuyul kecilku…” Kataku sambil mencubit pipi Zakka.
“Sakit kak…!” Kata Zakka murka – marah. Aku hanya tertawa – tawa saja.
Setelah makan malam bersama, kami menonton TV bersama. Tapi, gres sebentar saya berkumpul dengan keluargaku di ruang keluarga, tiba – tiba hp ku bunyi. Aku pribadi pergi ke teras rumah.
‘Ca, q pnjm bk IPA u , blh ?’ Ternyata sms dari Marsya.
‘Cowry, bk IPA q lg di pnjm ma Oliv !’ Balas ku.
Setelah membalas SMS dari Marsya, saya pribadi kembali berkumpul dengan keluargaku di ruang keluarga. Tiba – tiba, hp ku kembali berbunyi. Aku lihat ternyata Rio menelepon ku. Aku takut kalau mama dan papa curiga pada ku. Akhirnya saya matikan saja hp ku.
Malam harinya sebelum saya tidur, saya memcoba sms Rio.
‘Cowry, td tak mtkan !’ isi sms ku kepada Rio. Tapi tidak dibalas.
“Loe sms siapa sih ? malam – malam gini masih aja smsan !” Kata abang yang tidur disampingku lantaran kamarnya digunakan mama dan papa.
“Ada deh… mau tau aja !” Kata ku.
“Sama…sama…sama siapa tuh namanya ?” Tanya abang yang gundah menyebutkan nama.
“Nggak tau ! kok Tanya saya !” Jawabku sedikit sinis.
“Sama Rio……sama Rio kan ?” Tanya abang yang tiba – tiba ingat namanya Rio. Aku gundah harus tpendapat apa.
“Kakak kok tau ?” Tanya ku.
“Ya, tau lah ! kan saya sering lihat isi sms mu dengan dia !” Kak Vizca santai.
“Hih…!” Kataku menggeram sambil mencubit tangan kak Vizca.
“Sakit tau !” Kata abang sambil menggosok – gosok tangannya yang tadi ku cubit.
“Habis abang gitu sih sama saya !” Kataku ngambek.
“Gitu gimana ?” Tanya kakak.
“Ya pokoknya gitu deh !” Kataku.
“Emangnya loe udah jadian sama dia ?” Tanya kakak.
“Belum !” Kataku.
“Ca, ini abang loe Ca ! Loe ngaku aja !” kata kakak.
“Beneran kak ! saya nggak jadian sama dia !” Kataku ngotot.
“Tapi, loe suka kan sama dia ?” kata kakak. Aku hanya mengangguk.
“Udah ah kak ! jangan bahas itu lagi !” kataku.
“Emangnya napa ?” Tanya kakak.
“Nggak apa – apa ! kak jangan bilang mama sama papa ya…! kalo saya lagi suka sama pemuda !” Kataku memohon kepada kakak.
“Oke…! Kakak dulu juga merasakan yang Loe rasakan kini !” Kata kakak.
“Good Night !” Kataku.
“Good Night !” Balaz kakak.
Keesokan harinya ketika sarapan, mama melihat penampilanku mengenakan seragam sekolah yang sehari – hari saya pakai dengan tatapan yang aneh.
“Napa sih ma ?” Tanya ku masih berdiri di sebelah meja makan. Mama masih melihat penampilanku dari bawah keatas.
“Tunggu sini dulu ya…!” Kata mama sambil berjalan menuju kamar kak Vizca.
Sesaat kemudian, mama keluar dengan beberapa baju seragam.
“Nah, kini pakai ini !” Kata mama sambil memdiberikan baju seragam sekolah kepadaku.
“What ? apa ini ma ?” Kataku sedikit membentak mama.
“Kamu dulukan pernah komitmen mau pake kerudung ! nah sekaranglah waktunya !” Kata papa. Aku mencoba mengingat – ingat komitmen itu.
“O…iya ya…!” kataku kemudian tertawa.
“Cepet pake seragamnya ! nanti kesiangan lho !” Kata mama. Aku pribadi buru – buru ke kamar dan ganti seragam.
“Assalamualaikum !” teriak seseorang dari luar.
“Waalaikumsallam !” tpendapat mama. Aku tau kalau itu bunyi Oliv.
“Pa, saya berangkat dulu ya !” Kataku sambil mencium tangan papa.
“Hati – hati dijalan ya !” Kata papa.
“Kak saya berangkat dulu ya…! Tuyul kecil, abang berangkat dulu ya…!” Kataku.
“Aku bukan tuyul kecil ! saya udah kelas satu Sekolah Menengah Pertama kak !” Kata Zakka yang murka – murka dan tak saya hiraukan.
Aku buru – buru pergi ke teras untuk menemui Oliv. Sampai didepan, saya melihat Oliv dan mama sedang asik mengobrol.
“Ma, saya berangkat dulu ya…!” Kataku sambil mencium tangan mama.
“Hati – hati di jalan ya sayang !”
Oliv sangat kaget melihat penampilan ku yang baru.
“Liv, berangkat yuk !” Ajak ku yang melihat Oliv masih melongo melihat penampilanku.
“Eh, ayo!” kata Oliv yang agak kaget.
“Ma, nanti kalo mau pake motor ku kunci di laci meja mencar ilmu ya…!” Kataku.
“Kita berangkat dulu ya tante !” kata Oliv sambil mencium tangan mama.
Kamipun pribadi berangkat sekolah.
Sesampainya di sekolah, Marsya, Tania, dan Vita kaget melihat penampilanku yang baru.
“Ca, ini loe Ca ?” Kata Vita.
“ya iyalah…!” kataku.
“Eh, Ca, kita punya kejutan buat kau !” Kata Tania.
“Apa ?” Tanya ku.
“Ada deh …! kalo di diberi tau namanya bukan kejutan dong !” Kata Marsya.
Aku menuriti saja apa mau mereka. Aku diajak ke kelasku yang baru. Dan ternyata saya sekelas sama Rio. Seneng banget saya jadinya.
“Ca, daerah duduk loe disini !” Kata Vita.
Aku kaget banget, lantaran kursi sebelah kiriku ialah Rio.
“Ca, Loe sama Oliv ya duduknya !” Kata Marsya.
“Loe sama siapa ?” Tanyaku.
“Sama Tania !” Kata Marsya singkat.
“Trus Vita sama siapa ?” Tanya ku.
“Sama …sama Elen !” kata Vita.
“Ca, loe tunggu sini dulu ya…! kita mau ke luar sebentar !” Kata Tania.
“Truz gue di kelas sama siapa ?” Kataku sedikit ngambek sama sahabat – sahabat ku.
“Kan ada Rio di sebelah Loe !” Kata Vita dengan santainya.
“Apa sih Ta !” Kataku.
“Ya udah ! kita keluar dulu ya mbak Eca !” Goda Oliv.
“Za, loe ikut nggak ?” Teriak Vita. Reza dan Ricky juga mengikuti mereka.
Sambil menunggu bel tanda masuk berbunyi, saya hanya duduk – duduk di kelas sambil menunggu sahabat – sahabatku kembali.
“Yo !” Sapa ku kepada Rio dengan sedikit malu dan takut.
“Ya Ca, ada apa ?” Tanya Rio.
“Loe masih murka soal telepon tadi malam ?” Tanyaku.
“Nggak Ca ! Emangnya napa sih loe matiin ?” Tanya Rio dengan senyumnya.
“Lagi ada keluarga dari Surabaya tadi malam !” Kata ku.
“Siapa ?” Tanya Rio.
“Orang tuaku !” kataku.
“O… !” Kata Rio sambil mengangguk – anggukkan kepala.
“Tapi, sekali lagi gue minta maaf !” Kataku.
“Eca, Loe nggak bersalah, Jadi, ngapain Loe minta maaf kalo Loe nggak bersalah ?” kata Rio yang membuatku melayang.
“Tapikan…” Belum selesai saya ngomong sudah ada temen – temen ku yang super jail.
“Prekitiew …!” Kata Ricky kemudian tertawa yang diikuti sahabat – sahabat ku yang lain. Aku jadi malu benget.
“Apa – apaan sih Loe ini !” Kata Rio yang sedikit murka sama Ricky.
“Santai bro…santai…!” Kata Reza. Akhirnya Rio mau meredam kemarahannya.
“Loe napa sih kayak gitu ?” Tanya Rio kepada Ricky.
“Tuh…tanya tuh temen – temennya Eca kenapa tadi !” Kata Ricky yang nggak merasa bersalah.
“Eh, kok kita ! Salah Loe sendiri ngapain ikut kita !” Kata Vita .
“Kan Loe yang ngajak kita !” Kata Reza.
“Udah jangan berantem !” Kata ku sedikit marah.
“Tuh, si Rio tuh !” Kata Oliv menyalahkan Rio.
“Udah jangan salah – salahan ! Kalian tuh kayak anak kecil ya…masih main salah – salahan kayak gini ?” Kataku masih marah. Lalu saya pergi meninggalkan mereka.
Tak terasa, bel masuk pun berbunyi. Aku pribadi kembali kekelas dan masih dengan amarahku. Aku pribadi duduk di samping Oliv. Selama pelajaran hingga istirahat, tak ada satu patah katapun dari ku maupun dari Oliv. Saat istirahat, saya hanya ditemana Vita, Tania, Marsya, Reza, dan Ricky.
“Ca, Oliv tuh sama Rio !” Kata Vita.
“Ah biarin…! Paling juga lagi disuruh sama Bu Mery !” Kata ku cuek.
Ternyata, mereka berdua mendekati kami.
“Ca, Maafin gue ya…?” Kata Oliv.
“Iya, maafin kita !” Kata Rio.
“Ok…kita maafin ! Tapi, perilaku kalian jangan kekanak – kanakan lagi ya …!” Kataku.
“Iya…mami…!” Kata Oliv sambil tersenyum padaku.
Siang hari sepulang sekolah saya dan kak Vizca harus mengantar papa dan mama untuk kebandara lantaran mau pulang ke Surabaya. Sedangkan Zakka, mulai kini tinggal di Jakrta bersama aaku dan kak Vizca.
Hari demi hari saya lewati dengan parasaan bahagia. Selain Ditemani oleh sahabat – sahabatku dan geng trio R (Reza,Ricky, & Rio), saya merasa senang kerena adikku Zakka pindah ke Jakarta dan satu sekolah dengan ku. Aku merasa sungguh komplit hidupku mempunyai mereka tiruana. Terutama Rio.
Tapi, saya merasa ada ketaknormalan antara Oliv dan Rio. Mereka semakin lama, semakin dekat. Aku mencoba untuk tidak berprasangka buruk terhadap Oliv dan Rio. Selain Rio dan Oliv yang aneh, Tania dan Reza juga hampir sama dengan Oliv dan Rio.
Hampir satu semester saya lewati. Tapi penilaianku semakin lama, semakin jatuh. Aku takut kalo nanti saya tidak sanggup masuk ke Sekolah Menengan Atas kesukaan. Apalagi, ancaman papa dan mama tidak main – main. Mereka akan kembali untuk menjemputku pulang dan kembali ke Surabaya bila penilaianku jatuh.
Saat penerimaan rapor dan rapornya Zakka pada semester satu, diambil oleh kak Vizca. Sesampainya kak Vizca dirumah, saya dimarahi oleh kak Vizca lantaran penilaianku sangat jelek. Pada Hal, sesudah liburan semester satu nanti saya akan mengikuti try out di salah satu LBB ternama di Jakarta. Mungkin abang malu sekali lantaran abang waktu sekolah di sana, penilaiannya bagus – bagus. Setelah penerimaan rapor, saya ditelepon oleh Oliv disuruh ke sekolah lantaran ada pengumuman penting kata Oliv. Aku pribadi menuju kesekolah meskipun abang masih murka – marah.
Sesampainya disekolah, saya pribadi mencari Oliv. Ternyata, Oliv sudah dikelas bersama sahabat – sahabat yang lain. Di kelas juga sudah ada Bu Mery, wali kelas ku. Tetapi, saya tak melihat Rio ada di kelas. Aku mulai hawatir dengan Rio. Aku coba menenyakannya pada Ricky dan Reza. Kata Ricky, Rio sedang sakit. Aku pribadi kaget mendengar diberita tadi.
Sepulang dari sekolah, saya tidak pribadi pulang kerumah, lantaran sahabat – sahabat ku mengajakku makan di salah satu restaurant. Saat para sahabatku asik bercengkrama, saya hanya membisu saja memikirkan Rio.
“Ca, Loe kenapa sih ! Dari tadi kok membisu aja !” Tanya Oliv.
“Nggak apa – apa Liv ! Lagi bed mood aja !” Kataku.
“Loe, mikirin Rio ya ?” Tanya Ricky yang duduk disampingku dengan bunyi lirih. Aku hanya menganggukkan kepala untuk mentpendapat pertanyaan Ricky tadi.
“Kenapa nggak Loe telepon aja ?” Tanya Ricky lagi.
Setelah mendengar perkataan Ricky tadi, saya pribadi pergi meninggalkan sahabat – sahabat yang sedang asik bercengkrama untuk menelepon Rio. Pertama telepon ku tidak diangkat oleh Rio hingga telepon ku yang kedua juga tidak diangkat olehnya. Tetapi, telepon ku yang ketiga jadinya diangkat oleh Rio.
“Hallo ! Assalamualaikum !” Kataku.
“Waalaikumsallam !” Jawabnya dengan nada tinggi.
“Kata Ricky kau sakit ya, Sakit apa ?” Tanyaku dengan penuh lemah lembut.
“Ca ! Mulai kini Loe nggak usah perhatiin gue lagi, nggak usah SMS atau nelepon gue lagi !” Kata Rio yang sedikit mengagetkanku.
“Emangnya kenapa ? Kitakan dekat ! Masak, sahabatnya ada yang sakit nggak diperhatiin !” Kataku.
“Sahabat ? Sahabat dari hongkong ? Dari dulu gue tuh nggak pernah nganggap loe sebagai sahabat gue ! sahabat gue tuh cuma Ricky dan Reza !” Kata Rio masih dengan tegangan tingginya.
“Jadi, apa artinya kebersamaan kita di eight Forever selama ini ?” Kataku.
“Kita ? Loe aja kali gue nggak ! Gue tuh udah tau tiruananya perihal maksud loe perhatian sama gue !” Kata Rio.
“Maksud kau ?” Kataku masih lemah lembut meskipun sudah diterjang tegangan tinggi.
“Halah,.,., nggak usah pura – pura nggak tau loe ! Loe tuh sebenernya naksir gue kan ? Ngaku aja loe ! Gue tuh dari dulu nggak pernah suka sama loe ! tapi, demi permintaan maaf gue sama loe lantaran kecelakaan waktu itu, gue jadi deket sama loe !” Kata Rio panjang lebar. Dari mataku, pribadi bercucuran air mata.
“Loe tau kalo gue suka sama loe dari mana ?” Kataku sambil menangis.
“Yang niscaya sumber yang terpercaya ! Loe tuh nyadar nggak sih ? ludang keringh manis Oliv lagi dari pada Loe !” Kata Rio. Aku pribadi kaget.
“What ? Oliv ? Kaprikornus selama ini loe deket sama gue cuma gara – gara gue sahabatnya Oliv ? Loe manfaatin gue buat ngedapetin Oliv gitu ?” Kataku sambil menangis.
“Ya…dapat dibilang gitu lah…! Makannya, jadi orang jangan kegeeran dulu !” Kata Rio.
“Tega banget ya Loe …!”
Aku pribadi menutup teleponku dan kembali ke dalam rumah makan untuk mengambil tas ku. Semua sahabatku kaget melihat saya menangis dari luar. Setelah mengambil tas, saya pribadi pergi. Tetapi, Ricky menahanku semoga saya tidak pergi.
“Ca, tunggu Ca !” Kata Ricky yang berhasil meraih tanganku.
“Ca, loe kenapa Ca ?” Tanya Ricky lagi.
“Lepasin gue !” Kataku sambil marah.
Setelah melepaskan tangannya dari tanganku, Ricky ternyata tidak kembali ke dalam rumah makan tadi. Tetapi dia terus mengikuti ku hingga diujung kompleks rumahku. Di dekat taman komplek yang berada di ujung kompleks rumahku, dia menghadangku. Dia kemudian mengajakku ketaman untuk berbicara berdua.
“Ca, Loe kenapa Ca ?” Tanya Ricky. Aku hanya tertunduk masih dengan tangisanku.
“Ca, tpendapat ca ? Loe kenapa ?” Tanay Ricky lagi.
“Rio…!” Jawabku singkat.
“Rio kenapa ?” Tanya Ricky lagi.
“Rio udah tau kalo gue suka sama dia !” Kataku sambil tersedu – sedu.
“Ya bagus donk kalo Rio udah tau ! Trus kenapa Loe kok malah menangis ?” Kata Ricky.
“Masalahnya, Rio tuh tadi murka – murka sama gue problem itu tadi ! Coba deh loe bayangin, kalo loe ada di posisi gue kini !” Kataku sambil bercucuran air mata.
“Dasar tuh pemuda ! sok kecakepan banget sih ! beraninya nyakitin hati cewek !” Kata Ricky sedikit takut.
"Udahlah Rick ! ini juga salah gue !" Kataku.
"Ca, sebenernya gue udah tau itu tiruana semenjak loe dan Rio pertama ketemu disekolah. sesudah kecelakaan itu." Kata Ricky sedikit takut.
“Ha…?” Kataku kaget dan pribadi memandang Ricky.
“Ya…! Gue udah tau itu tiruana ! dari dulu gue nggak mau diberi tau loe soal ini tiruana !” kata Ricky.
“Kenapa loe nggak mau diberi tau gue perihal ini tiruana ?” Kataku kembali bercucuran air mata.
“Gue, gue nggak mau loe tersakiti Ca ! Gue juga nggak mau loe jadi sedih !” Kata Rio meyakinkanku.
Aku hanya sanggup tertunduk sambil menangis.
“Seandainya loe diberi tau gue semenjak dulu, niscaya gue nggak akan kayak gini !” Kataku.
“Ya…maafin gue ya Ca…!” Kata Ricky yang mencoba memandangku.
“Nggak apa – apa ! ini juga salah gue ! Gue juga terlalu berharap sama Rio ! Rick, gue boleh tanya nggak ?” Kataku.
“Apa ?” Kata Ricky perhatian.
“Apa loe yang diberi tau Rio soal gue suka sama dia ?” Tanya ku.
“Bukan gue ! tapi Reza !” Kata Ricky singkat.
“Reza ? Kenapa sih tiruana tega banget sama gue !” Kataku.
Dengan penuh perhatian, Ricky mencoba untuk menenangkanku. Perhatian Ricky membuatku melupakan Rio. Sejak ketika itu, saya menjadi dekat sekali dengan Ricky. Bahkan, kita sering jalan berdua. Tapi, bayangan Rio tidak hilang begitu saja dari benakku.
Saat saya berduaan bersama Ricky di taman, tiba – tiba Zakka lewat dan melihatku sedang berduaan. Dia pribadi menghampiriku.
“Kak Zian……!” Teriak Zakka dari kejauhan.
Aku pribadi menegakkan kepalaku.
“Kak !!! Kak Zian pacaran ya…?” Tanya Zakka.
“Ngawur aja kau ini ! Ini sahabat abang ! Ini namanya Kak Ricky !” Kataku mengenalkan Ricky kepada Zakka sambil mengusap air mataku.
“Ini adik loe ? Ricky !” Kata Ricky sambil berkenalan dengan Zakka.
“Ya…!” Jawabku.
“Kak, kenapa nggak pribadi kerumah aja ?” Tanya Zakka.
“Ya udah, ayo kerumah gue Rick ?” Kataku sambil berdiri.
“Emangnya boleh kerumah loe ?” Tanya Ricky masih ragu.
“Ya boleh lah…! Emangnya napa loe tanya gitu ?” Tanyaku.
“Ya, nanti kalo ada bokap sama nyokap loe kan serem jadinya !” Kata Ricky.
Aku dan Zakka hanya tertawa saja.
“Tenang aja Kak ! Mama sama papa udah balik kok ke Surabaya !” Kata Zakka.
“Emangnya, orang bau tanah loe tinggal di Surabaya ?” Tanya Ricky.
“Gue kan udah pernah kisah sama Loe kalo orang bau tanah gue tinggal di Surabaya ! Masak Loe lupa ?” Kataku.
“O…ya…Truz kalian berdua, tinggal di Jakarta sama siapa ?” Tanya Ricky lagi.
“Sama abang ku aja !” Kataku.
“Kak ayo cepetan pulang ! nanti dicari kak Vizca lho !” Ajak Zakka.
“Sebentar Zak ! kepala abang kok jadi pusing gini ya !” Kataku. Setelah saya berkata menyerupai itu, saya sudah tidak ingat apa – apa lagi. Saat saya tersadar, saya sudah berada di kamarku.
“Kak, kenapa saya kak ?” Tanyaku.
“Loe tadi pingsan di taman kompleks Ca ! Truz tadi temen loe ada yang nganterin !” Kata Kakak.
“Siapa kak ?” tanyaku.
“Siapa ya tadi namanya ! Kakak lupa !” Kata kakak.
Tiba – tiba Zakka tiba membawakanku makanan.
“Kak Ricky dan saya tadi yang membawa kak Zian pulang !” Kata Zakka.
Aku gres teringat kalau tadi saya pingsan di taman ketika bersama Ricky dan Zakka.
“Ca, tubuh loe kok makin usang makin kepanasan sih ?” Tanya kak Vizca.
“Nggak tau kak ! Badanku rasanya pada sakit tiruana !” Kataku.
“Kita nunggu dua hari dulu ! kalo kepanasan kau nggak turun juga kita bawa ke rumah sakit !” Kata Kak Vizca.
“Terserah abang deh !” Kataku.
Sudah hampir tiga hari, demamku tak kunjung turun. Untung, ketika saya sakit kini pas liburan. Kaprikornus nggak perlu buat surat izin ke sekolah. Tapi rasanya nggak lezat juga sakit. Akhirnya, abang dan Zakka membawaku ke rumah sakit untuk cek darah. Saat pengisian adminitrasi, saya bari teringat kalau hari ini tanggal 30 Januari dan besok usiaku sudah 15 tahun. Tapi, tampaknya abang dan Zakka lupa akan hari ulang tahunku. Setelah mengisi data adminitrasi, saya pribadi masuk ruang investigasi dan diambil darahku. Meskipun mengambilnya hanya sedikit, tapi rasanya sakit banget.
Setelah menunggu satu jam, jadinya keluar juga hasil tes darahku. Setelah dari laboratorium, aku, Kak Vizca dan Zakka harus pergi ke ruang dokter untuk mencari tau apa penyakitku. Ternyata, saya tidak sengaja penyakit typus yang sanggup dikatakan agak parah. Tetapi, tidak perlu opname di rumah sakit. Setelah dari ruang dokter, kami pribadi ke apotik untuk menebus obat dan segera pulang.
Sesampainya dirumah, saya pribadi berbaring di daerah tidur ku dikamar. Di kamar, ternyata saya tidak sanggup tidur. Tiba – tiba, air mataku mengucur deras ketika saya mengingat hari ulang tahun ku yang begitu meriah pada ketika usiaku 10 thn. Sekarang, saya harus merayakan ulang tahunku sendiri dengan keadaan sakit parah menyerupai ini. Apa lagi, ketika saya teriangat Rio. Bertambah deras air mataku mengucur dari mataku ketika saya ingat perkataan Rio dua hari kemudian di telepon. Rasanya sakit sekali kalau saya mengingat itu tiruana. Tidak terasa, usang – kelamaan saya tertidur.
Tepat pukul 00.00 , kak Vizca, Zakka, dan para sahabatku masuk menyelinap ke kamarku yang berteriak.
“Happy birthday !” Kata Mereka.
Aku pribadi kaget dan terbangun. Setelah saya meniup lilin dan memotong kue, mereka bergantian memdiberikan ucapan selamat ulang tahun kepadaku. Aku kira mereka lupa dengan hari ulang tahunku. Ternyata, mereka memdiberikan sesuatu yang sangat berarti bagi ku.
Tetapi, masih ada yang kurang ketika ulang tahunku kali ini. Selain tidak ada mama dan papa disampingku, juga tidak ada Rio muncul diantara para sahabatku yang memdiberikan kejutan ulang tahun kepadaku.
“Rio kemana ya ? Apa dia benar – benar murka kepadaku ? Apakah dia tidak sanggup memaafkan kesalahanku ? Kadab dia meminta maaf kepadaku, saya dengan memperenteng memaafkan dia ! Tetapi, mengapa kini dia tidak sanggup memaafkanku ? Apakah terlalu besar salahku kepada dia hingga dia tidak sanggup memaafkan ku ? ” Kataku dalam hati.
Keesokan harinya, saya merasa badanku sudah semakin membaik. Setelah saya pikir – pikir, ternyata penyebab sakit typus ku selama ini ialah saya terlalu memikirkan Rio.
Setelah hapir satu ahad libur sekolah, saya harus kembali masuk sekolah. Dan tiga hari sesudah saya masuk sekolah, saya sudah di hadapkan try out di LBB ternama di Jakarta. Setelah satu minggu, hasil try out di LBB ternama tadi keluar. Rio mendapatkan juara 13 dari 150 anak yang mengikuti try out. Sedangkan aku, mendapatkan juara 15 dari 150 anak yang mengikuti try out.
Sudah hampir lima bulan, banyak sekali macam ujian saya tempuh. Dan akhirnya, saya mengikuti ujian nasional yang menentukan saya lulus atau tidak. Saat ujian, banyak sekali tantangan ku. Salah satunya, penjaga yang super – super ketat dan matanya stereo. Selain itu, persiapanku juga kurang matang dalam menghadapi ujian nasional ini. Apa lagi mata pelajaran bahasa inggris tidak begitu saya kuasa. Dengan mengucap kata Bismillah… saya mencoba mengerjakan soal – soal yang telah didiberikan.
Setelah satu ahad mengikuti ujian nasional, jadinya pengumuman kelulusanpun turun. Aku sangat senang sekali sanggup mendapatkan rangking empat dalam satu sekolah. Sedangkan Rio masih tetap di possisi rangking satu. Saat program perpisahan disekolah, Oliv tiba – tiba memanggilku ketika saya membantu bu Merry membawakan rapor anak – anak.
“Ca !!!” Teriak Oliv dari kejauhan. Aku hanya melempar senyuman kepadanya. Lalu dia mengejarku. Setelah menaruh rapor di kantor guru, saya diajak Oliv ke taman sekolah. Katanya ada yang mau diomongin yang sangat penting.
“Ca, gue mau ngomong sesuatu ! Tapi loe jangan murka ya !” Kata Oliv sedikit takut.
“Apa ?” Tanyaku dengan senyum yang ku buat – buat.
“Ricky !” Kata Oliv.
“Ricky kenapa ?” Tanyaku kaget.
“Ricky nyuruh gue diberi tau loe soal ini !” Kata Oliv yang semakin usang membuatku penasaran.
“Iya apa ?” Kataku penasaran.
“Ricky, suka sama Loe !” Kata Oliv.
“What ? nggak mungkin itu ?” Kataku tidak percaya.
“Beneran Ca !” Kata Oliv meyakinkanku.
“Iya Ca ! itu tiruana benar !” Kata Marsya, Vita, Tania dari belakangku yang tidak saya sangka.
“Kalian niscaya bohong kan ?” Kataku masih tidak percaya.
“Liziana Reca Mahardika, Apa yang dikatakan oleh sahabatmu itu tiruana benar !” Kata Ricky yang tiba – tiba muncul diantara para sahabatku.
“Apa ? jadi selama ini…” Kataku yang pribadi dipotong oleh Ricky.
“Ya…selama ini kita bersama merupakan bentuk sayang saya ke kau !” Kata Ricky merayu ku.
“Kalian tiruana jahat …!!! Semua pemuda di dunia ini jahat !” Kataku pribadi meningggalkan mereka sambil menangis dan pergi kekelas untuk menyendiri. Dikelas, Oliv mencoba menjelaskan tiruana itu kepadaku .
“Jahat gimana sih Ca maksud loe ?” Tanya Oliv.
“Loe jangan pura – pura nggak tau ya Liv !” Kataku sedikit membentak Oliv.
“Gue memang benar – benar nggak tau Ca !” Kata Oliv.
“Dengerin ya ! Rio suka sama Loe ! Loe masih pura – pura nggak tau ?” Kataku.
“Ca, gue benar – benar nggak tau soal ini ! Gue gres dengar ya dari Loe kini ini !” Kata Oliv.
“Loe tuh sama aja ya ternyata ! Dasar penghianat !” Kataku kemudian meninggalkan Oliv.
Malam harinya, puluhan SMS dari sahabatku mampir ke hp ku.
‘Tdk smua lk2 sm sperti yg u ktkn td siang. Seorang lk2 yg kstria adlh lk2 yg bs membwt orng laen bhgia, rl berkorbn untk tmnx. Q tdk brmksd membwt u sdh. Tp, smua ini Q anggp merupkan kptsn yg sngt tpt bwt U. Terxt, Q slh. Smua ini mlh mmbwt u trsks. Q mnt 5f ats smua yg trjd selama nie. Q hrp, u bs mengrti soal ini tiruana. = Rio =’ Salah satu sms yang mampir ke hpku ternyata dari Rio.
‘Apkh pngrbnn hrs mengrbnkn prsaan orng laen ?’ Balasku.
‘tdk. Aku memang tlh slh mengorbankan prasaan U.’ Balas Rio.
‘Apkh u mers bhw u adlh cowo’ yg ksatria ?’ Balas ku.
‘Menurut u gmn ?’ Balas Rio.
‘U bukanlah pemuda yg ksatria. Tp u adlh pemuda yg slalu menyakiti ht orng laen n pemuda yg g’ punya rs trimaksh. Puas skrng u dah bwt q sperti ini ? MKN I2 KEPUASAN U SNDR !!!!’ Balasku dengan isi murka – marah.
‘Maksud U ?’ Balas Rio.
Setelah SMS tadi, saya sudah tidak membalasnya lagi. SMS dari para sahabatku juga tidak saya balas lantaran saya masih murka problem tadi siang.
Saat liburan kelulusan, saya menggunakan liburan kelulusan tersebut untuk mencari Sekolah Menengan Atas kesukaan di Jakarta. Ternyata, saya keterima di SMAN 2 Jakarta.Selain aku, Rio, dan Marsya juga diterima di SMAN 2 Jakarta. Tapi, masih ada satu lagi sahabat ku yang juga terterima di SMAN 2 Jakarta. Dia berjulukan Vena Magdalena. Aku merasa sangat senang sekali. Papa dan mama yang ke Jakarta untuk mengmunculi wisuda kakak, turut gembira terhadap aku.
Tapi, saya juga sedih sekali lantaran saya kehilangan sahabatku yang dulu selalu ada untukku. Aku ingat, hari ini Oliv akan kembali ke Kediri lantaran ayahnya sudah selesai bertugas di Jakarta. Sebenernya saya sangat kehilangan. Tapi, saya masih murka lantaran problem di sekolah dua minggu.
‘Ca, Q mo kmbl ke Kdr ! Q mnt 5f mslh di sklh 2 mnggu ll. Cl ada wkt, U maen ya ke Pare - Kdr !’ SMS Oliv berpamitan denganku. Tapi, saya tidak menghiraukan SMS tadi.
Selain kehilangan Oliv, saya juga kehilangan kak Vizca yang selama tiga tahun ludang keringh menemaniku di Jakarta. Kak Vizca harus meneruskan kuliah S2 – nya di Australia. Kini, saya hanya mempunyai Zakka untuk temanku di Jakarta.
Hari masuk sekolah telah tiba. Liburan begitu cepat berlalu bagiku. Kini saya sudah menikut merasakan sekolah gres di tingkat yang ludang keringh tinggi. Tiga hari masuk sekolah diisi dengan kegiatan MOS. Di Sekolah Menengan Atas 2 Jakarta, MOS diisi dengan pelatihan terhadap para siswa baru. Selain itu, juga ada banyak pengarahan dari sekolah maupun dari petugas yang ditugaskan sekolah untuk memdiberi bimbingan kepada kami. Salah satu bimbingannya ialah ancaman merokok dan narkoba. Setelah bimbingan itu, saya menjadi tau ancaman apa saja yang ditimbulkan narkoba dan rokok.
Tiga hari mengikuti MOS, saya dan sahabat – sahabat yang lain sudah masuk menyerupai biasa. Tetapi, kegiatan mencar ilmu mengajar masih sangat jarang lantaran terganggu kegiatan PHBN. Dalam kegiatan PHBN, saya hanya mengikuti lomba gerak jalan saja. Walaupun begitu, itu sudah saya rasa kegiatan yan sangat melelahkan bagi ku. Sampai – hingga kaki ku tidak sanggup digerakkan kalau malam.
Di SMA, saya mendapatkan sahabat – sahabat yang baru. Mereka ialah : Anindya Cyntia Bella yang biasa disapa Bella, dia ialah sahabat sebangkuku. Marcela Cecilia Azura yang biasa di sapa Zura. Maria Eka Adisty yang biasa disapa Maria.Disya Arinda yang biasa dipanggil Disya, Adrian Exa Yanuar yang biasa disapa Exa. Dika Raka Pamungkas yang biasa disapa Dika. Bayu Vernanda Cristian yang biasa di sapa Bayu. Dan Zovia Bima Antara yang biasa disapa Zovi.
Salah satu sahabat ku Bayu Vernanda Cristian. Dia ialah seorang pemuda yang sanggup dibilang over aktiv menyerupai aku. Aku deket sama dia. Tapi, cuma sebatas teman. Walaupun awalnya hanya teman, tapi usang – usang saya jadi suka sama dia. Kedekatan ku sama Bayu lantaran saudara jauhku yang ada di Jakarta rumahnya dekat dengan rumahnya Bayu. Aku sering nitip sesuatu buat saudaraku lewat Bayu.
Semakin lama, saya semakin dekat dengan dia. Aku ingin sekali mengutarakan isi hati ku kepadanya. Tapi, ketika saya ingin mengutarakan persaanku, ternyata dia malah menyukai sahabat baruku berjulukan Viona Natalia Octaviana. Untungnya saya sudah di diberi tahu perihal Bayu suka sama Vio (Panggilan Viona) oleh Maria sahabat ku sebelum saya bilang ke Bayu kalau saya suka sama dia.
Tepat tanggal 14 Agustus, Bayu jadian sama Vio. Bayu menembak Vio ketika ada bazaar dan Pensi di sekolah. Aku kira bazaar dan Pensi itu akan menarik. Tetapi malah menciptakan hatiku hancur untuk kedua kalianya. Aku sungguh benar – benar kecewa terhadap Bayu. Saat itu, saya hanya sanggup menangis sendirian di kelas. Lalu, Vio menghampiriku.
“Ca, kenapa Loe menangis ?”
“Nggak apa – apa Yo !” Kataku sambil mengusap air mata yang berlinang di pipi.
“Gue tau kok gimana perasaan Loe ?” Kata Vio.
“Vio, Loe nggak pernah tau gimana perasaan gue sebenernya ! Gue sayang banget sama Bayu !” Kata ku dalam hati.
“Eca, maafin gue ya…? Bukan maksud gue ngerebut Bayu dari Loe ! Tapi, ini keinginan Bayu !” Kata Vio. Aku pribadi terperanjat.
“Loe tau dari mana Yo ?” Kataku.
“Aku sanggup lihat dari tatapan mata loe Ca ! Kalo loe sayang banget sama Bayu. Sekali lagi gue minta maaf ya Ca ?” Kata Vio.
“Ya udah nggak apa – apa ! Aku kan bukan siapa – siapanya Bayu ! jadi, santai aja Yo !” Kataku.
“Ke depan yuk Ca ?” Kata Vio.
“Ayo…!” Kataku.
Meskipun hatiku hancur, tapi saya mencoba untuk tetap tegar menghadapi hidup yang kian tidak enteng ini. Aku akan tetap berada di samping Vio untuk menyemangati Vio meski dia sudah mempunyai Bayu.
Hari demi hari saya lewati. Tak terasa sudah hampir setengah tahun saya berada di SMA. Tiba – tiba perasaan rindu ku pada Oliv muncul. Aku bertekat untuk pergi ke Surbaya liburan semester satu nanti dan sekalian mampir ke Pare - Kediri untuk bertemu Oliv. Sebenarnya saya juga ingin mengajak Marsya dan Rio untuk pergi ke Surabaya. Tapi, mungkin mereka tidak akan mau lantaran mereka katanya akan liburan ke luar negeri bersama keluarganya masing – masing pada liburan semester satu nanti. Huh…luar negeri. Kalau saya minta liburan ke luar negeri menyerupai mereka kepada mama dan papa, niscaya saya akan di ekspor ke Australia. Sungguh membosankan. Tapi, kali ini saya ingin liburan di Surabaya saja. Sedangkan Zakka akan ke Australia bersama sepupuku.
Akhirnya saya menghadapi ujian semester satu yang cukup tidak enteng. Tapi, saya tetap optimis bahwa saya sanggup mengerjakannya.
Satu ahad saya melewati ujian semester satu. Sebenarnya, sesudah ujian tidak ada pelajaran disekolah. Tapi, kalau nanti tidak masuk, nanti ketinggalan pengumuman pembagian rapor. Serba salah kalau begini.
Hari ini saya harus mengantarkan Zakka ke bandara. Dia akan pergi ke Australia untuk liburan bersama sepupuku. Aku dirumah sendirian.
“Andai Oliv masih ada disini ! Pasti saya takkan kesepian menyerupai ini dan niscaya rumah ini akan ramai dengan keceriaannya ! Gimana ya keadaan dia kini ? Aku jadi ingin segera kesana ! OLIV I AM COMING !” Kata Hati ku.
Seminggu kemudian, saya mendapatkan rapor hasil ujianku. Huh…hasilnya sangat buruk sekali. Rangking 12. Sedangkan Zakka yang masih duduk di kelas delapan sanggup menyabet rangking 2. Saat saya perjalanan pulang kerumah, tiba – tiba hp ku bernbunyi. Setelah saya lihat ternyata mama menelepon ku.
“Assalamualaikum…!” Kataku.
“Waalaikumsallam…!” Jawab mama.
“Ada apa ma ?” Tanyaku.
“Zian, kau segera ke Surabaya ya ?” Kata mama dengan nada yang ku rasa mama sedang menangis.
“Iya mama ! Aku tiga hari lagi mau ke Surabaya !” Kataku.
“Sekarang Zian !” Kata mama.
“Memangnya kenapa ma ?” Tanya ku.
“Kakek ! Kakek meninggal !” Kata mama. Aku pribadi kaget sekali.
“Innalillahhiwainnailaihirojiun ! Oke ma ! saya akan segera ke Surabaya !” Kataku.
“Ya sudah…! assalamualaikum…!” Kata mama.
“Waalaikumsallam…!” Jawab ku.
Aku pribadi memacu motor ku kembali kerumah. Sesampainya dirumah, saya pribadi menyiapkan koperku untuk pergi ke Surabaya. Koperku itu kuisi dengan barang – barang yang saya perlukan selama satu ahad di Surabaya nanti. Sesudah itu, saya menelepon distributor taxi untuk memesan taxi semoga mengantarkan ku ke bandara. Saat taxi pesananku tiba, saya pribadi mengunci pintu rumah dan masuk ke taxi tadi. Lalu petugas taxi meminta mengecek kembali barang bawaanku semoga tidak ada yang tertinggal. Tapi, gres saya sadar laptop ku tertingal di dalam rumah. Terpaksa saya harus kembali kedalam rumah untuk mengambilnya. Didalam taxi, saya mencoba menelepon Zakka atau kak Vizca. Ternyata, Zakka dan kak Vizca sudah hingga di Surabaya semenjak tadi malam.
Sesampainya dibandara, saya pribadi membeli tiket penerbangan ke Surabaya. Setelah menunggu dibandara hampir satu setengah jam, jadinya saya terbang juga ke Surabaya. Didalam pesawat, saya hanya memikirkan bagaimana keadaan dirumah kakek dan nenek. Tak terbesit sedikitpun dalam benakku untuk bermain ke daerah Oliv. Yang ada di fikiran ku hanya saya harus hingga di Surabaya sebelum kakek dimakamkan.
Sesampainya di Surabaya, ku kira tidak ada yang menjemputku. Tetapi saya salah. Om Ferdi sudah stan by semenjak satu jam tadi di bandara untuk menjemputku.
“Zian…!” Teriak om Ferdi memanggilku. Aku pribadi menoleh.
“Eh om apa kabar ?” Kataku menghampiri om Ferdi.
“Baik ! Zian, satu setengah jam lagi kakek dimakamkan. Kita harus cepat – cepat !” Kata Om Ferdi kemudian mengajakku keparkiran untuk mengambil mobilnya.
Sesampainya dirumah kakek, saya pribadi mencari ayah dan ibu. Setelah bertemu mereka, saya pun pribadi melihat mayat kakek yang telah dibungkus kain kafan. Aku tak kuasa menahan tangisku. Aku sangat kehilangan kakek. Kakeklah yang selalu mengingatkanku ketika saya berbuat salah. Kakek juga yang menyadarkan saya perihal kelakuanku yang sangat badung ketika saya masih kelas 3 SD. Aku hanya berfikir :
“Siapa yang akan saya peluk pertama kali ketika saya pulang ke rumah kakek ? Siapa yang selalu memdiberi cucunya hadiah bila cucunya mendapatkan sesuatu yang membanggakan ? Dan siapa yang akan mengingatkan para cucunya untuk selalu shalat dan mengaji ?” Hanya kata – kata itu yang ada dalam benakku.
Saat pemakaman kakek, sebenernya saya dihentikan ikut oleh kakak. Karena abang tau kalau nanti saya tak sanggup menahan kesedihanku saya akan pingsan. Tetapi, saya memaksakan untuk ikut ke pemakan kakek. Apa boleh buat, abang tidak berkutik kalau sudah ku buat begini. Tapi benar apa kata kak Vizca. Aku benar – benar tidak besar lengan berkuasa menahan kesedihanku lantaran kehilangan kakek. Akhirnya saya pingsan.
Satu ahad sudah saya dan Zakka di Surabaya. Aku dan Zakka harus kembali ke Jakarta lantaran sekolah akan segera masuk. Saat kami kembali ke Jakarta, kak Vizca ikut ke Jakarta juga. Katanya kangen suasana Jakarta. Kak Vizca kembali ke Australia satu bulan lagi. Aku merasa sangat senang sekali lantaran rumah tidak sepi lagi. Meskipun hanya sebentar.
Setelah tiba di Jakarta, keesokan harinya saya dan Zakka harus masuk sekolah. Disekolah, sahabat – sahabat ku membicarakan perihal liburan mereka. Tetapi saya hanya duduk membisu sambil membaca buku pelajaran.
“Eca, liburan loe kemana ?” Tanya Vio yang tiba – tiba ada di sampingku.
“Ke Surabaya ! Kakek meninggal !” Kataku singkat kemudian memperhatikan buku lagi.
“Innallahiwainnailaihirojiun…! Kapan Ca meninggalnya ?” Kata Vio.
“Seminggu yang kemudian !” Kataku.
“Aku turut berduka cita ya Ca !” Kata Vio. Aku hanya tersenyum padanya dan mengangguk.
Hari ini saya pulang sekolah pagi lantaran belum ada pelajaran. Di tengah perjalananku pulang, saya mencoba mengingat – ingat sesuatu yang ku lupa ketika di Surabaya. Tapi, hingga di rumahpun saya masih lupa dengan apa yang ku lupa waktu di Surabaya.
Sesampainya dirumah, saya pribadi kaget lantaran ada pemuda yang seumuran abang duduk – duduk di kursi yang berada di teras rumah. Aku tak kenal siapa pemuda itu. Lalu saya mencoba menanyainya.
“Maaf, mas ini siapa ya ?” Kata ku.
“Oh, kau adiknya Vizca ya ? Kenalin saya Firman ! Kamu Zian kan ?” Kata Cowok tadi.
“Benar ! Tapi panggil aja saya Eca ! Mas Firman temannya kak Vizca ya ?” Tanya ku.
“Bukan hanya sahabat ! Tapi pacar !” Kata abang tiba – tiba dari dalam rumah.
“Ceritanya udah berani pacaran ?” Kataku.
“Ya udah lah…! Kan udah di ijinin sama papa dan mama !” Kata Kak Vizca.
“Zian, kapan – kapan kau main ya ke rumah abang ? Adik abang juga seumuran kau lho !” Kata Kak Firman.
“Beres kak ! Adik abang pemuda atau cewek ?” Tanyaku.
“Cowok ! Dia juga ganteng banget lho kayak kakaknya…!” Kata kak Firman. Aku dan Kak Vizca hanya tertawa.
“Kepedean…!” Kata kak Vizca.
“Emangnya nggak boleh apa ?” Kata Kak Firman.
“Kak Firman ini temannya kak Vizca waktu kuliah di Jakarta ?” Tanya ku.
“Nggak ! Baru kenal tiga bulan yang kemudian di Australia !” Kata Kak Firman.
“Satu kampus di Australia !” Tambah Kak Vizca.
“O…!” Kata ku singkat, padat , dan Jelas.
“Udah ah…kakak udah kesiangan nih !” Kata Kak Vizca.
“Mau kemana sih kak ?” Tanya ku.
“Kak Vizca mau abang kenalin sama orang bau tanah abang !” Kata Kak Firman.
“Baik – baik dirumah ya sayang…!” Kata kak Vizca.
“Oke…!” Kata ku.
“Satu lagi ! Tolong jemput Zakka di sekolah ya…!”
“Beres…!” Kataku sambil mengangkat jempol.
“Kakak pergi dulu ya, sayang !” Kata kak Vizca.
“Kak Firman jangan malam – malam ya kalo ngebalikin abang !!!” Kataku.
“Beres Ca…!” kata kak Firman.
Setelah kak Vizca dan kak Firman pergi, saya pribadi masuk kedalam rumah. Di ruang tamu, saya melihat sebuah novel yang tak asing lagi bagiku. Tapi, saya lupa novel itu milik siapa. Saat saya buka, tertera sebuah nama. Yaitu Kartika Olivia Yolanda. Aku pribadi kaget. Itu merupakan novel yang selalu dibawa oleh Oliv kemana saja dia pergi. Novel itu merupakan pemdiberian dari ku, Vita, Marsya, dan Tania. Oliv sudah membacanya berkali – kali. Tapi, dia tidak bosan – bosannya membaca kembali.
“Siapa ya yang membawa buku ini ke sini ? Mungkinkah Oliv kembali ke Jakarta ? Mungkinkah dia kangen dengan sahabat – sahabatnya yang lain ? Tapi kenapa dia kesini ketika saya tak ada ? Aku sangat merindukanmu Liv !” Kataku dalam hati.
Saat itu saya gres teringat kalau kemarin ketika saya di Surabaya, saya tidak mampir ke Pare – Kediri untuk melepas kangen ku dengan Oliv. Setelah melihat novel itu, saya pribadi buru – buru ke rumah Oliv tanpa ganti baju dulu. Aku pribadi berlari ke rumah dia tak tidak jauh dari rumahku. Tapi, betapa kagetnya aku, rumahnya sudah bertuliskan < DIJUAL CEPAT TANPA PERANTARA >. Aku hanya sanggup terpaku melihat goresan pena di depan rumahnya Oliv. Tak kurasa air mataku mengalir deras dipipi. Saat saya akan beranjak pergi dari depan rumahnya Oliv, tiba – tiba ada yang menepuk pundak ku.
“Oliv…!” Kataku pribadi berbalik badan.
“Bukan mbak, ini Ricky !” Kata Ricky.
“Oh, loe Rick !” Kata ku.
“Iya…Ca, jalan – jalan ke taman yuk…!” Ajak Ricky .
“Nggak ah…nanti loe nembak gue lagi !” Kataku.
“Nggak, nggak Ca ! curigaan banget sih loe sama gue ?” Kata Ricky.
“Ya…nggak gitunya sih…!” Kataku.
“Udah ayo cepet…!” Kata Ricky sambil menggunakan helmnya kembali. Aku pribadi naik ke motornya Ricky.
Sesampainya ditaman, saya dan Ricky mencari daerah yang lezat untuk mengobrol.
“Ca, loe kangen ya…sama Oliv ?” Tanya Ricky. Aku hanya mengangguk.
“Rio, juga kangen sama dia !” Kata Ricky. Aku hanya menumpahkan kekesalanku pada sebuah kertas yang ada di novelnya Oliv. Lalu saya beranjak pergi.
“Ca, jangan murka gitu donk ! Oke…gue nggak akan bahas lagi soal Rio dan Oliv.” Kata Rickya kemudian saya kembali duduk di sampingnya Ricky.
“Loe napa sih Ca, takut banget kalo gue ajak jalan ?” Kata Ricky.
“Nanti sanggup – sanggup peristiwa kita final Sekolah Menengah Pertama keulang lagi ! gue nggak mau itu keulang lagi !” Kataku.
“Tapi, dulukan loe belum siap ! Kalo kini loe udah siap jadi pacar gue, gue juga masih ada lowongan kok !” Kata Ricky kemudian tertawa.
“Ih…sorry ya…! Gue udah di jodohin sama anak temennya bokap gue !” Kataku.
“Jaman kini masih aja mau loe di jodohin ! Kayak jaman Siti Nurbaya aja !” Kata Ricky.
“Orang guenya mau ! kenapa loe yang sensitive gitu ? Loe cemburu ya…?” Kataku menarik hati Ricky.
“Ih…nggak…!” kata Ricky.
“Udah ah jangan bahas problem itu ! Eh, loe ngajak gue kesini buat apa ?” Kataku.
“Gue sama Reza mau ngajak anggota eight forever buat ketemu kangen lagi ! gimana ? loe sepakat nggak ?” Kata Ricky.
“Maksud loe eight forever ?” Tanyaku.
“Ya…gue, loe, Reza, Rio, Tania, Vita, Marsya, dan Oliv !” Kata Ricky menjelaskan.
“O…ya…gue lupa !” Kataku sambil senyum – senyum.
“Baru setengah tahun berpisah aja sudah lupa !” Kata Ricky mengejekku.
“Trus kapan itu ?” Tanya ku.
“Gimana kalau ahad depan ?” Kata Ricky.
“Kita bicarain aja dulu sama mereka gimana perihal daerah dan waktunya ?” Kataku.
“Gue sepakat banget tuh !” Kata Ricky.
“Hmmm…Oliv gimana ?” Tanyaku.
“Tania punya nomor hpnya Oliv kok ! nanti biar dihubungi sama Tania !” Kata Ricky.
“Rick, gue mua pulang duluan ya…! Mau jemput Zakka di sekolah !” Kataku sambil berdiri.
“Gue anter ya…?” Kata Ricky.
“Nggak usah makasih !” Kataku .
“Makasih ya Ca, udah nemenin gue disini ?” Kata Ricky.
“Sama – sama, ini jugakan kepentingan eight forever ! Rick, gue pulang dulu ya…Bye !” Kataku.
“Bye…!” Kata Ricky.
Sesampainya dirumah, ternyata Zakka sudah pulang sekolah.
“Zak, loe tadi pulang sekolah naik apa ?” Tanyaku.
“Dianter temen ku kak !” Kata Zakka tidak memperhatikanku lantaran sedang asik bermain PS.
“O…!” Kataku singkat.
“Ya…geme over…! Kak Vizca kemana kak ?” Katanya Zakka.
“Kerumah pacarnya !” teriakku dari dalam kamar.
“Kerumah pacaranya ?” Tanya Zakka lagi.
“Ya…emangnya kenapa ?” Tanyaku.
“Aku belum tau kak Vizca pacaran !” Kata Zakka.
“Kamu tuh masih anak kecil ! Makkannya kau nggak di diberi tau sama Kak Vizca !” Kataku sambil keluar kamar.
“Emangnya sama papa dan mama boleh pacaran ?” Tanya Zakka lagi.
“Boleh ! Tapi asal tau batasnya !” Kataku.
“Kalau begitu, besok cari pacar ah di sekolah !” Kata Zakka.
“What ? Cari pacar ?” Kataku kaget.
“Iya ! Emangnya nggak boleh ? tadi katanya boleh pacaran asal tau batasnya ! Aku sudah tau kok batasnya ! Trus, kini Zakka mau tanya ! Kenapa abang nggak punya – punya pacar dari dulu ? Apa abang nggak laris – laris ?” Kata Zakka menyerupai mengejekku.
“Kakak tuh bukannya nggak laris – laris ! Tapi, abang mau focus dan nyelesaiin sekolah dulu !” Kataku. Tapi Zakka tetap saja terus – menerus mengajekku.
Sore harinya, abang tiba dengan di antar kak Firman. Tapi, kak Firman tidak mampir ke rumah dulu lantaran sedang terburu – buru.
“Ca, loe besok sore ada waktu nggak ?” Tanya kak Vizca sambil melepas sepatu diteras rumah.
“Mmmm…ada kayaknya ! Kenapa kak ?” Tanyaku.
“Besok, adik dan orang tuanya kak Firman mau kesini !” Kata abang menuju ke dalam rumah.
“Kesini ? ngapain ?” tanya ku.
“Ya, orang tuanya mau kenal ludang keringh dekat dengan abang ! Loe sama Zakka besok di rumah aja ya…?” Kata kak Vizca.
“Ya sudahlah !” Kataku sambil menyalakan tv.
“Pasrah banget sih loe ? Ca, adiknya kak Firman tuh ganteng banget lho !” Kata kak Vizca.
“So ?” kataku.
“Kayaknya, loe sama adiknya kak Firman cocok deh Ca !” Kata kak Vizca.
“Whatever…!” Kataku tak peduli.
“Loe kok gitu sih Ca ?” Kata kak Vizca sedikit marah.
“Helo ! ini tahun berapa kak ? jamannya udah modern ! udah nggak ada jaman Siti Nur Baya lagi ! Jadi, saya nggak mau kalo di jodoh – jodohin” kataku.
“Up to you whateverlah !” kata abang sambil pergi.
Keesokan harinya, pagi – pagi sekali kak Vizca sudah membersihkan – membersihkan rumah. Setelah itu dia mau mengantarkanku ke sekolah. Alasannya lantaran motorku mau digunakan ke supermarket.
“Kalo di rumah ada kak Vizca ribetnya minta ampun, Kalo nggak ada kak Vizca saya yang repot…!” Fikirku sambil masuk ke halaman sekolah.
Sepulang sekolah, saya sudah di tunggu kak Vizca di depan gerbang sekolah. Sebenarnya, hari ini saya mau jalan sama sahabat – teman. Tapi kak Vizca sudah menjemputku.
Sesampainya dirumah, saya tidak pribadi membantu kak Vizca memasak di dapur. Tetapi saya istirahat dulu diruang tengah sambil menonton tv. Saat saya lagi santai – santai menonton tv, tiba – tiba hp kak Vizca yang ada di meja berbunyi. Lalu ku lihat.
‘Bab, hr nie bkp g’ bs ikut ke rmh. Krn blm ada izin untk plng. Jd nnt cm nykp, q, n adik q !’ ternyata sms dari kak Firman. Langsung saja hpnya saya diberikan kak Vizca.
Selesai sholat magrib, saya disuruh bersiap – siap oleh kak Vizca. Karena saya bukan cewek yang suka dandan, jadi dandanan ku ala kadarnya. Saat kak Vizca melihat dandananku dia sedikit murka – marah.
Beberapa ketika kemudian, terdengar bunyi derungan kendaraan beroda empat di depan rumah. Saat ku lihat, ternyata kak Firman bersama seorang ibu – ibu dan seorang pemuda yang seumuranku.
“Assalamualaikum…!” kata ibu – ibu tadi. Lalu kak Vizca buru – buru menyalami ibu – ibu tadi.
“Waalaikumsallam…! Mari tante masuk saja. Maaf lho tante, rumahnya kecil dan ya beginilah rumah saya di Jakarta.” Kata kak Vizca mempersilahkan masuk ibu – ibu tadi.
“Viz, Eca mana ?” tanya kak Firman.
“Tadi ada, Ian…zian…!” Teriak abang dari ruang tamu. Aku pribadi menuju ruang tamu.
“Tante, ini adik saya yang pertama namanya Zian ! Zian, ini mamanya kak Firman, namanya Tante Lisa.” Kata kak Vizca. Aku pribadi menyalami ibu – ibu tadi.
“Cantik ya adik kamu…! Seperti kakaknya…!” Kata tante Lisa. Aku hanya tersenyum.
“Ah, tante sanggup saja…!” kata kak Vizca.
“Adik kau katanya dua, yang satu mana ?” Tanya Tante Lisa.
“O…sebentar ya tante, Zakka…!” Kata abang yang pribadi memanggil Zakka. Zakka kemudian menemui kak Vizca dan menyalami Tante Lisa.
“Zian, Zakka, ini ibunya kak Firman !” Kata Kak Vizca.
“Betul itu !” Kata Kak Firman.
“Dan ini siapa tante ?” Tanya kak Vizca yang pura – pura tidak kenal.
“Ini adiknya kak Firman, Namanya Rizal !” Kata ibunya kak Firman memperkenalkan.
“Zian !” Kataku.
“Rizal !” Kata dia.
“Zakka !” Kata Zakka.
“Rizal !” Kata dia.
“Tante silahkan duduk, hingga lupa saya, maaf ya tante !” Kata kak Vizca.
“Ah, nggak apa – apa ! anggap saja tante ini sebagai ibu kau sendiri !” Kata ibunya kak Firman.
Sambil menemani kak Vizca, saya hanya membisu duduk di sebelah kak Vizca. Sedangkan Zakka, sudah asik ngaplay game lagi di ruang tengah. Aku mencoba mengamati adiknya kak Firman. Anaknya kok pendiam banget sih. Tapi, saya suka pemuda kayak dia. Itung – itung buat gantiin Bayu yang sudah sama Vio. Lalu kak Firman berbisik kepada adiknya. Mereka kemudian berjalan ke ruang tengah rumahku. Saat bejalan ke ruang tengah, saya diajak oleh kak Firman.
“Ca, belakang yuk…!” Kata kak Firman.
“Ngapain ?” Tanyaku dengn bunyi lirih.
“Ngegame !” Kata kak Firman bercanda.
“Hah ? ngegame ? nggak ah !” Kataku. Tapi, saya terus ditarik oleh kak Firman. Akhirnya saya ke ruang tengah juga.
“Dah, loe berdua duduk disini, ngobrol, sepakat ?” Kata kak Firman.
“Heh ? ngobrol ? males ah !” Kataku kemudian menuju kamar.
“Eca…! Ya…ngapain gitu…! Zal, loe ngegame tuh sama Zakka !” Kata kak Firman. Dengan raut muka yang tertekuk, saya menuruti perintah kak Firman. Rizal membisu saja di samping ku sambil melihat Zakka ngegame. Aku hanya membaca majalah yang tadi siang saya beli.
“Hmmm ! Suka baca ya …?” Tanya Rizal.
“Ya…begitulah…!” Kataku singkat.
“Kamu sekolah dimana ?” Tanya Rizal.
“Nggak usah pake bahasa kau saya gitu ! pake bahasa loe gue aja ! Gue sekolah di SMAN 2 ! Loe sekolah dimana ?” Tanyaku.
“O…! Gue di SMAN 8 ! Eh, gimana ? katanya di SMAN 2 ceweknya manis – cantik, cowoknya ganteng – ganteng. Loe udah punya pemuda apa belum ?” Tanya dia.
‘kayak polisi aja ni anak, dari tadi kerjaannya tanya mulu’ Pikirku.
“Belum…! Aku mau focus dulu ke sekolah ! Kalo loe dah punya cewek ?” Kataku sambil tersenyum dnegan dipaksakan.
“Alhamdullillah udah…!” Kata dia.
“Anak SMAN 8 juga ?” Tanyaku.
“Nggak ! anak SMAN 2 !” Kata Rizal.
Aku pribadi kaget.
“Pantesan loe tadi bilang kalo cewek di SMAN 2 manis – cantik. Boleh tau nggak siapa namanya ?” Kataku bercanda. Lalu dia hanya tersenyum.
“Nanti loe juga tau sendiri !” Kata dia. Aku hanya tersenyum simpul.
Lama kelamaan, ngobrol sama dia asik juga. Aku jadi sanggup melupakan Bayu. Selain ngobrol, kita juga tukar – tukaran nomor hp.
Sejak pertemuan itu, saya jadi sering ketemuan, smsan, dan chatting sama dia. Aku kini semakin dekat dengan Rizal. Tetapi, Rizal sudah milik orang lain. Aku hanya dekat dengan dia. Dia orangnya asik sekali diajak ngobrol, diajak curhat. Dia ngerti banget apa yang sedang saya butuhkan.
Rizal sering sekali curhat dengan ku problem ceweknya. Aku pun juga sebaliknya. Karena sudah di tinggal kak Vizca dan kak Firman kembali ke Australia, kami jadi ludang keringh leluasa mengobrol. Dan juga ludang keringh leluasa ketemuan. Jika Rizal tidak sms, hidupku rasanya sepi banget tanpa afeksi seorang cowok. Meskipun hanya sebagai sahabat.
Tak terasa, enam bulan berlalu begitu saja. Aku harus menghadapi ujian kenaikan kelas. Satu ahad saya menghadapi ujian kenaikan kelas, jadinya saya naik kelas. Tapi, ya… amapun… peringkatku kali ini jeblok banget. Aku menentukan jurusan IPA untuk saya kelas XI ini. Selain itu, saya juga menjadi anggota OSIS.
Setelah liburan kenaikan kelas selama dua minggu, saya harus kembali masuk sekolah. Hari pertama, kedua, dan ketiga, saya harus mengikuti kegiatan OSIS. Yaitu mos anak kelas sepuluh yang baru. Di ketika mos itu, saya menjadi merasa ludang keringh dewasa di bandingkan beberapa bulan yang lalu. Di ketika mos juga, saya mengenal beberapa adik kelas ku yang baru. Salah satunya Wira. Meskipun saya dan dia berbeda agama, tetapi dia tidak canggung untuk mengobrol denganku. Sejak kedekatanku dengan Wira itulah, saya jadi dianggap pacaran sama dia. Karena kini lagi musimnya abang kelas pacaran sama adik kelasnya.
Juga tak ku dirasa, persahabatanku dengan Rizal sudah delapan bulan. Aku merasa dia ialah gantinya Ricky yang dulu menghianati persahabatan ku. Rizal katanya rela memutuskan pacarnya demi aku.
Tepat tanggal 17 Agustus, sesudah saya upacara di sekolah, Rizal mengajakku ketemuan. Dan peristiwa kelas sembilan bersama Ricky terulang kembali. Rizal menyatakan cintanya kepadaku. Sebenernya, saya belum siap kalo suruh terima dia sebagai pacar. Tapi, saya juga sudah terlalu dekat dengan Rizal. Akhirnya, saya terima dia sebagai pacar aku. Sejak saya pacaran dengan Rizal, saya tidak memanggil dia Rizal. Tetapi, memanggilnya dengan kakak.
Tiga bulan kekerabatan ku dengan Rizal berjalan. Keluarga kami juga sudah mengetahui tiruananya dan mereka mengizinkan kami untuk menjalin kekerabatan tersebut. Tetapi, namanya orang pacaran, niscaya ada gangguannya. Jika kekerabatan pacaran itu sanggup melewati tiruana gangguan tadi, niscaya indah akhirnya. Tapi, tidak dengan hubunganku dengan Rizal. Kabar saya pacaran dengan Wira kembali menyeruak ke permukaan dan diberita itu hingga ke Rizal tanpa sepengetahuanku. Saat mendengar diberita itu, dia pribadi meminta konfirmasi kepada ku melalui telepon.
“Assalamualaikum …!” Kata Rizal.
“Waalaikumsallam…! Ada apa kak ?” Tanyaku.
“Aku mau tanya, tapi kau jangan tersinggung ya…!” Kata Rizal.
“Tanya apa ?” Tanyaku lagi.
“Apa benar ? kau pacaran sama adik kelasmu ?” Tanya Rizal. Aku pribadi kaget mendengar hal itu sanggup hingga ke Rizal.
“Ya…nggak lah Kak… buat apa saya pacaran sama adik kelasku kalo saya punya abang yang selalu menyayangi saya !” Kataku.
“Beneran ?” Tanya Rizal lagi.
“Beneran !” Kataku meyakinkan Rizal.
“Hmm…kalo gitu besok sore kita ketemuan di taman di ujung komplek sanggup nggak ?” Tanya Rizal.
“Bisa ! Seperti jam biasanya kan ?” Tanya ku.
“Ya…! Ca, udah dulu ya…! assalamualaikum !” Kata Rizal.
“Waalaikumsallam…!” Kata ku.
Keesokan harinya di sore hari, saya buru – buru ke taman di ujung kompleks rumahku. Ternyata, Rizal sudah di sana terludang keringh lampau.
Awalnya kita ngobrol menyerupai biasa ketika ketemuan. Tapi, sesudah Rizal menyampaikan beberapa foto, kami menjadi bertengkar. Foto itu menunjukkan kedekatanku dengan Wira. Aku tidak tau siapa yang mengambil foto itu. Tapi, ku sesudah ku lihat – lihat, foto itu kayaknya diambil ketika kegiatan mos di sekolah.
Aku terus mencoba menjelaskan perihal foto itu kepada Rizal. Namun, dia tidak mau mengerti. Dia tetap menuduhku menduakan di belakang dia. Tapi, saya juga tak mau kalah. Aku juga sempat melihat dia jalan dengan cewek lain di sebuah mall beberapa waktu yang lalu. Meskipun tanpa bukti – bukti yang kuat, saya tetap ngotot menuduh dia selingkuh.
Setelah bertengkar usang di taman, saya pikir – pikir, tidak ada gunanya lagi kita bersama. Hanya menambah beban pikir saja. Apa lagi saya sudah kecewa banget sama Rizal. Rizal tak pernah memdiberikan ku kesempatan untuk dekat dengan pemuda lain meskipun hanya sebatas teman. Akhirnya, jalinan tali kasih kami pun terputus juga hanya gara – gara foto yang tak terperinci itu.
Satu bulan sudah kami berpisah. Tapi, kami tidak hingga lost contec. Dia masih sering sms dan menelepon ku. Dia juga sering mengajak ku jalan. Tapi saya selalu menolaknya. Karena kita sudah tidak ada ikatan lagi. Dan saya pun tau kalau dia sudah punya penggantiku.
Tapi selama satu bulan itu lah yang sangat berat bagi ku. Aku tidak sanggup melupakan Rizal sebagai kekasihku. Mungkin lantaran masih kontec – kontekan itulah yang membuatku berat untuk melupakan dia.
Beruntung, saya mempunyai sahabat – sahabat sekelas yang selalu menghiburku. Meskipun mereka tidak tau problem yang saya hadapi, tapi mereka sudah menciptakan saya tersenyum kembali menyerupai dulu lagi. Yang paling berjasa menciptakan saya tersenyum kembali ialah Dika. Di hari – hari ku yang sepi ini, dia selalu menghiburku. Dia selalu mengajakku bercanda. Selain Dika, sahabat ku sebangku Bella, juga sering menghiburku. Tapi, Bella melihat sesuatu yang lain yang ada didiriku ketika saya dekat dengan Dika. Kata dia, saya terlihat suka sama Dika.
“Ca, gue lihat loe kok nyaman banget deket sama Dika ? Loe suka ya sama dia ?” Kata Bella.
“Dika ? enggak kali Ka ! gue tuh cuma temenan sama dia ! Emangnya napa ?” Tanya ku.
“Ya…nggak apa-apa sih…! Ya gue ngerasa loe kok nyaman banget kelihatannya sama Dika !” Kata Bella lagi. Aku hanya membalasnya dengan senyuman.
Tapi, ternyata benar apa yang dikatakan Bella. Lama – usang saya jadi suka sama Dika. Dika perhatian banget sama aku. Dia selalu ada untukku ketika saya ada masalah. Dia juga sering memdiberiku masukan. Pokoknya kayak pak ustadz tuh cowok.
Setiap hari, dia sms aku. Isi smsnya perihal masukan – masukan dari dia. Aku jadi nyaman banget dekat sama dia. Tapi, kata Maria saya aneh. Gimana nggak ?. Dulu aja saya sanggup suka sama Bayu. Kok kini malah pemuda kayak gitu yang saya suka. Eh, tapi ada benernya juga lho !. Beberapa sahabatku juga litanya aneh. Zura, sahabatku yang paling kecil hingga bilang gini :
“Ca, loe kok sanggup suka sih sama Dika ?”
Aku menjadi gundah mentpendapatnya. Aku sendiri tidak tau gimana awalnya saya jadi suka sama seorang Dika Raka Pamungkas. Mungkin ini yang disebut cinta itu tersirat.
Tapi untuk ketiga kalinya cintaku terbentur sahabat sekelas sendiri. Temanku itu namanya Civa. Dia sering kisah ke saya kalau Dika sering sms dia, sering tanya dia lagi ngapain.
“Huh, pantes aja Dika udah nggak pernah sms saya !” kataku dalam hati.
Tapi, saya mencoba menahan tiruana amarahku. Aku tidak mau bertengkar di kelas sama sahabat sekelas hanya lantaran rebutan cowok. Cowoknya itupun belum tentu menjadi milikku atau milik dia. Kaprikornus serba salah kalau kayak gini. Mau murka tapi saya takut malu ?. Nggak marah, tapi Civa nggak pernah sanggup jaga perasaanku ?. Yah,mungkin inilah resiko suka sama sahabat sekelas.
Baru dua bulan saya menjalani hidup tanpa Rizal. Tapi, saya sudah kangen banget sama dia. Beberapa hari ini perasaan ku nggak lezat perihal Rizal. Ada apa ya dengan dia ?.
Malam harinya, dia SMS aku.
‘Ca, bsk qt takbiran bareng yuk ! dimn aja up2U. Cl mo di rmh q ya slhkn. Mau ya Ca ! please ! Q lg pengen bngt bersm u ! ;-)’ Isi SMS dari Rizal.
‘Ya…Insyaallah kak cl q g’ da acr di school bsk. J’ balasku.
Keesokan harinya, saya merasa aneh. SMS dari Rizal tadi malam yang membuatku aneh. Kenapa ya dia ingin sekali bersama ku ? pada hal dia sudah punya pacar baru. Selain itu ada lagi yang membuatku sangat aneh yaitu, saya ingin sekali bertemu Rizal. Pada hal, ketika saya pacaran sama Rizal tidak hingga menyerupai ini. Aku mencoba menenangkan pikiranku.
Sampai di sekolah, saya terlambat. Baru kali ini saya terlambat hingga lima menit ludang keringh. Di sekolahpun saya terus mencoba menenangkan pikiranku. Sampai berakhirnya jam kedua pelajaran bahasa Indonesia, saya tetap tak sanggup menenangkan pikiran ku. Aku masih kepikiran Rizal. Ada apa ya dengan dia ?.
Hari ini pelajaran jam ke tiga di sekolah ialah olah raga. Aku bersama-sama males banget. Tapi, Bella terus saja mengajakku.
“Ca, Loe nggak olah raga ?” Tanya Bella.
“Males banget gue olah raga ?” Kataku.
“Loe kenapa sih Ca ? Loe sakit ?” Tanya Bella lagi.
“Nggak !” Kataku.
“Ya udah ayo olah raga ! Nanti dimarahin pak Hendra lho !” Kata Bella mengajakku olah raga.
Dengan terpaksa, saya mengikuti pelajaran olahraga. Ternyata, ketika olah raga pikiranku sanggup sedikit tenang. Karena saya sanggup bercanda dengan sahabat – sahabat sekelas diluar kelas.
Setelah Olah raga, saya pribadi berganti baju. Setelah itu pergi ke kantin untuk membeli minuman. Setelah dari kantin, saya duduk – duduk di taman sekolah sambil memainkan laptopku di temani Bella. Karena ketika itu masih jam istirahat.
Tapi, ketika ku buka sebuah e-mail dari kak Vizca, betapa kagetnya aku.
‘Ca, rizal sama kak firman gres saja kecelakaan. Kakak mau pulang ke Ind nnti siang. :-)’ isi e – mail dari kak Vizca. Air mata pribadi membasahi pipiku.
“Ca, Loe kenapa ?” Tanya Bella yang kaget lantaran saya menangis. Aku sudah tidak sanggup berkata – kata lagi. Meskipun saya sudah bukan siapa – siapanya dia lagi, tapi saya masih merasa ada ikatan antara saya dan Rizal.
“Bel, Rizal Bel !” Kataku sambil menangis.
“Iya Rizal kenapa ?” Tanya Bella yang sangat panic.
“Rizal kecelakaan !” Kataku.
“Ya ampun ! Trus keadaan dia kini gimana ?” Kata Bella.
“Gue nggak tau ! Bel, kira – kira boleh nggak ya gue pulang ? gue pengen tau keadaanya Rizal !” Kataku bertanya kepada Bella.
Karena besok ialah hari raya Idul Adha, semenjak sesudah istirahat tadi, sudah tidak ada jam pelajaran lagi. Tapi, belum boleh pulang.
Dua jam pelajan berlalu, saya masih khawatir dengan keadaan Rizal.
Akhirnya, bel pulangpun berbunyi. Aku pribadi memacu motorku ke rumah sakit daerah Rizal dan Kak Firman dirawat.
Sesampainya di sana, saya pribadi mencari kamar daerah kak Firman di rawat lantaran saya tidak tau Rizal ada di eksekusi alam yang mana.
“Assalamualaikum…!” Kataku pribadi masuk ke kamar daerah kak Rizal dirawat tanpa mengetuk pintu terludang keringh lampau.
“Waalaikumsallam…!” Jawab kak Firman dan kak Vizca bersamaan.
“Ca, loe nggak pulang dulu tadi ?” Tanya kak Vizca.
“Nggak, saya khawatir dengan keadaan kak Firman sama Rizal ! Kak Firman nggak apa – apa kan ?” Tanyaku.
“Kalo saya nggak apa – apa Eca ! Cuma kaki dan tangan kananku yang patah dan kepala depan yang robek ! yang lain masih baik – baik aja !” Kata kak Firman sambil tersenyum.
Aku terperanjat melihat luka – luka yang di derita kak Firman.
“Terus, Rizal gimana keadaanya kak ?” Tanyaku.
“Loe yang sabar ya Ca ! Rizal hingga kini masih belum sadar. Tadi pas kecelakaan benturan di kepalanya sangat keras. Semoga saja dia nggak hingga gagar otak !” Kata Kak Firman.
“Terus, Rizal kini dimana kak ?” Tanyaku lagi.
“Di ruang ICU lagi di tunggui sama mama !” Kata kak Firman.
Aku pribadi buru – buru pergi ke ruang ICU. Ternyata sesampainya disana, Tante Lisa berada di ruang tunggu yang berada di depan ruang ICU.
“Assalamualaikum tante…!” Kataku sambil mendekati Tante Lisa.
“Eh, nak Zian ! waalaikumsallam” Jawab Tante Lisa dengan singkat.
“Tante yang sabar ya…! Mungkin ini cobaan dari Allah ! Pasti, dibalik tiruana ini akan ada kebaikan yang tiba menghampiri keluarga tante !” Kataku mencoba menghibur mamanya Zian yang terlihat sangat terpukul dengan keadaan Rizal.
“Iya ! Kamu juga yang sabar ya sayang !” kata Tante Lisa mencoba untuk tegar.
“Tante ! kenapa tante tidak menunggui Rizal didalam ?” Tanyaku.
“Rizal sedang di periksa, dan didalam sudah ada papanya yang menunggui !” Kata Tante Lisa.
Beberapa ketika kemudian, dokter yang mengusut Rizal bersama om Taufiq (Papanya Rizal) keluar dari ruang ICU.
“Maaf bapak ibu, anak bapak dan ibu berharap hidupnya tinggal lima puluh persen. Kalau hingga besok tak kunjung sadar juga, berharap hidup dia tinggal menunggu waktu.” Kata dokter. Aku melihat Tante Lisa pribadi menangis mendengar apa yang di katakana dokter tadi.
“Terimakasih ya dok !” Kata om Taufiq.
“Ya sama – sama Pak ! kami dari tim dokter juga akan berusaha seterbaik mungkin untuk menyelamatkan adik Rizal.” Kata dokter.
“Sekali lagi saya ucapkan terima kasih.” Kata om Taufiq.
“Sama – sama. Maaf Saya mau menangani pasien lain !” kata dokter.
“Silahakan dok !” Kata om Taufiq.
Setelah dokter itu pergi, Aku pribadi bersalaman dengan papanya Rizal. Setelah itu, saya dan om Taufiq mencoba menenangkan Tante Lisa.
“Maaf om ! saya boleh bertanya ?” Kataku.
“Tanya apa ?” Jawab om Taufiq dengan ramah meskipun raut wajahnya terlihat sangat sedih.
“Tadi bagaimana om kok Rizal hingga sanggup kayak gitu ?” Tanayaku.
“Kalau kata para saksi mata di sana katanya tadi ada kendaraan beroda empat yang ada di depannya Firman melaju sangat cepat. Otomatis, Firman kan mengikuti juga dibelakangnya bersama motor yang lain dengan kecepatan tinggi. Firman kan naik motornya juga bersebelahan dengan motor lain. Tiba – tiba kendaraan beroda empat yang ada didepannya itu berhenti mendadak. Kaprikornus pengendara yang di belakangnya kan nggak siap. Ya jadilah gesekan beruntun. Katanya Rizal hingga terpelanting dan helmnya terlepas. Itu yang menciptakan Rizal hingga koma. Bahkan pengendara motor yang ketika mengendarai motor ada di sampingnya Firman hingga meninggal. Allhamdullillah Firman sama Rizal sanggup selamat dari maut. Tapi, tinggal menunggu Rizal sadar saja. Om minta do’anya ya Ian !” Cerita om Taufiq.
“Pasti om. Saya akan berdo’a untuk kesembuhan Rizal !” Kataku.
“Terimakasih ya Zian !” Kata om Taufiq.
“Ya sama – sama om. Om, tante, saya pamit pulang dulu ya, Zakka di rumah sendirian. Om, dan tante harus tetap sabar ya !. Tante, tolong sampaikan salam saya kepada Rizal kalau nanti dia sadar !”. Kataku berpamitan.
“Ya sayang, niscaya tante sampaikan nanti.” Kata Tante Lisa sambil membelaiku.
“Ian, kau nggak menunggu kakakmu dulu ?” Kata papanya Rizal.
“Kak Vizca biar disini saja Om. Biar nungguin kak Firman ! Saya pamit dulu ya Om, tante ! assallamualaikum !” Kataku.
“Waalaikumsallam !” Jawab papa dan Tante Lisa.
Setelah itu, saya pribadi pulang. Setibanya dirumah, saya dapati Zakka tertidur di ruang tengah masih menggunakan seragam sekolah dengan keadaan tv yang menyala. Lalu saya bangunkan dia.
“Zak, Zakka ! Hei, bangun adek !” Kataku membangunkan Zakka.
Setelah beberapa menit kemudian, Zakka bangun.
“Zak, udah shalat dhuhur belum ?” Kataku.
“Belum kak !” Jawabnya masih dalam keaadan mengantuk.
“Lihat tuh jam berapa ?” Kataku sambil merapikan komik – komiknya Zakka yang berserakan di ruang tengah.
“Asstagfirullahhalazim…!” Kata Zakka kaget. Dia pribadi buru – buru ke kamar mandi untuk mengambil air wudlu dan pribadi sholat. Setelah itu, dia pribadi menemui di ruang tengah.
“Kak, saya lapar banget nih ! Eh, iya tadi kak Vizca pulang lho !” Kata Zakka.
“Kamu beli masakan diluar aja ya ? abang lagi males banget nih !” Kataku sambil memdiberikan uang kepada Zakka.
“Makasih ya kak !” kata Zakka sambil berlari keluar rumah kemudian pergi dengan mengendarai motor dan saya tidak tau dia kemana.
Lalu, saya menutup pintu pagar dan pintu rumah. Setelah itu saya tidur siang. Karena nanti malam ada program takbiran bersama di sekolah. Kaprikornus saya harus menyiapakan stamina untuk nanti malam.
Aku gres tidur setengah jam, tapi sudah dibangunkan oleh Zakka untuk shalat ashar. Ya terang aja saya di bangunin sama Zakka. Aku mulai tidur jam empat sore. Sebenarnya saya masih ngantuk sekali dan masih lelah sekali.
Setelah shalat ashar, saya mempersiapkan baju yang akan saya pakai untuk nanti malam takbiran dan untuk besok ketika shalat ied adha. Selain menyiapkan bajuku sendiri, saya juga menyiapkan baju untuk Zakka dan kak Vizca untuk besok shalat ied adha.
Sehabis shalat magrib, saya mengantarkan Zakka ke les di dekat rumah sakit daerah Rizal dan kak Firman dirawat. Setelah mengantar Zakka, saya sempatkan untuk membeli sebuah boneka di dekat rumah sakit. Aku membeli sebuah boneka singa yang cukup besar. Aku akan memdiberikan boneka ini untuk Rizal. Karena saya ingat dia lagi kangen banget sama kampung halamannya di Malang. Lalu saya menjenguk Rizal dulu sebentar sebelum saya ke sekolah untuk takbiran.
Sesampainya disana, saya tidak pribadi ke ruang ICU di mana Rizal di rawat. Tetapi, saya menemui kak Vizca dulu yang sedang menunggui kak Firman.
“Assalamualaikuum…!” Kataku sambil memasuki ruangan daerah kak Firman di rawat.
“Waalaikumsalam…!” Jawab kak Firman.
“Kak Vizca mana kak ?” Kataku.
“Lagi sholat magrib di mushala !” Kata kak Firman.
“O…!” kataku singkat.
“Loe dari mana ? mau kemana Ca ?” Tanya kak Firman.
“Dari nganter Zakka les, trus mau ke sekolah, mau takbiran. Tapi, saya masih khawatir sama Rizal kak ! makanya saya sini dulu ! Rizal giman kak ? udah sadar belum ?” tanyaku.
“Ya…keadaan dia kini menyerupai yang loe lihat tadi siang !” Kata kak Firman terlihat sedih.
Sepertinya, kak Firman merasa bersalah banget atas kecelakaan ini. Dia terlihat terpukul sekali dengan keadaan Rizal yang masih koma dan berharap hidupnya tinggal sedikit. Dia tampaknya merasa bersalah atas komanya Rizal.
“Eh, elo Ca !” Kata kak Vizca yang tiba – tiba datang.
“Iya kak !Kak Vizca udah makan belum ?” tanyaku.
“Udah tadi makan roti sama kak Firman ! nih hingga habis satu bungkus !” Kata kak Vizca sambil menunjukkan bungkus bekas roti.
“O…ya udah ! kalo gitu saya mau nengok Rizal dulu ya kak ?” Kataku sambil bangun dari daerah duduk.
“Ya udah ! Ca, abang nanti mungkin nggak pulang kerumah !” Kata kak Vizca. Aku hanya membalas dengan anggukkan.
“Ya udah kak ! saya pergi dulu ya kak ! assalamualaukum !” kataku sambil keluar dari kamar temapat kak Firman dirawat.
“Waalaikumsallam…!” Jawab kak Vizca dan Kak Firman bersamaan.
Aku pribadi menuju ruang ICU daerah Rizal dirawat. Tapi, sebelum hingga diruang ICU, saya bertemu dengan Tante Lisa yang gres saja hingga di rumah sakit.
“Assalamualaikum tante…!” Kataku sambil bersalaman.
“Waalaikumsallam…! Eh, kau Zian ! Dari mana sayang !” Kata Tante Lisa dengan ramah. Meskipun raut wajahnya terlihat sangat sedih.
“Habis ngantar Zakka les tante !” Kataku.
“O…! Kamu mau jenguk Rizal ?” Tanya Tante Lisa.
“Iya tante !” Kataku dengan penuh semangat.
“Ya udah ayo !” Kata Tante Lisa.
Disepanjang perjalanan kami menyusuri lorong rumah sakit, Tante Lisa mengungkapkan tiruana kesedihannya.
“Sebenernya, tante terpukul banget sama keadaan Firman dan Rizal yang menyerupai ini. Apa lagi Rizal, tante sayang banget sama dia. Tante nggak sanggup ngebayangin kalo besok pagi dia nggak sadar juga.” Kata Tante Lisa dengan raut muka yang begitu sedih.
“Tante nggak boleh pesimis. Tante harus optimis kalo Rizal sama kak Firman sanggup sembuh !” Kataku menyemangati Tante Lisa. Awalnya Tante Lisa hanya membalasnya dengan senyuman.
“Jam satu siang tadi seharusnya kami sudah take of dari bandara untuk terbang ke Malang. Besok kami mau merayakan idul Adha bersama keluarga di Malang. Tapi, peristiwa alam ini datang. Semuanya jadi berantakan.” Kata Tante Lisa.
“Tante……kita tiruana kan nggak tau kapan peristiwa alam itu akan tiba !” Kataku.
“Iya…bener juga apa kata kamu. Tapi, kau tau tidak, Rizal bersama-sama ingin memdiberi kejutan buat kau hari ini !” Kata Tante Lisa.
“Oh…ya…? Kejutan apa tante ?” Tanyaku.
“Dia pengen ngajak kau ke Malang hari ini. Katanya dia mau idul Adhaan sama kamu.” Kata Tante Lisa.
“O…! Tadi malam Rizal sms saya tante. Katanya dia pengen banget bersama saya ! Sayakan jadi bingung, kenapa perilaku Rizal kok jadi menyerupai ini ? Eh, ternyata akan ada peristiwa ini.” Kataku.
Tidak terasa, kami hingga di depan pintu ruang ICU. Lalu kami menuju ruangan daerah Rizal dirawat yang masih masuk ruang ICU.
“Sayang, masuk yuk !” Ajak Tante Lisa.
“Ah, saya disini saja tante ! saya cuma mau titip ini untuk Rizal ! Saya sudah cukup melihat dia dari depan pintu ini.” Kataku. Kebetulan pintu itu ada kacanya yang tembus pandang.
“Ayo donk Zian ! siapa tau kalau kau mau masuk Rizal pribadi sadar !” Kata Tante Lisa memohon.
Kali ini saya tidak bias menolaknya. Setelah saya menggunakan baju khusus ruang ICU, saya dan Tante Lisa masuk ke ruangan daerah Rizal dirawat.
“Asslamualaikum…!” Kataku sambil memasuki ruangan itu.
“Waalaikumsallam…!” Jawab papanya Rizal. Aku pribadi bersalaman dengan beliau.
“Zian, om mohon banget sama kau ya ! kau berharap terakhir om dan tante. Kamu ajak bicara ya Rizal !. Tadi kata dokternya kalau ingin Rizal cepat sadar harus selalu diajak bicara. Meskipun dia nggak sanggup respon dengan apa yang kita bicarakan. Please ya Zian ?” Mohon papanya Rizal.
Aku sempat aneh untuk melaksanakan itu. Tapi, demi kesembuhan Rizal, saya mau melakukannya.
“Baik, Om !” Kataku.
“Om, sama tante keluar dulu ya ! kau ajak ngobrol Rizal sepuasnya !” Kata Tante Lisa. Lalu mama dan papanya Rizal keluar dari ruangan daerah Rizal dirawat.
Saat melihat Rizal dengan keadaan menyerupai itu, hatiku rasanya sedih sekali. Tak terasa air mata mengucur deras di pipiku. Lalu saya berjalan pelan – pelan menuju daerah tidur Rizal. Di samping daerah tidur itu, sudah tersedia dua buah kursi. Di salah satu kursi itu saya duduk dan terdiam sejenak.
“Eca, kau nggak boleh sedih. Kamu harus besar lengan berkuasa demi kesembuhan Rizal !” Kata hatiku.
Aku terus mencoba untuk tegar. Lalu, ku lantunkan beberapa ayat suci Al – Qur’an. Aku sengaja melantunkan ayat suci Al – Qur’an itu di dekat indera pendengaran Rizal. Tujuannya semoga di fikirannya tetap ada fikiran diberibadah kepada Allah SWT meskipun dia lagi koma. Aku hitung – hitung ada 12 ayat suci Al – Qur’an yang sudah ku lantunkan. Meskipun hanya surat – surat pendek, saya berharap itu sanggup menyadarkan dia. Selain ayat suci Al – Qur’an, saya juga membisikkan takbir kepada dia.
Lalu saya ketika saya mau mencoba menajak bicara Rizal, tiba – tiba papa dan mamanya masuk kedalam ruangan atau kamar. Tapi, papa dan Tante Lisa tau kalau saya belum berbicara apa – apa kepada Rizal. Merekapun menghampiriku. Tante Lisa duduk di sebelahku, sedangkan papanya Rizal berdiri dibelakangku dan beleakangnya Tante Lisa sambil terus mencoba menyamangati Tante Lisa. Terlihat raut muka penuh berharap kepadaku terlihat dari Tante Lisa.
Sambil memegang erat tangan kanannya Rizal, saya berkata.
“Kak Rizal…kamu harus sadar ya sayang…kamu nggak boleh terus – kanal begini. Kamu nggak kasian sama saya ? Aku kesepian banget tanpa kamu. Sayang…katanya kau mau melewati malam takbiran ini bersama aku. Dan kata mama kamu, kau ingin diberidul adha di Malang sama keluarga kau dan sama aku. Rizal sayang, saya sudah ada disini. Mama dan papa kau juga ada di sini. Dan kita akan selalu ada di sini untuk kamu. Kamu harus sadar ya sayang ya… . kita tiruana sayang kamu, kita tiruana nggak akan pergi dari kamu. Cepat sadar ya sayang…” Kataku lemah lembut.
Tiba – tiba saya rasakan tangannya Rizal bergerak dan memegangku sangat erat. Aku tidak tau apa itu cuma perasaanku atau benar – benar itu terjadi.
“Zian, kau sanggup menciptakan Rizal sadar !” Kata papanya Rizal dengan spontan.
“Tapi, om……Rizal belum sadar sepenuhnya !” kataku.
“Nggak apa – apa Zian, yang penting berharap hidup Rizal sudah semakin meningkat !” kata papanya Rizal penuh semangat lantaran melihat tangannya Rizal tadi bergerak.
Ternyata, tangannya Rizal tadi benar – benar bergerak.
“Terima kasih ya Allah…Engkau masih memdiberikan berharap hidup kepada Rizal…!” kataku dalam hati.
“Om, tante, saya mau pamit dulu ya…! Saya mau ke sekolah, ada program takbiran di sekolah.” Kataku.
Tapi, saya merasakan hal aneh di tanganku yang dipegang Rizal. Rasanya Rizal tidak mau melepaskan pegangannya. Tapi, saya terus mencoba melepaskan pegangan itu. Akhirnya, saya sanggup melepaskannya. Sebenarnya saya berat melepaskannya.
“Maafkan saya Rizal. Aku hanya pergi untuk sementara. Aku niscaya akan kembali.” Kataku dalam hati.
“Kamu nggak nunggu Rizal sadar dulu ?” Tanya papanya Rizal.
“Maaf om, bukannya saya nggak mau. Tapi, saya sebagai anggota Osis harus prefesional. Saya harus tiba ke program takbiran ini. Kalau tidak saya sanggup di pecat nanti.” Kataku.
“O…ya sudah. Om mengerti kok kesibukan kau hari ini.” Kata papanya Rizal.
“Om, saya mau titip ini buat Rizal. Dan salam ya Om kalau nanti Rizal sadar.” Kataku sambil menyerahkan boneka singa yang gres saya beli tadi.
“Ya…sayang…pasti nanti om sampaikan. Sebentar Zian, coba kau lihat dulu apa disini masih ada nomor kau atau tidak ?” Kata papanya Rizal sambil memdiberikan Hpnya Rizal kepadaku.
Aku sangat kaget sekali melihat wallpaper yang terpampang di hpnya Rizal. Fotoku bersama Rizal ketika di taman kota yang menunjukkan kemesraanku bersama dia yang menjadi wallpaper di hp itu.
“Mungkinkah kau masih sayang sama aku?” tanyaku dalam hati. Lalu buru – buru saya cari nomorku apakah masih ada di hp itu atau tidak.
“Ini om nomor saya masih ada disini ternyata. Namanya Ayank Ian. Om, saya pamit dulu ya ! mari tante ! wassalmuallaikum…!” Kataku sambil menyerahkan hp itu kembali ke papanya Rizal dan pergi meninggalkan mereka.
“Waalaikumsallam…!” Jawab papa dan Tante Lisa.
Aku pribadi berlari menuju parkiran. Sesampainya disana, hpku tiba – tiba berbunyi. Aku lihat SMS dari Dika.
‘Eca, U kmn aja ? jm sgn kok blm dtng ! U dcr 2 ma Pk. Santoso.’ Isi SMS itu.
‘Dik, tlng izinkan Q ke Pk. Santoso Q dtgx agak tlt. Coz Q msh da di RS.’Balasku.
Setelah membalas SMS itu, saya pribadi pergi ke sekolah.
Sesampainya di depan gerbang sekolah, saya sudah di tunggu Pak. Santoso. Setelah memarkir motor, saya pribadi mengisi daftar muncul yang ada depan pos penjaga sekolah. Aku lihat disana sudah tidak ada Pak Santoso. Setelah saya mengisi daftar munculku, saya ingin menemui Dika. Saat saya berbalik badan, tiba – tiba Pak Santoso sudah ada di belakangku dengan wajah kilernya. Kagetku bukan main. Selain itu saya juga punya penyakit latah.
“Astagfirullahhaladzim…” kataku dengan nada yang super cepat lantaran latah dan ketika saya melihat Pak Santoso dibelakangku.
Saking kagetnya diriku, hingga – hingga saya tidak sanggup berkata – kata lagi dan jadinya pingsan.
Saat saya tersadar, saya sudah berada di UKS. Dan disampingku sudah ada Bella, Maria, Zura, Exa, Dika, dan Zovi.
“Ca, Loe tadi kenapa sih kok sanggup hingga pingsan begini ?” Tanya Bella.
“Gara – gara guru yang super – super kiler tuh !” Kataku dengan nada yang masih gusar.
“Siapa ? Pak Santoso ?” Tanya Zura.
“Ya siapa lagi kalo bukan Pak Santoso !” kataku.
“Si guru Genderuwo itu ?” Tanya Exa.
“Iya Exa !” kataku.
“Lha terus loe diapain kok sanggup hingga pingsan gitu !” Tanya Dika.
“Siapa yang nggak kaget kalo tiba – tiba di belakangnya ada genderuwo seserem itu !” Kataku.
“Emang tuh guru, nggak sanggup buat tampang yang ludang keringh baik lagi apa ?” Kata Zovi.
“Maksud loe Zov ?” Tanya Maria.
“Ya…minimal tampangnya ganti tampang kolor ijo gitu ! itukan ludang keringh baik !” Kata Zovi.
“Malah tampang kolor ijo !” Kata Bella.
“Ihhh… kan serem Zov ?” Kata Zura.
“Sereman mana sama Pak Santoso kalo nggak ganti tampang ?” Kata Zovi.
“Bener juga kata loe ! tapi kalo sama – sama serem kan sama aja nggak ganti tampang !” Kata Zura.
“Tuh guru emang bikin bulu kuduk gue berdiri !” Kata Dika.
“Nggak hanya elo Dik, tapi gue juga !” Kata Zovi yang nggak mau ketinggalan.
“Pak Santoso tuh harus dan wajib operasi plastic. Biar nggak ada lagi pelajar dan siswa yang pingsan kalo ngelihat mukanya Pak Santoso !” Kata Exa.
“Gue sepakat banget tuh ! masak, setiap ada Pak Santoso selalu aja ada problem sama pelajar dan siswa – pelajar dan siswa !” Kata Maria.
“Ibaratnya dimana ada Pak Satoso, disitu ada problem yang tiba !” Kata Dika.
“Eh, dengerin ya, hingga habis satu gudang emberpun, mukanya Pak Santoso ya tetep serem !” Kataku.
“ya sekali gederuwo tetap genderuwo !” Kata Zovi.
“Siapa yang kayak genderuwo ?” Tanya Pak Santoso yang tiba – tiba muncul.
Kami saling menunjuk.
“Sekarang, kalian bapak hukum. Kalian harus membantu penjaga sekolah untuk menggelar karpet di halaman sekolah untuk sholat ied adha besok ! SEKARANG !” Kata Pak Santoso.
Maria, Dika, Zovi, dan Exa pribadi lari menuju halaman sekolah. Sedangkan saya dan Zura ,asih tetap di UKS.
“Kalian ngapain disini ? cepat, bantu sahabat kalian !” Kata Pak Santoso.
“Ya pak ! masak kita juga ! kita kan nggak ikut – ikutan” Eluh Zura.
“Iya pak ! saya jugakan lagi sakit !” Kata ku.
“Bapak nggak mau tau pokoknya kalian tiruana harus kena eksekusi ! SEKARANG” Kata Pak Santoso.
Lalu, kami dengan gusar mengerjakan apa yang di
perintahkan oleh pak Santoso.
“Eh, Ke Mushola yuk ? nanti dimarahin sama Kak ihsan lho kalo kita nggak kesana !” Kata Zura mengajak kami ke Mushola.
“Ya udah ayo !” Kataku dan sahabat – sahabat pribadi menuju mushola untuk takbiran.
Aku lihat jam yang tergelang di tanganku. Huh…masih pukul 21.00. sebenernya saya capek banget hari ini. Aku harus bolak – balik sekolah, rumah sakit, rumah.
“Eh, ngantuk aja !” Kata Dika yang tiba – tiba mendekatiku.
“He ? Iya nih capek banget gue ! jadinya ngantuk gini !” Kataku yang awalnya tidak menyahut omongan dari Dika.
“By the way… loe tadi kerumah sakit ngapain ?” Tanya Dika.
Mataku yang awalnya sangat sipit lantaran mengantuk, menjadi terbuka selebar – lebarnya mendengar perkataan Dika tadi.
“Jenguk temen gue yang lagi sakit !” Jawabku.
“Temen apa temen ?” goda Dika.
“Beneran Dik ! temen gue !” Kataku.
“Bukan temen tapi pacar kan ?” Tanya Dika.
“Ya udah gue ngaku. Mantan gue yang lagi sakit di rumah sakit !” Kataku dnegan nada tinggi.
“Mantan apa mantan ?” Tanya Dika yang terus menggodaku.
“Ah tau ah …!” Kataku dengan nada kerena Dika terus kanal menggodaku.
“Ih…gitu aja murka !” Kata Dika.
“Dika, dika…aneh banget sih loe jadi orang ?” kataku.
“Aneh gimana ? apa gue ganteng atau apa ?” Tanya Dika.
“Ih ! Narsis banget sih loe ?” Kataku.
“Biarin emangnya nggak boleh ?” Tanya Dika.
Aku hanya membalsnya dengan senyuman.
“Kan nggak ada undang – undang yang melarang seseorang untuk narsis !” kata Dika
“Ya ! Up to you what ever !” Kataku.
“Eh, tadi beneran yang sakit mantan loe ?” Tanya Dika.
“Ya ampun…ngapain sih gue bohong sama loe ?” Tanya ku.
“Emangnya sakit apa dia ?” Tanya Dika lagi.
“Tadi pagi kecelakaan ! Ah udah ah…kayak polisi aja loe ! Tanya mulu dari tadi !” Kataku sambil berdiri.
“Eh, mau kemana loe ?” Tanya Dika.
“Mau ambil air wudlu trus mau shalat isya’ dulu. ” Kataku.
Selesai shalat isya’ saya gres teringat dengan Zakka yang masih les. Aku buru – buru pamit ke sahabat – sahabat yang masih di sekolah. Aku segera mengambil motor ku di parkiran, kemudian memacunya menuju les – lesannya Zakka.
Sesampainya disana, ternyata kelasnya Zakka sudah selesai semenjak pukul 20.30 tadi. Aku gundah mau mencari Zakka kemana. Dia mustahil pulang sendiri. Akhirnya, saya mencarinya ke rumah sakit.
Ternyata benar, Zakka ada di sana.
“Kak kemana aja sih ?” Tanya Zakka.
“Ya dari sekolah lah !” Kataku.
“Emangnya udah selesai takbirannya Ca ?” Tanya Kak Vizca.
“Belum sih ! lantaran saya ingat Zakka belum di jemput, jadinya saya pulang duluan deh ! Tapi, sebenernya saya sudah ngantuk banget plus capeknya minta ampun !” Kataku.
“Hu…dasar anggota Osis yang nggak konsekuen !” Ejek kak Firman.
Aku tak menghiraukan usikan Kak Firman.
“Zak, pulang yuk ! abang capek banget nih !” Kataku.
“Ayo !” Kataku Zakka.
“Zak, loe ya yang nanti bonceng kak Eca !” Kata kak Vizca.
“Emangnya napa kak ? saya masih sanggup kok nyetir sendiri !” Kataku.
“Biar Zakka aja. Loe nggak mungkin nyetir dalam keadaan ngantuk gini.” Kata kak Vizca.
“Ya udah kak ! saya sama kak Eca pulang dulu ya ?” pamit Zakka.
“Hati – hati ya !” kata kak Firman.
“assallamualaikum !” Kata Zakka.
“Waalaikumsallam !” Jawab kak Vizca dan kak Firman.
Zakka mengeendarai motornya dengan kecepatan tinggi sekali. Aku yang awalnya mengantuk menjadi tidak ngantuk lagi lantaran nggak mungkin saya sanggup nyaman kalau kecepatanya secepat ini.
Sesampainya dirumah, sesudah mengunci tiruana pintu, saya pribadi tidur. Sedangkan Zakka masih asik dengan PSnya.
Saat saya tertidur itu, saya memimpikan Rizal. Dia berkata kepadaku.
“Zian sayang, tidur yang lelap ya…! Kamu nggak usah terlalu mikirin aku. Aku disini baik – baik aja kok !” kata dia yang lantas tersenyum.
“Asstagfirullahhallazim…!” Kataku yang kemudian terbangun.
Sekadab itu, saya pribadi terbangun. Ku lihat jam dinding di kamarku masih menyampaikan pukul 02.00. Aku pribadi berpikir, ada apa ya sama Rizal ?. Aku jadi cemas.
Sejak saya bangun jam 02.00 tadi saya jadi tidak sanggup tidur hingga matahari terbit. Lalu saya membangunkan Zakka untuk menemaniku.
Setelah mandi, ganti baju, kemudian sarapan saya kemudian mengantarkan Zakka ke sekolahnya untuk shalat idul adha. Setelah mengantarkan Zakka, bersama-sama saya ingin ke rumah sakit menjenguk Rizal sebentar. Tapi jam di tanganku sudah menyampaikan pukul 05.45. Aku harus segera kesekolah lantaran shalat idul adha di sekolah di mulai pukul 06.00. Aku mencoba memacu motorku secepat mungkin.
“Semoga hari ini tidak macet !” kataku dalam hati.
Sesampai di sekolah, saya pribadi mencari tempat. Allhamdullillah masih ada yang kosong.
Selesai shalat ied adha, saya tidak pribadi pulang. Aku harus ikut memmembersihkankan hewan dan makhluk hidup kurban yang habis dipotong bersama sahabat – sahabat anggota Osis lainnya. Saat saya sedang asik memmembersihkankan daging kurban bersama sahabat – sahabat Osis yang lain, tiba – tiba hp yang berada di sakuku berbunyi. Saat saya lihat, ternyata Tante Lisa yang telepon. Aku pribadi menjauh dari sahabat – sahabat yang lainnya. Lalu gres saya mengangkat telepon dari Tante Lisa.
“Halo, assalamuallaikum !” Kataku.
“Waalaikumsallam !” Jawab Tante Lisa.
“Ada apa tante ?” Tanyaku.
“Zian, Rizal gres saja sadar !” Kata Tante Lisa yang suaranya tampaknya sangat gembira.
“Oh ya tante ? Alhamdullillah kalau begitu !” Kataku.
“Terimakasih ya sayang !” Kataku.
“Terimakasih untuk apa ya tante ?” Tanya ku.
“Ya, tadi malamkan kau yang memdiberi semangat Rizal untuk sadar !” Kata Tante Lisa.
“Tante, tante. jangan berterima kasih pada saya. Tante harus berterima kasih yang pertama kepada Allah SWT. Karena Rizal masih didiberi waktu untuk hidup kembali. Yang kedua, tante berterima kasih kepada tim dokter yang telah berusaha menyelamatkan Rizal. Kalau tante ingin berterima kasih kepada saya, itu seharusnya terimakasih nomor yang ke sekian .” Kataku.
“Lho gue kok jadi nyeramahin orang bau tanah gini ya ?” Tanyaku dalam hati.
“Ya Allah, hingga lupa. Terima kasih ya Zian, kau sudah mengingatkan tante untuk bersyukur kepada Allah SWT.” Kata Tante Lisa.
“Sama – sama tante !” Kataku.
“Zian, kau kapan kesini ?” Tanya Tante Lisa.
“Maaf tante, saya belum sanggup ke rumah sakit sekarang, saya kini masih berada di sekolah. Mungkin nanti malam saya gres kesana ! nggak apa – apakan tante ?” Jawabku.
“Nggak apa – apa sayang ! tapi beneran ya kau nanti ke sini ?” Kata Tante Lisa.
“Insyaallah tante !” Jawabku.
“Tante tunggu lho !” Kata Tante Lisa.
“Iya tante !” kataku singkat.
“Ya sudah, kau lanjutkan pekerjaan kau di sekolah ! Maaf kalau tadi tante mengganggu kau !” Kata Tante Lisa.
“Oh…nggak apa – apa kok tante !” Kataku.
“Assalamualaikum…” Kata Tante Lisa.
“Waalaikumsallam…” Jawabku.
Setelah itu, saya pribadi melanjutkan pekerjaanku memmembersihkankan daging kurban.
Semua pekerjaan di sekolah selesai pukul 15.00. Rasanya capek sekali. Saat saya dan sahabat – sahabat yang lain akan pulang, tiba – tiba pak Santoso memanggil kami.
“Kalian tiruana mau kemana ?” Tanya Pak Santoso dengan muka yang tetap menakutkan meskipun terlihat sedikit ramah.
“Mau, mau, mau pulang Pak !” Jawab Maria dengan gugup.
“O…mau pulang ya ? Kalian sudah makan ?” Tanya Pak Santoso lagi.
Kamipun pribadi bertanya – tanya. Ada apa dengan Pak Santoso ? Kok tiba – tiba Tanya kita sudah makan apa belum .
“Belum Pak !” Jawab Bayu.
“Karena kalian dari tadi malam terus muncul ke sekolah dan kerja kalian bagus seharian ini, kalian bapak ajak makan ke rumah bapak. Bagaimana ? mau ?” Tanya Pak Santoso.
“Mau pak !” Jawab Dika bersemangat.
Kami tiruana jadinya ke rumahnya Pak Santoso. Sebenarnya kami diajak naik mobilnya Pak Santoso, tapi kami menolaknya lantaran kami membawa motor.
Setelah dari rumah Pak Santoso, kami pribadi pulang kerumah masing – masing. Aku yang dari tadi agak bad mod, ketika hingga dirumah pribadi shalat ashar dan pribadi tidur tanpa memperdulikan Zakka berada dimana.
Tak terasa, jam didinding menyampaikan pukul 17.30. Tapi, saya masih juga tidak sanggup terbangun.
Aku gres terbangun ketika Zakka datang.
“Kak, bangun kak !” Kata Zakka yang membangunkanku.
“Eh, dari mana kau ?” Tanyaku yang masih berada ditempat tidur.
“Dari rumah sakit. Kak, Kak Rizal udah sadar lho !” Kata Zakka.
“Astagfirullahhalladzim… gres sadar saya ! saya kan punya komitmen sama Tante Lisa mau kerumah sakit !” Kata ku dalam hati.
Aku pribadi bangun dan berlari menuju kamar mandi. Aku pribadi mandi. Setelah saya mandi, terdengar bunyi azan magrib.
Aku dan Zakka kemudian shalat magrib berjamaah. Setelah shalat magrib, saya ganti baju untuk pergi ke rumah sakit.
“Zak, abang mau ke rumah sakit jenguk kak Rizal dulu! Kamu dirumah aja ya ?” Kataku.
“Iya kak !” tpendapat Zakka yang nurut saja sama aku.
Aku pribadi pergi kegarasi untuk mengambil motorku dan pribadi pergi ke rumah sakit.
Tapi, sebelum saya ke rumah sakit, saya terludang keringh lampau membeli roti kesukaan Rizal di toko roti diujung komplek yang berda di dekat taman. Aku masih ingat, ketika saya dan Rizal masih pacaran, dia sering mengajakku ke toko roti itu untuk membeli roti kesukaan dia.
Setelah itu, saya gres ke rumah sakit. Sesampainya dirumah sakit, saya pribadi menuju daerah Rizal dirawat tanpa ke ruangannya kak Firman dulu.
“Ass…salamualaikum !” Kataku sambil membuka pintu kamarnya Rizal.
Betapa terkejutnya aku, ketika saya masuk keruangannya Rizal, ternya ada seorang cewek disana sedang memegang – megang tangannya Rizal. Ya, kayak orang pacaran !.
Dengan senyum yang saya paksakan, saya mencoba mendekati Rizal.
“Waalaikumsallam !” tpendapat mereka berdua.
“Eh, Zian !” Kata Rizal merasa tak berdosa denganku lantaran saya melihat dia sedang berpacaran dikamarnya.
“Zal, ini buat kamu, saya taruh meja aja ya?” Tanya ku kemudian saya menaruh roti bawaanku tadi dimeja didekat daerah tidurnya Rizal.
“Yan, kenalin ini Putri pacar saya ! Put, ini Zian sepupu saya !” Kata Rizal.
“What ? sepupu ? gila ni anak !
Aku pribadi kaget. Aku mencoba untuk terus tersenyum meskipun di hatiku yang paling dalam saya menangis.
“Zian !” Kataku sambil bersalaman.
“Putri !” Kata dia menyalamiku.
“Zal, saya mau ke kak Firman dulu ya ? saya tadi belum kesana !” Kataku.
“Tapi, nanti balik lagi kesini lho ya ?” kata Rizal.
“Yup…!” Kataku singkat.
Lalu saya meninggalkan mereka berdua. Di luar kamarnya Rizal, tepatnya diruang tunggu saya hanya sanggup terduduk menangis. Tapi, hati ku terus bertanya – tanya.
“Kenapa kau menangis ? Kenapa ? diakan udah mantanmu. Kaprikornus apa yang harus kau tangisi dari dia ? Kenapa kau cemburu ?” Hanya kata – kata itu yang berulangkali muncul di benakku.
Tanpa saya sadari, ternyata Tante Lisa sudah ada di depanku.
“Zian, kenapa kau nggak masuk ?” Tanya Tante Lisa.
“Maaf tante, lagi ada pacarnya Rizal !” Kataku.
Lalu Tante Lisa menengok sebentar ke kamarnya Rizal.
“Zian ikut tante yuk ?” Kata Tante Lisa.
“Kemana tante ?” Tanyaku.
“Makan malam ! kau niscaya belum makan kan ?” Kata Tante Lisa.
Aku hanya mengikuti Tante Lisa. Kamipun menentukan sebuah restaurant didekat rumah sakit untuk makan malam.
Disana, kami mengobrol panjang lebar. Sepertinya Tante Lisa tau kalau saya sednag sedih. Makanya, dia mengajakku mengobrol panjang dengan diselingi canda tawa.
“Zian, tante ngerti… kau niscaya sedih sekali melihat Rizal dengan pacar barunya yang sekarang. Pasti di hati kau masih ada serpihan – serpihan cinta untuk Rizal. Meskipun cinta itu nggak sekuat dulu, tapi masih ada kan ?” Tanya Tante Lisa.
“Jujur ya tante… saya masih ada sedikit rasa dengan Rizal. Tapi, mungkin ini harus saya pendam lantaran Rizal sudah punya yang baru.” Kataku.
“Tapi, bersama-sama tante ludang keringh senang kalo yang pacaran sama Rizal tuh kau bukan Putri.” Kata Tante Lisa.
“Lho kenapa tante ? Putri kan ludang keringh manis dan kayaknya juga ludang keringh cendekia dari pada saya !” kataku.
“Gini lho Zian, kalo Rizal pacaran sama kau tuh dia masih punya waktu untuk keluarga, untuk hobinya dia, untuk belajar, untuk les, dan lain sebagainya . Sedangkan kalo sama Putri, dia tuh jadi menyerupai driver. Dia kini udah nggak punya waktu untuk keluarga, untuk hobinya dia, untuk belajar, untuk les, dan lain sebagainya . Karena Putri itu anaknya manja banget. Dikit – dikit minta antar ke sana. Dikit – dikit minta antar kesini. Sampai – sampai, ahad kemudian pas ada festival grup band di sekolahnya Rizal, Rizal jadi nggak sanggup latihan gara – gara di suruh ngantar si Putri itu. Dan beberapa hari kemudian sebelum Rizal kecelakaan, dia sempat minta diantar untuk beli kaos dan baju di mal. Dia SMS, dan tante buka tuh SMSnya. Terus tante bales gini, eh, anak tante tuh bukan driver ya… jadi jangan seenaknya minta antar kesana kemari.” Cerita Tante Lisa panjang.
Selesai makan, kami pribadi balik kerumah sakit.
Saat akan memasuki kamarnya Rizal, saya ragu. Tapi, Tante Lisa terus memaksaku untuk masuk. Saat saya masuk, ternyata dia sudah sendirian dan sedang asik memainkan hpnya.
“Gimana sayang keadaan kau ?” Tanya Tante Lisa kepada Rizal.
“Udah agak baik ma !” Jawab dia tapi dengan cuek.
“Ca, makasih ya rotinya…! Kamu kok tau saya paling suka banget sama roti ini !” Kata Rizal.
“Kak, kau tuh kena gagar otak atau amnesia atau bener – bener lupa atau pura – pura lupa ?” ktaaku sedikit emosi.
“Marah, murka !” Kata Rizal sambil senyum – senyum menggodaku.
“Nggak saya nggak murka kok !” Kataku.
“Ca, sini deh Ca !” Kata Rizal. Aku pribadi mendekat.
“Apa ?” tanyaku.
“Duduk sini dulu donk !” kata Rizal menyerupai anak kecil.
Tiba – tiba, Rizal mencium pipiku.
"Hih,,,,,apaan sih kak !" Kataku dengan marah.
Aku lihat Tante Lisa hanya tersenyum melihat tingkah ku dengan Rizal.
“Ya…ngambek lagi deh ni anak !” Kata Rizal.
“Nggak, saya nggak ngambek…!” Kataku sambil cemberut.
“Nggak ngambek kok tampangnya kayak gitu ?” Kata Rizal menggodaku sambil mencubit pipiku.
“Sakit tau…!” Kataku sambil tangannya Rizal.
“Cantiknya kalo kayak gitu !” Kata Rizal.
“Zal, udah donk kalo menarik hati Zian ! Zian murka tuh !” Kata Tante Lisa.
“Iya ma…tapi beneran lho manis kalo lagi ngambek kayak gini !” Kata Rizal.
Mendengar perkataannya tadi, saya ingin sekali mencubit dia. Tapi, saya tau keadaan dia sekarang.
“Apa nggak cantikan pacar loe tadi ?” Tanyaku.
“Pacar yang mana ?” Tanya dia.
“Putri itu lho Zal !” Kata Tante Lisa.
“Oh, si manja tadi ? Udah saya putusin !” Kata Rizal.
“Lho ? udah kau putusin ? kapan kau mutusinnya ?” Tanya tante Lisa.
“Tadi disini !” Kata Rizal.
Aku hanya mendengarkan percakapan antara Tante Lisa dengan Rizal sambil memainkan hp.
“Lha napa kau putusin ?” Tanya Tante Lisa.
“Habis dia kesini waktu saya udah sadar. Saat saya belum sadar dia nggak kesini. Aku nggak suka cewek yang cari enaknya aja kayak gitu ma !” kata Rizal.
“Terus cewek yang kau suka itu menyerupai apa ?” Tanya Tante Lisa.
“Pokonya ceweknya itu perhatian ketika saya lagi senang atau lagi sedih. Dan asalkan mama tau, cewek itu ada disamping saya kini !” Kata Rizal.
Aku pribadi kaget.
“Aku ?” Tanyaku sambil menunjuk mukaku.
“Ya Loe…!” Kata Rizal.
“Enak aja ! Kita kan udah putus !” Kataku.
“Tapi saya masih sayang sama kamu. Kita balikan lagi aja ya !” Kata Rizal.
Aku menjadi bingung. Kalau saya sama Rizal, tapi hati saya sayangnya sama Dika.
“Maaf lho ! bukannya saya nolak. Tapi, diluar sana masih banyak cewek yang ludang keringh baik dari pada aku. Kita htsan aja gimana ?” Kataku menolak dengan dengan halus.
“Kamu udah punya pemuda ?” Tanya Rizal.
“Belum ! tapi, saya mau abang mendapatkan yang ludang keringh baik dari pada saya !” Kataku.
“Kalo itu yang kau mau , its fine ! saya terima tiruananya. Tapi, saya masih bolehkan sayang dan cinta sama kau ?” Kata Rizal.
“Hmmmm…gimana ya ?” Kataku.
“Please…!” Kata Rizal memohon.
“It’s okey !” Kataku yang lantas tersenyum.
Setelah mengobrol lama, jadinya saya berpamitan untuk pulang pada Rizal dan tante Lisa.
Keesokan harinya disekolah, saya dan sahabat – sahabat yang lain tidak tahu kalo ada jam pemanis siang harinya. Bahkan, siang ini dua mata pelajaran yang akan diajarkan. Dan setiap mata pelajaran ialah dua jam pelajaran atau empat puluh lima menit. Biasanya, kalau pagi ada jam tambahan, siangnya sudah tidak ada jam pemanis lagi. Kami didiberi waktu limabelas menit untuk istirahat dan shalat bagi yang muslim. Ternyata, tidak hanya kelasku yang tidak tahu kalau hari ini ada jam pemanis siang. Ternyata hampir tiruana kelas mengalami hal yang sama.
Aku manfaatkan waktu lima belas menit itu untuk shalat dhuhur di mushola sekolah. Saat saya akan ke mushola sekolah bersama Zura, Bella, dan Maria, saya lihat Dika sedang asik nongkrong bersama Exa, Zovi, dan Bayu.
“Dik, shalat yuk !” Kataku mengajak Dika shalat.
“Iya, gue nanti nyusul ! loe ke mushola aja duluan !” Kata Dika.
Karena saya percaya Dika akan ke mushola, saya jadi tidak memperhatikan dia lagi.
Sesampainya dimushola, saya pribadi mengambil air wudlu dan shalat.
Selesai shalat, saya pribadi merapikan mukenaku dan pribadi ke teras mushola untuk menggunakan sepatu.
“Ca, pemuda loe kok nggak shalat sih !” Tanya Maria.
“Cowok gue ? Siapa ?” Kataku sambil menggunakan sepatu.
“Ya Dika !” Kata Maria.
“Oh ya ? tadi udah tak bilangin suruh shalat.” Kataku yang tidak percaya.
“Iya ! masak gue bohong sih sama loe !” Kata Maria meyakinkanku.
Karena Maria tadi sedang berhalangan untuk shalat, jadi saya percaya saja dengan dia.
Akhirnya, saya mencoba ingin melihat sendiri Dika itu rajin diberibadah atau tidak. Karena, salah satu criteria cowokku ialah rajin diberibadah.
Ternyata benar apa yang dikatakan Maria. Dia malah asik dengan sahabat – sahabat yang lainnya. Sedangkan Zovi,Bayu,dan Exa saja shalat. Tapi yang ludang keringh mengagetkanku ialah Dyas dan Dira. Dyas ialah seorang mualaf. Sedangkan Dira, saya tidak pernah tahu kalau dia serajin itu shalatnya.
Sampai bel masuk pun, dia juga tidak kunjung menunaikan shalat.
Saat pelajaran, pikiranku masih terbayang perihal Dika.
“Apakah Dika memang menyerupai itu ya ? masak sih Dika nggak shalat ! padahal Dika kalo nyeramahin gue kayak pak ustadz. Aku masih ragu dengan Dika. Ah, nanti aja pas istirahat saya coba cek lagi.” Kata hatiku.
Karena pikiran ku masih melayang, jadi saya tidak konsen mengikuti pelajaran Bahasa Inggris yang sedang diajar oleh Pak Santoso alias Genderuwo.
“What do you mind Eca ?” Tanya Pak Santoso.
“Ca !” Kata Bella lirih sambil menyenggol tanganku.
“Eca, do you have a Problem ?” Tanya pak Santoso.
“No, I don’t !” Jawabku.
“Really ?” Tanya Pak Santoso lagi.
“Yes, Sir !” Jawabku.
“Eca, lantaran tadi kau melamun ketika pelajaran bapak, kini bapak mau tanya. What do you think about Dika ?” Tanya Pak Santoso.
Aku pribadi kaget. Aku gundah harus mentpendapat apa.
“Semoga saya tidak keceplosan !” Kataku dalam hati.
“Dika is very smart, good boys, and he is friendly.” Jawabku.
Tak terasa, dua jam pelajaran Pak Santoso berlalu. Jam istirahatpun tiba. Dengan di temani Disya temanku, saya pura – pura bermain – main di teras mushala.
Ternyata, tanpa saya sangka peristiwa sebelum jam pemanis tadi terulang kembali. Dika tidak pergi ke mushola untuk sholat.
Jam pemanis ke tiga dan keempat ini saya benar – benar focus tanpa memikirkan Dika.
“Gue nggak akan ngerep loe lagi sebagai kekasih gue Dik ! Gue bener – bener kecewa sama loe. Gue kira loe yang sanggup bawa gue ke jalan yang benar. Ternyata, gue salah ! Gue nyesel udah pernah sayang sama loe !” Kataku dalam hati.
Saat pulang sekolah, saya yang biasanya takut pulang sendirian biasanya diantar sama Dika kali ini menolak anjuran Dika untuk mengantarkanku. Saat pulang sekolah itu, hujan juga sedang turun sangat deras.
“Ca, gue anterin ya ?” Tanya Dika.
“Nggak perlu ! gue masih sanggup pulang sendiri!” Kata ku sinis.
“Ayo donk Ca ! biasanya kan loe takut kalo pulang jam segini !” Kata Dika yang terus merayuku.
“Eh dengerin ya Dik ! Gue Eca bukan Civa ! Kaprikornus asalkan loe tau gue nggak selemah yang loe pikirin selama ini. Dan satu lagi, gue bukan Civa. Dan kerudung ini ialah tameng buat gue. Bukan cuma buat gaya – gayaan aja tapi kelakuannya menyerupai pelacur …! Loe kecamkan itu dalam pikiran loe !” Kataku murka – marah.
“Loe kenapa sih Ca jadi kayak gini !” tanya Dika.
“Loe tanya kenapa ? gue kayak gini tuh tiruana gara – gara loe ! Loe tanya sama diri loe sendiri apa kesalahan loe sama gue selama ini !” kataku masih dengan emosi kemudian pergi meninggalkan Dika.
“Ca, tunggu Ca ! Beneran loe nggak mau gue anterin ?” Tanya Dika.
“Udah dibilangin Eca nggak mau ya nggak mau ! kalo loe tetep maksa aja gue tonjok nih !” Kata Disya.
Setelah itu saya kembali ke dalam kelas saya hanya sanggup duduk merenung di daerah dudukku.
“Dir, pulang yuk !” Ajak ku sambil berdiri.
Saat itu, sahabat – temanku yang lain sedang asik bercanda dibangkunya Disya yang berada di sebelahku. Ada Maya, Mita, Filia, Tia, Desi,dan Vio.
“Kok Dir ?” Tanya Filia.
“Terbayang Dira ya ??” Kata Tia.
“Apaan sih !” Kataku.
“Sekarang Eca sedang jatuh cinta sama Dira.” Kata Disya menggodaku.
“Ya ampun…! Dira ? Belum dewasa kali !” Kataku lantas pergi.
“Alah ! ngaku aja loe ! loe tadi kan pas didepan mushola muji – muji Dira gitu ! ya kan ?” Kata Disya.
"Dis, nggak usah bahas itu !" Kata ku dengan nada marah.
"Ya udah. Tapi, jangan ngambek gitu dong Ca !" Kata Disya.
"Udah ah Sya ! pulang yuk !" ajak ku.
"Ayo !" Kata Disya.
Aku dan Disya pribadi ke parkiran mengambil motor ku. Setelah itu, saya dan Disya pribadi menuju rumahnya Disya untuk mengantarkan Disya pulang.
Setelah mengantar Disya pulang, saya pribadi pulang ke rumah. Ternyata, dirumah tidak ada orang. Zakka masih sekolah. Sedangkan kak Vizca, saya tidak tau dia dimana.
Setelah masuk rumah, saya pribadi merebahkan badanku ditempat tidur sejenak. Lalu, ku buka laptopku dan ku tancapakan modem ditempatnya. Aku buka e-mail ku. Ada beberapa e – mail yang masuk.
'kenapa sih loe ? kok jadi berubah gitu ? apa ada yang salah dengan gue ?' E-mail dari Dika.
'gue tadi kan udah bilang ! Tanya aja sama diri loe sendiri !' Balasku.
'Krn, kak Firman udah sembuh, abang harus kembali ke Australia lagi. Tp, mungkin abang baliknya masih lusa. Krn, skrng abang masih di sby di rmh papa dan mama ! sorry, kalo abang perginya g' pamit. Coz, abang buru – buru.' E – mail dari kak Vizca.
'g' apa2 kak ! slm ya bwt papa n mama !' Balasku.
Setelah itu, saya ganti baju dan makan siang. Setelah makan siang, saya mengerjakan kiprah – kiprah yang masih numpuk di daftar tugasku. Saat saya mengerjakan tugasku, tiba – tiba hp ku berbunyi. Aku lihat ternyata Zakka yang meneleponku.
"Assalamuakaikum !" kataku.
"Waalaikumsalam !" Jawab Zakka.
"Ada apa Zak ?" Tanyaku.
"Kak, Aku nggak usah di jemput ! saya pribadi les nanti !" kata Zakka.
"O…!" Jawabku singkat.
"Ya udah kak ! ini saya mau pelajaran lagi ! Assalamualakum !" Kata Zakka.
"Waalaikumsalam !" Jawabku.
Setelah menutup telepon dari Zakka, saya meneruskan mengerjakan kiprah – kiprah sekolahku. Baru duduk lima menit, tiba – tiba hp ku berbunyi. Saat saya akan mengangkatnya, tiba – tiba mati. Dan berbunyi kembali tapi nada SMS.
' Kau bgkn mthr yg slalu menyinari hr2 Q
Kau bgkn air yg slalu menyegarkn Q
Kau bgkn api yg slalu menyult smngt Q
Kau bgkn udara yg slalu ada untk Q' Isi SMS itu. Ternyata SMS itu dari Rizal. Aku hanya tersenyum tersipu membaca SMS tadi.
'U hb bngt ya cl srh ngegombal !' Balas ku.
'kok ngegombal sih ? ini beneran !' Balas dia.
Setelah itu, saya tak membalasnya lagi.
Hari demi hari berlalu. Bulan demi bulan berlalu. Gosip yang menyampaikan saya pacaran sama Dira semakin heboh di perbincangkan di sekolah. Awalnya saya sempat risi mendengarnya. Tapi, saya anggap itu sebagai angin yang terus berlalu dan tanpa saya hiraukan.
Dira yang awalnya tidak tau apa – apa perihal gossip itu, menjadi murka kepadaku lantaran dia menganggap saya yang membuatkan gossip yang tidak terperinci itu. Setiap kali saya minta maaf ke dia, dia selalu menolak permintaan maafku. Tapi, saya tidak mengalah begitu saja. Aku terus mencoba meminta maaf ke pada Dira.
Semakin lama, perasaan ku kepada Dira semakin tak jelas. Aku menjadi tertarik kepada dia. Aku juga bingung, apa yang menciptakan saya tertarik dengan seorang Mahendra Aditya Adira. Pada hal, dia tidak masuk criteria cowokku. Dia terlalu manja bagiku. Dira terlalu manja lantaran dia anak tunggal. Ya,,,tapi yang namanya pemuda tetap yang tidak pantaskan kalau manja – manja banget.
Ketidak jelasan perihal perasaanku itu membuatku tidak konsen dalam pelajaran. Aku tidak tau kenapa itu bias terjadi. Sampai – hingga saya ditegur oleh wali kelasku lantaran penilaianku nurun drastis di kelas XI ini. Pada hal, evaluasi ini ialah penentuku untuk sanggup mengikuti UNAS di kelas XII nanti. Kalau hingga saya tidak sanggup mengikuti UNAS. Wah sanggup gawat ! .Aku hingga bungung dengan ini tiruana.
Dua hari lagi, saya harus pergi ke Yogyakarta untuk study tour. Aku sudah bersiap – siap semenjak tiga hari yang lalu. Meskipun saya pergi ke Yogyakarta hanya dua hari, tapi saya mempersiapkannya seterbaik mungkin.
Aku juga berpikir, mungkin ini ketika yang tepat untuk meminta maaf kepada Dira. Disya juga menyarankan yang sama.
Hari study tourpun tiba. Sebelum berangkat, saya kembali mengecek tiruana perkomplitanku. Ternyata sudah komplit tiruana.
Jam menyampaikan pukul 20.30. Saat saya berganti kerudung dikamar, saya mendengar bunyi kendaraan beroda empat di depan rumah.
"Zak, siapa yang tiba ?" Teriakku dari dalam kamar. Tapi, Zakka tampaknya tidak mendengar teriakanku. Lalu ku ulangi lagi.
"Zak, siapa yang tiba ?" Teriakku lagi dari dalam kamar.
"Seorang pangeran yang akan mengantarkanmu ke sekolah !" kata seseorang dari luar kamar.
"Kamu siapa ?" Tanya ku kembali.
"Keluarlah dari kamarmu ! Pasti kau akan tau siapa saya !" Kata seseorang tadi.
Aku membuka pintu kamarku secara perlahan – lahan. Aku sedikit takut. Tapi saya terus membuka pintu kamarku lantaran saya takut terjadi apa – apa dengan Zakka. Saat pintu kamar sudah ku buka secara sempurna, seorang laki – lagi membawa bunga berlutut didepan pintu kamarku. Saat ku lihat ternyata Rizal.
"Eca, di depan papa, mama ku dan adikmu, Maukan kau menjadi kekasihku untuk kedua kalinya ? Aku janji, saya nggak akan menyakiti kau lagi ! Please !" Kata Rizal.
Aku kaget ditambah gundah ditambah nervous. Aku jadi tidak sanggup berkata apa – apa. Apalagi didepanku ada Tante Lisa dan Om Taufiq.
"Aku mau jadi kekasihmu lagi !" Kataku.
Lalu, kami tiruana tersenyum bahagia.
"Kamu sudah siap sayang ?" Tanya tante Lisa.
"Sudah tante !" Kataku.
"Zian, selama kau di Yogyakarta biar Zakka tinggal dirumah kita saja ya ?" Tanya om Taufiq.
"Apa nggak merepotkan om dan tante ?" Tanya ku.
"Nggak sayang, kan kasian kalau Zakka dirumah sendirian." Kata Tante Lisa.
"Kita tadi udah bicara sama Zakka. Dia mau tingal bersama kita." Kata Om Taufiq.
"Kalau Zakkanya mau ya saya izinkan !" Kata ku sambil tersenyum malu.
"Ya udah, ayo kita berangkat !" kata om Taufiq.
"Eh, bentar ! Zakka mana ?" Tanya Rizal.
"Zak, Zakka !" Teriakku.
"Iya, sebentar kak !" Kata Zakka yang kemudian berlari keluar dari kamarnya dengan membawa tas ranselnya.
Setelah mengunci rumah dan menitipkan kunci rumah ke pada satpan setempat, saya diantar kesekolah oleh mama dan papanya Rizal.
Diperjalanan, kami terus bercanda.
"Om, Tante,saya mengucapkan terima kasih banyak. Karena om dan tante sudah beberapa kali membantu saya." Kataku.
"Kamu nggak perlu berterimakasih Zian. Itu sudah kewajiban om dan tante. Papa sama mama kau kan sudah kenal usang dengan om dan tante, jadi om dan tante wajib menjaga kau selama kau di Jakarta." Kata om Taufiq.
"Yang sanggup terima kasih cuma papa dan mama !" Kata Rizal.
"Iya sayang, saya juga berterima kasih sama kamu. Karena kau juga banyak membantu aku." Kataku.
Rizal pribadi tersipu – sipu.
"Sekarang panggilannya sayang ? bukan abang lagi ?" kata Zakka meledekku.
"Ya iyalah ! emangnya nggak boleh apa ?" Jawab Rizal.
"Ya boleh sih ! tapi…." Kata Zakka yang pribadi dipotong Rizal.
"Makannya cepetan cari cewek, biar sanggup merasakan indahnya cinta. Iya nggak sayang ?" Tanya Rizal kepadaku.
"Yup, betul itu !" Kataku.
Sesampainya disekolah, saya pribadi mencari Bella. Ternyata dia sedang berdiam diri didalam kelas.
"Eh, kenapa loe ? membisu aja dari tadi ?" Tanya ku kepada Bella.
"Huh…Ca ! kayaknya cinta ku bertepuk sebelah tangan ca !" Kata Bella yang kelihatannya sedih sekali.
"Udahlah Bel ! pemuda di dunia inikan masih banyak. Nggak cuma dia aja !" Kataku menghibur Bella.
"Bener juga ya ! buat apa gue mikirin dia, belum tentukan dia mikirin gue ?" Kata Bella.
"Nah gitu donk ! harus semangat ! kita tuh nggak boleh lemah gara – gara pemuda !"
"Setuju !" Kata Bella sambil tersenyum.
"Gue juga sepakat !" Kata Disya yang gres datang.
"Apaan main sepakat – sepakat aja !" Tanya Bella kepada Disya.
"Nggak tau ! emangnya kalian ngomongin apaan sih ?" Tanya Disya.
Aku dan Bella pribadi tertawa.
"Kok malah ketawa ?" Tanya Disya.
"Kita tuh lagi ngomongin kalo kita nggak boleh frustasi cuma gara – gara pemuda !" Kataku.
"O…itu ! gue sepakat banget kalo sama yang itu. Karena apa, ini udah jamannya emansipasi. Kaprikornus kita nggak boleh lemah lantaran pemuda !" Kata Disya berapi – api.
"Setuju !" kataku dan Bella berbarengan.
Beberapa ketika kemudian terdengar bunyi bel sekolah berbunyi. Semua anak harus masuk ke dalam kelas. Lalu wali kelas masing – masing kelas masuk kekelas untuk memdiberi pengarahan dan memimpin do'a sebelum berangkat.
Bu Fiza wali kelas kami memdiberikan pengarahan kepada kami sebelum berangkat. Lalu, dia memimpin do'a dikelas sebelum berangkat.
Setelah itu, kami menuju bus masing – masing. Aku sempat salah bus. Karena, busnya tidak ditata urut sesuai dengan kelas. Aku pertama – tama masuk di bus anak kelas XI IPS 5. Lalu, saya didiberi tahu kalau itu bukan bus kelasku. Bus kelasku ada di barisan nomor dua dari depan. Ternyata, bukan hanya saya yang nyasar mencari bus. Zura, Bella, Exa, Dika,Zovi, Bayu, bahkan Maria dan Fiqa belum naik kedalam bus ketika bus sudah mau berangkat. Lalu aku, Bella, Zura, serta wali kelasku mencari mereka berdua.
Mereka kami temukan kudang keringngungan didepan bus kelas XI IPS 5. Ternyata, mereka tidak tau kalau bus kelas XI IPA 3 ada didepan. Lalu, kami kembali ke bus kami. Bu Fiza menyuruh kami mengecek barang – barang apa ada yang tertinggal atau tidak. Ternyata, baju olah raga Exa tertinggal di rumahnya. Tiba – tiba ada seorang bapak – bapak mengetuk pintu bus kami. Ternyata orang tuanya Exa yang mengantarkan baju olah raganya Exa.
Sebelum bus berjalan, kami kembali berdo'a dipimpin guru agama yang juga guru pendamping di dalam bus kami. Setelah berdo'a bus pun melaju. Salah seorang awak bus memperkenalkan bahwa mereka dari sebuah paket wisata.
Selama di dalam bus, kejahilanku timbul. Aku menjahili sahabat – sahabat dengan me – miss call sahabat – temanku termasuk Dira. Aku me-miss call dia hingga tiga kali. Aku lihat dia sedikit agak marah.
Didalam bus, banyak yang tidak sanggup tidur. Hanya beberapa anak yang sanggup tidur. Yang lain banyak yang main – main di belakang. Main gitar, main kartu remi, dengerin musik, smsan, facebookan, mxitan, twitteran, makan snack, bagi – bagi makanan, bahkan ada juga yang curhat – curhatan. Aku lihat Bella yang sebangku denganku sudah sanggup tidur pulas. Lalu saya tinggal dia ke belakang. Saat saya berjalan kebelakang menuju sahabat – sahabat yang sedang asik bermain kartu remi, hp ku tiba – tiba berbunyi. Saat ku lihat, ternyata Rizal meneleponku. Langsung saja saya anggkat.
"hallo ! Assalamualaikum !" Kataku sambil mencari daerah duduk ynag enak. Lalu saya duduk di belakang daerah duduk Dira.
"Waalaikumsallam !" Jawab Rizal.
"Kok belum tidur ?" Tanya ku sambil melihat jam. Ternyata pukul 23.30.
"Nggak sanggup tidur ! Aku mikirin kau terus. !" Kata Rizal.
"Sebaiknya, kau kini tidur, biar kau nggak sakit ! nanti kalo tidurnya kemaleman sakit lho. Nggak usah mikirin aku. Aku baik – baik aja. Ini saya lagi didalam bus !" kataku.
"Aku tetep nggak sanggup tidur !" kata Rizal.
"Udahlah ! Kamu kini tidur aja ! Aku juga mau tidur ini !" Kataku.
"Ya udah ! I miss you ! I love you baby !" Kata Rizal.
"I miss you ! I love you too !" Jawabku.
"Siapa Ca ? Pacar loe ?" Tanya Disya.
"Hu'um !" Jawab ku singkat.
Dira pribadi menghadap ke belakang sebentar kemudian kembali memainkan hpnya.
Lalu, saya kembali ketempat dudukku disamping Bella.
"dari mana Ca ?" Tanya Bella yang tiba – tiba terbangun.
"Dari belakang !" tpendapatku singkat sambil mencari jaket seragam ku.
Baru duduk di kursi beberapa menit, tiba – tiba lampu di dalam bus mati. Anak – anak menjadi riuh dibelakang.
"Ludang keringh baik kalian tidur dari pada main – main. Agar besok pagi ketika di daerah wisata, kalian tidak ngantuk dan tetap fres !" kata Bu Fiza.
Lalu, sahabat – sahabat beranjak kembali ke kursi masing – masing dan ada yang sanggup tidur dan ada yang tidak sanggup tidur. Seperti aku, saya tidak sanggup tidur. Lalu, saya bermain game di hpku. Saat saya menoleh kebelakang, ternyata banyak yang sudah tidur termasuk Dira. Akhirnya saya putuskan untuk tidur.
Aku rasa, gres beberapa ketika tidur, bus berhenti. Saat saya lihat pukul 24.30. Kami harus transit sejenak di sebuah daerah khusus transit para wisatawan yang akan menuju Jawa Tenggah dan Jawa Timur. Tepatnya di perbatasan Jawa Barat dengan Jawa Tengah. Kami hanya berhenti setengah jam. Aku hanya membasuh muka di kamar mandi ditempat transit itu. Lalu, saya kembali ke dalam bus. Saat didalam bus, anak – anak kembali riuh. Bus, mulai kembali melaju. Bu Fiza mengintruksikan kami untuk kembali tidur.
Baru beberapa ketika bus berjalan, tiba – tiba , Vio yang duduk dibelakangku bersama Disya dan Fixa menangis. Ia menyerupai melihat sosok bayangan putih dijendela. Lalu, aku, Disya, dan Fixa mencoba menenangkan Vio. Akhirnya, Viopun tenang.
Aku kembali tidak sanggup tidur. Aku lihat Bella sudah sangat pulas sekali tidurnya. Aku lihat Dika, Zovi, Exa, Bayu juga sudah tidur. Sedangkan Dira, masih asik dengan hpnya.
"Dia smsan sama siapa ya ?
Kok Aku jadi cemburu gini ?
Huhf, apakah saya kembali jatuh cinta sama Dira ?Ingat kau sudah milik Rizal, jadi nggak boleh suka sama Dira" Kataku dalam hati.
Akhirnya saya sanggup tidur juga dengan Headsett ditelinga.
Saat saya terbangun, saya mendengar bunyi adzan subuh yang sangat lirih hingga – hingga banyak yang tidak mendengar. Aku lihat jam tanganku menyampaikan pukul 04.00 wib. Aku lihat, sahabat – temanku banyak yang masih tidur termasuk Dira. Aku lihat Bayu dkk juga masih tidur. Lalu, saya bangunkan Dika terludang keringh lampau kemudian Exa,Zovi, dan terakhir Bayu.
Setelah itu, saya kembali ke daerah duduk ku. Tiba – tiba hp ku berbunyi cukup keras. Sampai – hingga satu bus hampir bangun tiruana dari tidurnya. Saat saya lihat ternyata tante Lisa yang meneleponku.
"hallo, Assalamualaikum tante ?" Kataku.
"Waalaikumsallam ! Bagaimana sayang ? Kamu sudah shalat subuh ?" Tanya tante Lisa.
"Maaf tante belum !" Jawabku.
"Udah sarapan belum ?" Tanya tante Lisa.
"juga belum tante !. tante, Zakka bengal nggak disana ?" Tanyaku.
"Oh, nggak kok Yan. Kamu damai aja. Pokoknya kau ketika tour ini kau harus happy – happy. Oke ?" Kata tante Lisa.
"Okelah tante ! tante mau oleh – oleh apa ? nanti saya bawain deh !" Tanyaku.
"Tante nggak minta apa – apa dari kamu. Pokoknya kau pulang dengan selamat aja, tante udah seneng. Zian, udah dulu ya ! tante lagi masak ini ! Assalamualaikum !" Kata tante Lisa.
"Waalaikumsallam !" tpendapatku.
Beberapa ketika kemudian, kami hingga di sebuah rumah makan. Disana, saya pribadi mengambil air wudlu dan shalat subuh berjama'ah dengan sahabat – sahabat yang lain. Setelah itu, saya pribadi antri kamar mandi. Karena kamar mandinya cuma 12 sedangkan anak yang mandi ludang keringh dari 120 maka mandinya satu kamar mandi tiga anak.
Aku yang tidak biasa mandi beramai – ramai, menjadi tidak sanggup mandi. Akhirnya, saya putuskan untuk tidak mandi sekalian. Aku hanya mencuci muka dan gosok gigi. Lalu, diluar kamar mandi menggunakan parfum.
Setelah itu, saya gres sarapan bersama Bella, Maria, Vio, Fixa, dan Disya. Aku sempat murka kepada Zura dan Fiqa. Karena, mereka tidak mau menunggui tasku ketika saya mandi dan shalat. Alasan mereka lantaran sudah ada Bella dan Maria. Pada hal, Bella sedang berada didalam bus untuk mengambil obatnya. Sedangkan Maria sedang menggosok gigi. Didalam tasku ada dua buah kamera digital yang harganya puluhan juta rupiah.
Kemarahanku terus memuncak, hingga akhirnya, saya murka – murka besar kepada Zura dan Fiqa. Zura terlihat merasa bersalah sekali. Sedangkan Fiqa tidak merasa bersalah. Akhirnya, saya tampar Fiqa. Aku masih tidak sanggup mengendalikan emosiku yang terus membara. Bahkan, bu Fiza juga tak bisa meredam amarahku. Akhirnya saya ditenangkan oleh Bella, Maria, Vio, Fixa, dan Disya.
Setelah sarapan, kami melanjutkan perjalanan menuju pantai bendo tritis. Di sepanjang perjalanan, kami bernostalgia. Tapi, saya hanya sanggup menangis dibangku belakang menangisi sifat Zura dan Fiqa tadi. Aku benar – benar tak habis pikir. Zura dan Fiqa yang selama ini saya kenal sangat berubah. Di kursi belakang, saya hanya ditemani Disya.
"Dir, pacarmu nih urusin ?" Kata Disya.
"Apaan sih Dis ! Loe jangan nambah – nambahin pikiran gue gini donk !" Kataku.
"Iya, iya !" Kata Disya.
"Tuh, liat tuh nenek sihir murka !" kata Dira yang bangkunya bersebelahan denganku.
Mendengar kata Dira tadi saya pribadi sanggup tersenyum. Aku tidak tau apa yang lucu dari perkataan Dira tadi. Tapi, itu sudah sanggup membuatku tersenyum.
"Dira, Dira !" Kataku sambil tersenyum melihat Dira.
"Apa ?" Kata Dira dengan nada sinis.
"Eh, loe tuh jadi pemuda jangan galak – galak donk !" Kata Disya.
"gue nggak ada urusan ya sama loe ! ca, loe tadi manggi gue kenapa ?" Tanya Dira.
"tuh loe dipanggil sama pangeran kodok loe tersayang !" Kata Disya.
"Disya udah !" Kataku.
"Tau nih anak dari tadi ngeganggu mulu !" Kata Dira.
"O…jadi gue disini ngeganggu kalian berdua ! oke, Eca gue kedepan dulu ya !" Kata Disya.
"Eh, loe sini aja !" Kata Dira sambil menarik bajunya Disya.
"Tadi katanya ngeganggu !" Kata Disya.
"ya Loe tetep disini aja !" Kataku.
"Dir, cumi tadi !" Kataku.
Tidak terasa, perjalanan kami sudah hingga di pantai bendo tritis. Aku, Disya, Zura, Bella, Maria, dan Fiqa pribadi menuju tepi pantai.
Sebenarnya, saya mau minta maaf sama Dira disini. Tapi, lantaran saya cari – cari Dira tidak ketemu juga, gagal deh minta maaf ke Dira. Tapi, saya mensasarankan di Borobudur nanti, saya akan minta maaf ke Dira.
Di Pantai Parang Tritis, saya dan sahabat sahabat sekelompokku tidak berani ke bibir pantai. Kami berada pada jarak ludang keringh dari 50 meter dari bibir pantai. Itu kami lakukan lantaran kami takut terseret ombak. Ombak di pantai bendo Tritis sangat besar lantaran pantai itu sangsung samudra Indonesia atau samudra Hindia. Sedangkan sahabat – sahabat yang lain berani hingga ke bibir pantai.
Jadi, kami hanya bermain – main pasir dan ber foto – foto. Kami sangat taku dengan ombak di pantai bendo tritis. Saat ombak tiba mendekati kami, kami malah lari menjauh ketakutan. Sedangkan sahabat – sahabat yang lain kalu didatangi ombak malah buat mainan.
Setelah puas di pantai bendo tritis, kami melanjutkannya ke museum Dirgantara. Disana, banyak dari sahabat – sahabat kami yang tidak mendengarkan intruksi pembimbing dari museum. Mereka hanya berfoto – foto ria, menjelajahi museum, main pesawat - pesawatannya.
Waktu menyampaikan pukul 12.00 . Aku lihat di buku panduan saatnya sholat Dhuhur dan ashar di jamak. Tapi kok nggak ada komando untuk shalat ya ?. Aku menjadi bingung. Aku yang biasanya shalatnya tepat waktu jadi terulur hingga satu setengah jam.
Pukul 13.30 kami makan siang . Aku jadi tidak nafsu makan karena, saya lihat salah satu temanku ayam gorengnya masih mentah. Tapi, kalau saya tidak makan saya sakit. Aku mencoba mengambil bertahap ayam gorengku. Alhamdullillah ayam gorengku sudah matang. Tapi, masih ada lagi masalahnya. Saat saya cicipi supnya, tidak ada rasanya sedikitpun. Masih lezat sup sarapan tadi pagi. Aku memaksakan untuk makan. Ternyata, tiruana anak laki – laki yang sekelas denganku sudah shalat dhuhur di rumah makan itu. Saat saya mau shalat dhuhur, ternyata, kami sudah harus melanjutkan perjalanan ke borobudur.
Ternyata perjalanan ke Borobudur cukup lama. Aku mencoba untuk tidur. Tapi, lantaran riuhnya sahabat – sahabat yang ada di belakang saya menjadi tidak sanggup tidur. Aku pasang headset di telingaku hingga saya tertidur.
Tidak terasa sudah hingga di Borobudur. Aku lihat jam tanganku menyampaikan pukul 14.30 . Aku belum shalat dhuhur. Sedangkan waktu sudah memasuki ashar.
Aku bertanya kepada guru agama yang mendampingi di bus kelas.
"Pak, bagaimana ini ? kan sudah waktunya shalat ashar ?" tanyaku.
"nanti shalatnya di jamak final saja !" Jawab guru agama.
Aku menuruti saja apa kata bapak ibu guru yang mendampingi.
Saat gres turun dari bus, kepanasannya matahari pribadi menyengat tubuhku. Aku merasa kepanasannya tidak biasa lantaran kepanasan sekali.
Dibawah terik matahari yang begitu menyengat, saya dan sahabat – sahabat yang lain harus menunggu bapak dan ibu guru yang sedang membeli tiket.
Akhirnya, bapak dan ibu guru yang membawa tiket datang. Kami pribadi berebut tiket yang dibagikan oleh bapak dan ibu guru yang membawa tiket.
Setelah berdesak – desakkan dengan sahabat – sahabat yang lain, akhirnya, saya mendapatkan tiket. Aku pribadi diajak masuk oleh Bella, Maria, Zura, dan Fiqa. Saat kami gres masuk ke kompleks candi, hawa segar pribadi menghampiri kami. Rasa kepanasan yang awalnya kami rasakan di depan tadi, menjadi hilang sekadab dengan kesejukan.
Saat kami gres naik ke candi, rasa lelah sudah menerjang tubuh kami. Tapi, kami tidak menyerah. Kami hingga di satu tingkat sesudah candi utama atau puncak candi.
Baru lima menit diatas candi, pengumuman untuk kami segera kembali ke bus terdengar. Banyak anak yang mengeluh lantaran sudah capek – capek naik, gres sebentar diatas sudah disuruh turun.
Saat akan turun, saya bertemu Disya dan sahabat – sahabat yang lain. Termasuk Dira. Disya memintaku untuk memfoto mereka. Selesai memfoto, saya bermaksud untuk meminta maaf kepada Dira. Tapi, dia sudah pergi duluan. Saat saya kembali ke tempatku tiruanla, ternyata Bella, Zura, Maria, dan Fiqa sudah tidak ada. Aku sangat kudang keringngungan sekali. Akhirnya, saya dan Disya menyusuri jalan yang kami lewati tadi. Aku dan Disya tidak sanggup menemukan jalan keluar. Kami malah kesasar ke pasar dan tidak tau arah kembali.
Sambil berjalan, saya terus berdo'a semoga ada orang yang sanggup menolong kami untuk keluar dari sini. Akhirnya, kami bertemu anak kelas XI IPS 2 yang juga kesasar. Kami kemudian mencari jalan keluar bersama – sama. Di sebuah persimpangan, ada berpisah dengan kami. Dia merasa, jalan itu untuk keluar. Sedangkan kami masih eksekusi dengan hal itu.
Setelah hampir satu jam muter – muter di tengah pasar, jadinya kami sanggup keluar juga. Saat keluar, kami bertemu dengan Bu Fiza.
Baru seperempat jam kami duduk, ternyata Bella dan sahabat – temanku yang lain gres keluar.
Setelah anggota kelompokku komplit, saya dan kelompokku pribadi menuju bus untuk mengambil alat shalat untuk shalat. Kami jadinya shalat di sebuah rumah singgah didekat borobudur.
Setelah shalat, ternyata kami sudah dinantikan rombongan untuk menuju ke Malioboro, Kerato Yogyakarta, dan Benteng Van Den Berg. Ketiga daerah itu merupakan satu paket. Dikatan satu paket lantaran saling berdekatan satu sama lain.
Ternyata, perjalanan dari borobudur menuju tiga daerah itu tidak mengecewakan lama. Aku menentukan duduk dengan Disya dan Fixa. Aku duduk di dekat jendela. Aku merenungi tiruana kesalahanku dan kegagalanku untuk meminta maaf kepada Dira hari ini. Tak terasa, air mataku bercucuran membasahi pipi. Aku tidak tau mengapa saya sanggup menangis.
Tidak terasa, kami sudah hingga di Keraton Yogyakarta. Aku pribadi mengajak sahabat – sahabat yang lain untuk berganti baju di kamar mandi di kompleks Keraton. Setelah berganti baju, kami kemudian kembali ke bus untuk menarus baju yang dari tadi siang kami pakai. Saat saya kembali ke bus, Zura, dan Fiqa sudah pergi. Aku pikir, mereka sudah duluan pergi ke Malioboro untuk berbelanja. Lalu, saya pergi ke Malioboro bersama dengan Bella, Disya, Fixa, Vio, dan sahabat – sahabat yang lain.
Tak terasa, Azan magrib berkumandang. Aku tidak tau arah kemasjid. Akhirnya, saya tidak shalat magrib. Di pasar malam Malioboro, saya hanya berbelanja untuk tante Lisa, Om Taufiq, Zakka, dan Rizal. Aku tidak membeli apa – apa.
Seletah selesai berbelanja, kami kembali ke bus kami. Ternyata, Zura dan Fiqa sudah berada di dalam bus. Saat saya tanya, ternyata, mereka berdua tidak ke Malioboro.
Sambil menunggu sahabat – sahabat yang lain, saya bermain kejar – kejaran dilapangan di kompleks Keraton bersama Disya, Ega, dan Aldo. Saat saya kembali ke dalam bus, Bella sedang kudang keringngungan mencari tiga pasang kaos dan beberapa paket dodol yang gres dibelinya. Aku yang sahabat sebangkunya ketika didalam bus, saya mencoba mencarinya di kedua tasku. Dan nihil hasilnya. Aku dan Disya membantu mencari. Akhirnya ketiga kaos milik Bella ketemu dibawah kolong daerah duduk Zura, Maria, Fiqa. Sedangkan beberapa paket dodolnya tidak ketemu.
Setelah tiruana berkumpul, kami makan malam. Ada yang makan malam didalam bus, ada juga yang di luar. Aku yang bertugas membagikan masakan kepada anak – anak laki – laki. Jatah makan malamku saya taruh di bangkuku. Karena saking sibuknya melayani anak laki – laki, saya tidak sempat makan. Selesai membagikan makanan, mereka meminta air minum. Aku juga yang harus mengambilkan. Saat saya masih sibuk – sibuknya, Disya memintaku untuk meminta maaf ke pada Dira. Aku tidak sempat untuk melaksanakan itu. Dan...aku gagal lagi untuk meminta maaf kepada Dira.
Selesai melayani anak – anak makan, saya dan Disya jadinya sanggup makan. Kami makan didalam bus. Baru tiga sendok, saya rasa sudah kenyang. Lalu, saya menaruh makananku di daerah sampah sesudah ayamnya saya makan.
Setelah itu, bus mulai berjalan pelan – palan kembali ke Jakarta. Sebenarnya, saya sudah ngantuk. Tapi, sahabat – temanku banyak yang tidak tidur. Ada seorang temanku laki – laki yang sebangku dengan Dika sedang tertidur pulas dengan ekspresi menganga. Sekadab itupun, muncul kejailan Bayu dkk. Vio yang masih makan, memdiberikan kubis dan kacang panjang kepada Bayu. Lalu, oleh Bayu dimasukkan kedalam ekspresi temanku tadi.
Setelah kejailan Bayu dkk, muncul lagi kejailan Ega dkk. Dia memintaku untuk mengambilakan bulpoin. Saat saya tanya, dia tidak mengaku. Saat saya lihat ternyata, untuk menggambar diperut dan dimuka sahabat – sahabat yang lain. Aku, Dira, Aldo, dan Bima hanya tertawa saja melihat kejailan Ega. Dan yang perutnya digambaripun tidak merasakannya. Ternyata, gambarnya muka orang. Dan pusar sebagi hitung untuk wajah itu. Wajahnya aneh – aneh.
Perjalanan selama hampir lima jam, kami tempempuh, akhirnya, kami hingga di Jakarta. Aku pulangnya, pulang ke rumahnya Rizal lantaran orang tuanya menginginkan saya untuk sementara pulang kerumah mereka.
Pagi harinya, saya dan Zakka diantar oleh tante Lisa dan om Taufiq pulang kerumah. Aku sangat berterima kasih kepada keluarganya Rizal lantaran selama ini mereka telah membantuku selama saya hidup di Jakarta. Selain itu, mereka sudah menyerupai orang bau tanah ku sendiri. Mereka sangat sayang padaku dan Zakka. Mereka juga perhatian kepadaku dan Zakka. Saat saya atau Zakka sakit, mereka rela merawat kami dengan sepenuh hati menyerupai orang bau tanah kami yang merawat. Mungkin lantaran papa dan mama sudah usang berteman dekat dengan tante Lisa dan om Taufiq. Papa dan om Taufiq ialah sahabat semasa Sekolah Menengan Atas di Surabaya. Sebenarnya, saya sedikit tidak lezat ketika saya memutuskan Rizal. Tapi, mereka menghargai tiruana keputusanku. Mereka berpikir bahwa dengan itu tiruana ialah jalan terbaik untuk saya dan Rizal. Mereka juga tidak memaksaku untuk selalu bersama Rizal.
Aku tidak tau bagaimana cara berterimakasih kepada tante Lisa dan om Taufiq. Mereka sudah sangat berjasa untuk menyambung hidupku di Jakarta. Aku hanyalah seorang anak kecil yang gres masuk ke kota besar dan tidak tahu apa – apa. Sampai saya bertemu mereka dan hidupku ludang keringh berwana.
Satu tahun tiruana itu berlalu. Kini, saya telah duduk di kelas XII. Aku terus memperbaiki prestasiku yang sempat sangat menurun di kelas XI. Di kelas XII ini, tidak ada waktu untuk bermain – main, belanja – belanja ke mal, nggak belajar, hingga waktu untuk pacaranpun tidak ada. Sejak saya melewati semester satu di kelas XII, saya dan Rizal memutuskun untuk berpisah. Karena, kami ingin sekolah yang bener dulu. Kalau sudah lulus, mungkin kami sanggup kembali bersama.
Tiga bulan, saya manfaatkan dengan sebaik – baiknya untuk mencar ilmu semoga saya lulus dengan evaluasi yang baik. Aku tidak ingin hanya sekedar lulus. Aku ingin membanggakan kedua orang tuaku. Dan tidak lupa saya juga ingin membanggakan tante Lisa dan om Taufiq. Aku ingin menyampaikan kepada mereka bahwa saya yakin saya niscaya Bisa !. Aku sanggup memdiberi evaluasi yang baik dan saya juga sanggup membanggakan kalian.
Hari ini, hari pertama ujian nasional untuk Sekolah Menengan Atas sederajat. Sebelum mengerjakan soal, saya terludang keringh lampau berdo'a semoga didiberi kememperentengan untuk mengerjakan soal – soal yang di ujikan. Selesai berdoa' saya pribadi mengerjakan soal – soal yang telah di diberikan oleh pengawas kepadaku. Ternyata, hampir 90% saya sanggup mengerjakan soal – soal yang diujikan.
“Semoga hari – hari ujian nasional yang seterusnya sanggup sememperenteng ini saya mengerjakannya" harapku dalam hati.
Setelah menghadapi ujian nasional, tinggal menunggu hasilnya saja.
"Apakah saya lulus atau tidak ? Apakah saya sanggup mendapatkan evaluasi yang baik ? Apakan saya sanggup membanggakan kedua orang tuaku ?" Pertanyaan itu selalu terngiang setiap hari sebelum saya mendapatkan hasil ujianku.
Hari yang saya tunggu – tunggupun datang. Hari ini pengumuman hasil ujian nasional atau kelulusan. Aku cukup nervous menunggu pengumuman itu. Saat ku lihat namaku tertera, dengan evaluasi yang baik, saya pribadi mengucapkan syukur kepada Allah SWT. Aku juga terharu dengan evaluasi kelulusanku. Aku tidak menyangka, saya sanggup lulus dengan evaluasi yang baik.
Aku meneruskan kuliah di Surabaya semoga saya tetap dekat dengan keluargaku. Selain itu, semenjak dulu saya mengincar Surabaya sebagai kota untuk menjadikanku sebagai sarjana di sebuah bidang. Yaitu kedokteran. Semoga saya sanggup mendapatkan apa yang saya inginkan selama ini.
Selain itu, ada satu alasan yang membuatku harus pindah ke Surabaya. Sejak saya naik kelas XII, saya menderita penyakit radang otak dan tifus yang akut. Di Surabaya, saya menjalani rawat jalan untuk kedua penyakitku. Ternyata, penyakitku itu timbul ketika saya terlalu memikirkan Dira dulu. Ya,tiruana itu harus saya terima dengan lapang dada.
Ternyata, tiruana itu sungguh tidak enteng dilakukan. Apalagi terjebak antara cinta dan sahabat. Malah menciptakan gundah diri sendiri.
Dari tiruana peristiwa diatas, saya menerima sebuah pelajan bahwa LEBIH BAIK KEHILANGAN PACAR DARI PADA KEHILANGAN SAHABAT. Itu semboyanku kini. Memang, hidup tanpa salah satu dari itu memang terasa kurang. Tapi, kita harus merelakan salah satu bila berbenturan.
MY LAST LOVE : Kisah Mengharukan cinta gadis lumpuh dan laki-laki penderita HIV
” Masa kemudian ialah pilihan yang kita lalui sedangkan masa depan ialah pilihan yang kita tentukan” agnes davonar
” Sebuah kisah cinta antara Angel seorang gadis lumpuh dan Martin seorang penderita AIDS, Bagaimana mereka menyampaikan pada dunia, Tidak ada yang berbeda dengan apa yang orang lihat, mereka hanyalah insan yang berusaha untuk diakui sebagai kepingan dari masyarakat”
Tentang Angel.
Seorang gadis berusia 23 tahun. Bekerja sebagai sekretaris sebuah perusahaan seluler. Ia mempunyai seorang kekasih berjulukan Hendra. Angel begitu bergembira ketika pulang dan memeluk ibunya.
“ Bu, Hendra akan melamarku malam ini dan kami akan bertemu di taman kota, daerah dimana pertama kali bertemu..” kata Angel pada ibunya.
“ Bagaimana kau yakin nak?”
“ Tentu saja saya yakin, alasannya ialah kami sudah merencanakan itu, dan Hendra bilang malam ini iya akan melamarku..”
“ Kalau begitu lekaslah kau pergi dan berganti pakaian terbaikmu..”
Angel bergembira malam yang ia tunggu selama mereka berpacaran ludang keringh dari 3 tahun kini menjadi final dari kisah cinta mereka.
Tentang Martin.
Martin berumur 25 tahun. Pria playboy dan terlahir dari keluarga jutawan.Jam menandakan pukul 7 malam. Tiba-tiba pintu kamarnya terdengar ketukan. Martin sedang tertidur, ia bangun dan membuka pintu dengan wajah kesel. Seorang aju dan ayahnya terlihat didepan pintu.
“ Kenapa sih? Ganggu orang tidur aja..!!!”
“ Maaf tuan, Ayah anda sudah menunggu di ruang tamu untuk makan malam keluarga.”
“ Bilang padanya, saya ada dibawah sebentar lagi..” Kata Martin tidak melawan.
Ajudan itu pergi, Martin merapikan mukanya yang kusut lantaran semalam ia gres saja pergi dugem dan pulang pukul 7pagi, sesudah rapi ia pun pribadi ke bawah menemui ayahnya di meja makan. Bersama ibu dan adiknya Sheila.Ia duduk begitu saja.
“ Begini cara kau membesarkan anakmu? Pagi jadi malam, malam jadi pagi. “ kata ayah ketus.
“ Sudahlah pak, Martin ayo makan.”
Dengan setengah hati martin makan. Tapi gres merasakan sedikit sarapan. Ia sudah menghilang dengan wajah kesel ayahnya. Martin pergi dengan kendaraan beroda empat BMWnya menelusuri jalan yang sudah penuh dengan lampu warna warni. Kota ini akan merayakan natal dalam waktu beberapa hari lagi.Ia hanya berujar dalam hati.
“ Ayahku kaya, untuk apa berkerja. Tujuh turunan pun tidak akan pernah habis.”
Seorang gadis menelepon padanya. Tampaknya gadis itu ialah incarannya untuk malam ini, Mereka tampak asyik sibuk berbicara bersamaan, DIitengah jalan.
Kembali ke Angel.
Ibunya sudah berdiri di depan pintu. Angel menyalakan motor vespanya. Lengkap dengan pakaian terbaiknya.
“ Aku pergi dulu ya..”
“ Kenapa tidak kau minta di jemput saja.” Tanya ibunya.
“ Tidak apa bu, Hendra pribadi pulang kerja. Kan nanti kena macet. Lagi pula saya ingin pergi masing-masing saja. Kaprikornus bertemu disana.”
“ Ya, sudah nak. Hati hati ya.”
Angel pun melaju motornya sambil membayangkan apa yang akan terjadi dalam hari terindahnya.
Kembali ke Martin.
Martin tampak tertawa, gadis itu membiuskan kata-kata indah di telinganya. Ia selalu ingat bila ia sanggup memdiberikan apapun yang diinginkan oleh gadis yang menyukainya, ia rela memdiberikan uang , permata ataupun emas yang diingkan. Saat ia berjalan, ia tidak menyadari lampu merah diatasnya. sebuah vespa yang melaju di lampu hijau. Martin terkejut, mobilnya melaju. Menabrak vespa itu hingga terpental. 10 meter jauhnya. Yang ia ingat, seorang gadis terkujur kaku dijalan. Hatinya risau, apakah ia harus melihat korban itu. Atau melarikan diri, tapi ia tau. Bila ia mendekat, maka ia akan menciptakan problem dengan dirinya sendiri diantara kerumunan orang yang mulai mendekati korban.
Ia pun memutuskan satu kenyataan— lari dari peristiwa itu.
Tentang Hendra.
Ia menunggu tanpa adanya kejelasan ditaman. Hatinya cemas, ia mencoba menelepon Angel berulang-ulang tapi sama sekali tidak diangkat. Satu jam berlalu, hatinya mulai cemas. Ia berpikir, Angel menolak dirinya. Hingga ia menelepon terakhir kali dan mendapatkan bunyi asing, bunyi seorang laki-laki yang menyampaikan kalau gadis yang mempunyai hendphone itu. Sedang dirawat dalam ruangan unit darurat. Ia pribadi menuju rumah sakit, menyimpan cincin tunangan untuk Angel. Saat ia tiba, ibu Angel tampak berdiri dengan tangisan khawatir.
Kembali ke Martin.
Ia mulai sadar, banyak saksi yang melihatnya dengan nomor mobilnya. Ia ceritakan problem ini kepada ayahnya. Ayah meminta ia bertanggung tpendapat, tapi ibunya menolak. Ia sadar putranya sanggup berada di penjara bila ia menyerahkan diri. Uang tidak berarti bagi putranya untuk lepas dari Penjara. Satu keputusan ketika itu juga. Martin harus pergi keluar negeri. Melarikan diri dan menciptakan alibi dengan orang lain yang berada di mobil, dengan uang ayahnya sanggup membayar orang lain untuk berpura-pura mengaku melaksanakan perbuatan yang tidak ia lakukan.
Natal terlewatkan dengan problem diantara ketiganya. Hendra bersedih dengan keadaan kekasihnya. Angel tidak pernah tau keadaanya, Martin melarikan diri dengan rasa gundah dan bersalah.
2 bulan berlalu.
Angel masih berada di rumah sakit. Ia mulai sadar, tapi kakinya telah dinyatakan hilang. Ia harus mengalami kelumpuhan di kedua kakinya. Hendra menemani kekasihnya. Memdiberikan santunan batin dan kekuatan yang tidak sanggup Angel bayangkan untuk hidup. Angel pun berusaha mendapatkan kenyataan kini ia cacat.
Martin berada di Australia menghabiskan waktunya dengan minum dan minum untuk melepas kegelisahan hatinya.
6 bulan berlalu.
Angel berdiri untuk pertama kalinya dari kursi roda. Hendra menopang kakinya untuk berjalan. Walaupun merasa berat di hatinya. Ia sadar ia tidak akan pernah menjadi normal.
Martin semakin gelisah, ia ingin pulang. Ibunya bilang padanya tunggulah hingga 6 bulan ke depan. Hanya satu yang ingin ia tanyakan
“ Ibu bagaimana keadaan korban yang saya tabrak?”
“ Dia tidak mati, ia masih hidup.”
“ Syukurlah, tapi saya tetap ingin tau.”
“ Kamu akan tau kelak bila kau pulang, ludang keringh baik kau tetap disana hingga masalah ini ditutup.”
1 tahun berlalu.
Angel mulai sanggup berjalan dengan menggerakan kursi roda lewat tangannya. Hendra mengajaknya untuk bertemu orang tuanya. Apa yang ia dapatkan ketika ia sedang duduk di sofa ruang tamu. Tanpa sengaja ia mendengar apa yang ibu Hendra katakan.
“ Ibu tidak ingin punya menantu lumpuh dan cacat menyerupai itu.”
“ Ibu kenapa bilang begitu, bagaimanapun dia ialah Angel yang sama, sama menyerupai ketika saya membawanya pertama kali.”
“ Berbeda. Ia gadis cacat.. bukan gadis manis yang dulu kau bawah.”
Keduanya bicara, dan Angel mendengar. Kadab mereka sadar. Angel telah menyampaikan satu hal yang begitu berat untuknya.
“ Maafkan aku, mulai ketika ini saya akan melepaskan Hendra untuk selamanya.”
Hendra berusaha untuk tetap bertahan, tapi jadinya ia pun mendapatkan keputusan Angel.
Martin telah kembali sesudah ia mendapatkan kepastian kalau kasusnya telah kelar dengan orag lain yang bersedia mengantikan dirinya di penjara.
***
Angel mencoba untuk bekerja normal. Ia tidak akan ditolak di kantor lamanya, tapi dengan kaki yang pincang dan terkadang harus mengunakan kursi roda. Ia merasa menyerupai seorang yang tak berguna, hanya sanggup merepotkan siapapun. Kadab ingin naik escalator ataupun menaikin tangga tiruananya terasa berat. Setiap malam ia hanya sanggup menangis, melihat keadaanya, ibunya menyadari keadaan putrinya, hatinya pun perih tapi hanya sanggup berharap tuhan memdiberikan kekuatan untuk anak semata wayangnya sesudah ayah Angel meningal.
Martin berhasil mendapatkan apa yang ia ingin tau, perihal korban yang selalu membayangin dirinya. Dan sumber informasinya menyampaikan perihal gadis itu. Ia mendapatkan kantor Angel. Ia segera menuju kantor itu yang ternyata merupakan kepingan dari perusahaan ayahnya. Saat itu ia melihat Angel tampak berusaha menaiki tangga. Hatinya tergerak untuk mendekat. Membantu mendorong kursi rodanya.
“ Terima kasih..” Kata Angel padanya.
Martin terdiam, hatinya begitu pilu melihat Angel begitu manis tapi jadi cacat karenanya.
“ Tidak masalah.”
“ Kamu kerja dikantor ini lantai berapa?”
“ Lantai 3.”
“ Kamu?” Tanya Angel balik.
Martin gundah mentpendapat pertanyaan Angel, ia tidak pernah berkerja hingga jadinya ia mengarang sebuah kisah.
“ Aku gres kerja disini, di lantai dua,”
“ Oh ya..:”
“ Andai saja saya di lantai satu, niscaya saya ga perlu repotin orang hehehe. Kaprikornus ga lezat hati..” kata Angel.
Meraka tiba di eskalator. Sekali lagi Angel mencucapkan terima kasih pada laki-laki itu.Martin pulang saayt itu pula dengan wajah bersedih. Ia ingin menangis melihat dosa yang ia lakukan pada Angel. Ia pulang kerumah ayahnya dan meminta perkerjaan di kantor itu. Ayahnya begitu heran dengan perilaku putranya tapi mendapatkan keputusan Martin. Ia pribadi menjadi direktu dalam perusahaan itu. Dalam satu hari ia memutusan untuk memindahkan kantor dimana Angel bekerja dari lantai 3 ke 1. Setiap harinya ia selalu memandangin Angel ketika ia sanggup , ia tak pernah mengalami satu keadaan yang begtu tidak enteng dalam hidupnya. Ia memutuskan untuk mendekati Angel, mencoba untuk menyampaikan satu kejujuran yang tak sanggup ia ucapkan ketika ini. Tentang hal yang menciptakan Angel menjadi menyerupai ketika ini.
Dari hari ke hari, mereka semakin dekat. Martin menciptakan banyak kememperentengan di kantor untuk Angel semoga sanggup mengunakan kursi rodanya secara bebas. Ia makan bersama Angel di kantin yang tidak pernah ia jamah sebelumnya. Mengenang sosok Angel yang berhati mulia, sosok yang rendah hati dan mendapatkan kenyataan hidupnya sebagai gadis cacat.Suatu hari lantaran bosan, Martin mengajak Angel untuk makan di luar.
“ Makan denganku di luar? Tidak salah kau kan eksekutif disini?”
“ Emangnya eksekutif tidak boleh makan bersama kamu.”
“ Bukan begitu, saya hanya takut merepotkan eksekutif bila jalan bersamaku. Kota ini tidak ramah dengan kursi roda, saya tidak ingin merepotkan eksekutif bila jalan bersamaku hingga harus mendorong kursi ini.”
“ Tenang saja, ayo katakan apa yang ingin kau makan, ini perintah dari Direktur jangan pernah menolak!!”
“ Baiklah. Aku ingin makan Sushi Tei, sungguh saya sudah usang tidak pernah makan disana.”
“ Kalau begitu ayo kita makan.”
Mendengar Angel ingin makan sushi tei, Martin pribadi meminta ajun ayahnya untuk membooking tiruana kursi yang ada di restorant itu hanya untuk mereka. Kadab Angel tiba di sushi tei, ia terkejut melihat restorant itu hanya ada mereka berdua. Ia hanya mendengar kata terakhir Martin.
“ Makanlah tiruana yang kau inginkan..”
Mereka pun makan dengan lahap. Martin begitu menikmati keadaanya bersama Angel, hingga mereka menyadari kalau natal akan tiba dalam beberapa ahad lagi.
“ Kalau natal nanti, apa yang kau inginkan Angel.”
“ Aku kalau natal selalu meminta banyak hal, tapi sayangnya tidak pernah terjadi tuh. “
“ Kalau begitu katakan lah, saya ingin tau..”
“ Sungguh kau ingin tau?”
“ Tentu saja saya ingin tau.. ayolah sebutkan.”
“ Aku ingin sanggup berjalan lagi..”
Hendra tertegun, hatinya miris dan wajahnya menunduk.Tadinya ia berpikir ingin memdiberikah hadiah kepada Angel, apapun yang Angel inginkan. Kini mendengar permintaan tidak enteng itu, ia bersedih.
“ Adakah hal lain yang sanggup kau katakan selain itu,?”
“ Tidak ada, saya tidak ingin meminta soalnya. Kamu tahu tahun kemudian kadab saya sudah meminta eh tiba-tiba malah ga pernah terjadi..”
“ Kalau boleh tau, kau tahun kemudian minta apa?”
Angel tertunduk, ia sadar natal tahun kemudian begitu kelabu, ia meminta Hendra meminangnya dan tiruana benar-benar gagal.
“ Aku tidak sanggup katakan, itu sudah menjadi masa lalu, kalau kamu? Katakan dong apa yang kau mau?”
Martin mendekat kepada Angel, matanya tampak serius.
“ Aku tidak ingin apa-apa selain hanya sanggup melihatmu tersenyum. Itu cukup buatku.”
Angel pun tertawa. Mereka melewatkan makan siang itu begitu gembiranya. Setelah makan siang, Angel turun ke loby. Saat itu Martin hendak menggendong tubuh Angel mobil. Tanpa sengaja Angel melihat Hendra sedang bersama perempuan lain melewati mereka. Angel terdiam melihat mantan kekasihnya, Begitu pun Hendra. Hanya Martin dan kekasih Hendra yang tak mengerti apa yang menciptakan keduanya saling bertatapan.
Hendra pun berjalan dan masuk ke mobil. Angel melihat Hendra pergi darinya. Kadab ia di mobil, ia menangis. Martin begitu bingung. Dan bertanya apa yang terjadi. Angel pun menyampaikan satu hal perihal natal tahun kemudian dan berharapnya.
“ Aku ingin berumah tangga, tapi kekasihku tidak sanggup lantaran saya sudah menjadi cacat..”
Martin hanya terdiam, hatinya semakin tak berdaya.
****
Natal telah tiba, Martin mulai mengerti satu alasannya untuk menjadi seorang laki-laki pada utuhnya. Ia memdiberikan hadiah kepada Angel, sebuah hadiah yang mungkin terlalu berharga untuk Angel. Sebuah kalung berlian di leher Angel. Martin menyadari satu hal, ia mulai menyayangi Angel. Ada yang harus ia katakan di program makan malam natal bersama mereka. Di atas meja makan dengan lilin merah menyala, Martin menyatakan cinta kepada Angel.
“ Apakah kau yakin ingin menjadi kekasih dari seorang gadis cacat sepertiku?
“ Aku berjanji dalam hatiku dan atas nama Tuhan kalau, saya bersungguh-sungguh ingin menjadi kepingan dalam hidupmu Angel, apapun yang terjadi dengan keadaanmu, kau ialah gadis yang kuinginkan dalam hidupku, kini dan selamanya.”
Kalimat itu menciptakan Angel begitu bahagia, walaupun ia ragu pada awalnya. Pada jadinya Martin benar-benar membuktikan satu hal kepada Angel. Ia benar-benar menyayangi gadis itu.Mereka pun berpacaran secara resmi. Keluarga Martin yang tidak pernah melihat Martin demikian berubahnya dalam hidup menyambut kegembiraan putranya begitu bahagia.Suatu kadab dimalam hari, Angel merasakan kuasa Tuhan, tiba-tiba jari kakinya bisa bergerak. Ia mulai menyadari satu hal, kalau ia mulai sanggup merasakan kakinya kembali setela usang lumpuh tanpa bergerak.
Martin tidak pernah mengerti. Mengapa tubuhnya semakin usang semakin lemas. Hingga jadinya ia jatuh sakit. Ia terdampar di rumah sakit. Angel tiba dan menciptakan keluarga martin begitu terkejut.
“ Siapa dia ?” Tanya ibu Martin pada Martin yang terbaring kadab Angel bersamanya.
“ Ini kekasihku bu..”
Keluarga Martin terdiam. Ia tidak pernah meyangka kalau anaknya punya pacar yang cacat. Semua sanggup menebak kalau tentu saja keluarga martin tidak pernah sanggup mendapatkan kekerabatan mereka. Tapi Martin tidak peduli. Saat itu, sesudah kelua dari rumah sakit. Ia benar-benar mendapatka hadiah terburuk dalam hidupnya. Martin positif HIV. Sebuah kenyataan yang begitu pahit dalam hidupnya, ntah gadis mana yang ia tidurin dan menularkan penyakit itu padanya.
Ia paham hidupnya menyerupai kiamat. Tapi dalam kesempatan itu, ia terus berjuang untuk hidup. Angel menyampaikan pada Martin kalau kakinya mulai sanggup bergerak. Martin melihat itu sebagai keajaiban, ia pun pergi mengusut keadaan kaki Angel dan dokter menyampaikan kemungkian sembuh normal ialah 20 persen. Berita yang indah untuk Angel, tapi sayangnya dokter mengatan harus segera dilakukan operasi untuk menciptakan kakinya menjadi normal lantaran ada beberapa kepingan urat pada kaki angel yang harus di ganti.
Martin memutuskan untuk membawa Angel ke rumah sakit terbaik di dunia. Angel menolak pada awalnya tapi inilah yang terjadi di malam sebelum itu tiruana terjadi.
“ Angel, saya selalu ingat keinginan kau di hari natal. Kamu ingin berjalan. Tuhan telah mendengarkan impianmu itu, sekaranglah jalanmu. Kamu harus ikut saya pergi. Lakukan ini untuk kebahagiaanmu, jangan pikirkan biayanya lantaran saya sanggup membantu.”
“ Tapi kau terlalu baik untukku, saya tidak ingin berhutang budi.”
“ Kamu tau, saya punya keinginan permintaan natal juga. Kamu ingin tau?” terperinci Martin.
“ OK katakan.”
“ Aku ingin kelak meihat kau berjalan dan saya sanggup senang bersamamu sesudah itu dan..?”
“ Dan apa?”
“ Akan kukatakan kalau kau sudah mau ikut saya ke untuk menyembuhkan kakimu,”
“ Baiklah..”
Mereka pun berangkat. 3 bulan sebelum natal. Operasi berjala dengan baik, tapi keadaan martin yang terlalu lelah membuatnya semakin buruk.Tapi lelahnya itu dibayar dengan semangat angel yang ingin sembuh dan berjala di ketika natal. Semua terjadi, tiruana yang dilakukan dokter berhasil. Angel pun sembuh, ia mulai sanggup berjalan dengan perlahan. Martin yang setia menjaganya selalu ada disampingnya.;
Hingga natal pun tiba. Angel berdua dengan martin. Di sebuah daerah yang indah., wajah martn begitu pucat. Martin pun meneruskan apa yang hendak ia katakan kepada Angel sesaat sebelum Angel di operasi.
“ saya sudah maafkan kau semenjak kita bertemu..?” kata Angel yang menciptakan Martin bingung.
“ Kamu maafkan untuk apa?”
“ Kamu tidak perlu katakana apapun, saya sudah memaafkan dan menyayangi kau dengan setulus hatiku.”
“ Angel, bagaimana kau sanggup tau?”
“ Aku tidak akan pernah lupa peristiwa itu, sesaat sebelum peristiwa itu saya melihatmu. Walau kurang jelas saya sanggup tau itu kamu.”
“ Aku benar-benar menyesal Angel, maafkan aku..”
“ Lupakan tiruananya Martin. Aku selalu mendapatkan keadaan ini sebagai takdir.”
“ Angel ada satu hal lagi yang ingin kau tau..”
“ Katakan Martin?”
“ Aku positif HIV..”
Angel terdiam. Dan ia menyampaikan satu hal untuk martin.
“ Kadab kau melihatku sebagai gadis cacat, kau tidak pernah merasa malu ataupun merasa takut bila saya merepotkan kamu. Aku begitu tersentuh, setiap insan mempunyai sisi yang tak sanggup ia hindarkan perihal ketakutan akan petaka. Tapi kau berbeda Martin, kau menyadarkan saya untuk kuat, oleh lantaran itu, walaupun kau menderita HIV, kini saatnya saya melakukab hal yang sama!”
“ Kenapa kau mau? Kamu tidak takut padaku.”
“ Karena inilah takdir kita, apapun yang terjadi dengan keadaanmu. Kamu ialah kepingan dalam hidupku yang akan selalu ada. Aku akan selalu ada disampingmu..”
Martin dan Angel berumah tangga beberapa bulan kemudian. Setahun kemudian Angel sudah sanggup berjalan tanpa tongkat, dua tahun kemudian. Mereka melahirkan anak dengan ajaibnya normal tanpa penyakit apapun. Tiga tahun kemudian di natal 2009., Martin meninggal lantaran penyakitnya.
Seperti kata Angel
“ Bagaimanapun keadaan kita dan siapapun yang mempunyai keadaan tidak enteng, janganlah merasa kau akan tidak enteng karenanya. Karena kita tidak sanggup menentukan apapun dalam hidup kita, selain bertanggung tpendapat terhadap apa yang kita lakukan di masa lalu. Tapi percayalah masa depan akan indah bila kita beusaha untuk mendapatkan keadaan kita.”
Kupersembahkan kisah ini untuk tiruana penderita AIDS di dunia, percayalah kalian ialah makluk tuhan yang paling senang dengan keadaan apapun.
Untuk sahabatku yang telah pergi dengan keadaan sama, saya merindukanmu.
Bersambung
Demikianlah Yang sanggup admin sajaikan Mengenai Novel Cinta, memperenteng-memperentengan sedikit tersentuh dengan kisah diatas, Selamat Membaca. Terimakasih
Advertisement